Mohon tunggu...
Difai Sdn
Difai Sdn Mohon Tunggu... Auditor - Time Traveller

Independent Party

Selanjutnya

Tutup

Inovasi Artikel Utama

Everest dan Komersialisasi Pendakian

7 Juni 2016   07:35 Diperbarui: 7 Juni 2016   13:58 618
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sumber:nationalgeographic.co.id

Bagi para pendaki gunung, penjelajah hutan dan penggiat alam, Everest merupakan impian tertinggi. Everest merupakan obsesi para pendaki. Baik yang profesional maupun yang amatir. Semenjak Sir Edmund Hillary dan Tenzing Norgay menggapai puncaknya, sudah ribuan pendaki gunung turut mencicipi rasanya berdiri di dataran paling tinggi di muka bumi itu. Namun sudah ratusan pula yang tewas dalam usaha pencapaian tersebut. Gunung ini merupakan kuburan massal tertinggi dan terbesar bagi pendaki gunung.

Gunung Everest adalah gunung tertinggi di dunia yang pernah diukur oleh manusia dari permukaan laut. Terletak di barisan pegunungan Himalaya. Gunungnya berada di perbatasan antara Nepal dan Tibet, puncaknya berada di Tibet. Di Nepal, gunung ini disebut Sagarmatha yang artinya Kepala Langit dalam bahasa Sanskerta. Orang Tibet menyebut Chomolangma atau Qomolangma yang artinya Bunda Semesta. Gunung ini dinamakan Everest oleh Sir Andrew Waugh yang berasal dari nama Sir George Everest sebagai peneliti pertama didunia atas gunung tersebut.

Everest adalah salah satu gunung yang paling ganas. Walaupun bukan yang terganas. Suhu dingin, cuaca yang cepat berubah dan tipisnya oksigen merupakan bahaya utama gunung ini. Suhu rata rata di puncak gunung Everest antara minus 20-25 derajat celcius. Suhu terendah yang pernah tercatat adalah minus 41 derajat celcius. Ditambah dengan badai salju dan angin yang dapat mencapai kecepatan hampir 300 Km perjam. Walau demikian, mendaki everest tidak memerlukan keahlian teknis panjat tebing yang profesional. Jalurnya pun telah dilalui oleh ribuan orang pendaki amatir.

Puncak tertinggi didunia dan tantangan pendakian yang masih dapat di jalani oleh pendaki amatir, telah membuat Everest menjadi magnet yang besar bagi para pendaki. Ratusan orang setiap tahunnya mencoba peruntungannya menggapai puncak Everest. Bahkan sempat membuat antrian pendaki. Namun tetap saja Everest merupakan salah satu gunung yang mematikan di dunia.

DI titik ketinggian 8000 m dpl keatas, dikenal dengan nama Zona kematian. Di zona ini kadar oksigen turun hingga hanya sepertiga. Hal ini mempertinggi resiko serangan hipoksia. Suhu di zona kematian ini berkisar antara minus 15-25 derajat celcius yang dapat memicu serangan hipotermia dan frosbite.

Mulai dari zona inilah kebanyakan pendaki gagal, baik itu gagal tidak dapat meneruskan perjalanan hingga mencapai puncak maupun gagal yang berujung pada kematian. Di zona inilah dimulai kuburan masal para pendaki. Kebanyakan tubuh pendaki yang mengalami kematian dibiarkan di sepanjang perjalanan menuju puncak. Baik sebagai peringatan bagi pendaki, juga sebagai penunjuk jalan. Namun alasan sesungguhnya adalah terlalu sulit dan berbahaya untuk memindahkan tubuh-tubuh tersebut.

Berbagai kisah sukses maupun tragis dapat kita temui di seputaran gunung everest ini. Kisah-kisah legenda dari pada petualang yang pemberani, kisah pilu kegagalan, romantisme kematian, amibisi penaklukan manusia, persahabatan dan pengorbanan diri.  Salah satu kisah legendaris yang ditulis secara lengkap dan telah difilmkan adalah kisah pendaki asal New Zealand, Rob Hall. Ini adalah salah satu ekspedisi Everest yang paling dramatis dan penuh kontroversi yang pernah ditulis dan di filmkan.

Everest juga menyimpan rekam sejarah tragedi lain yang tak kalah tragis. Menurut National Geographic, setidaknya ada 9 tragedi buruk seputar pendakian gunung Everest.

Sumber: nationalgeographic.co.id
Sumber: nationalgeographic.co.id
Ada satu hal menarik yang digambarkan oleh National Geographic secara kasar yaitu Komersialisasi Pendakian Gunung. “Everest adalah saksi hidup dari ketabahan dan keuletan manusia, juga keberanian dan tekad. Gunung ini sekaligus merupakan sebuah panggung besar yang mempertontonkan segala ketamakan dan keserakahan manusia dalam menghadapi alam. Everest, berawal sebagai tempat suci kemudian dilecehkan oleh sekelompok orang berduit yang cukup tolol untuk mengerek mereka sampai ke puncaknya”.

Didunia materialistis ini, semua di ukur dengan materi, sudut pandang manusia kental dengan kebendaan. Dan benda yang paling kuat di dunia kebendaan adalah uang. Salah satu ujung dari uang adalah komersialisasi. Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI), komersialisasi adalah perbuatan menjadikan sesuatu sebagai barang dagangan. Semua hal didunia ini dapat diperdagangkan. Demikian menurut paham tersebut. Termasuk pendakian gunung.

Sebenarnya sah-sah saja komersialisasi pendakian. Dampak positifnya banyak. Sepanjang itu semua dilakukan dengan penuh tanggung jawab dari semua pihak terkait. Tanggung jawab terhadap Alam, tanggung jawab terhadap Sang Pencipta Alam dan tanggung jawab bagi kelangsungan hidup umat manusia sendiri.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Inovasi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun