Mohon tunggu...
Romy Sujatmiko
Romy Sujatmiko Mohon Tunggu... karyawan swasta -

Pria, 36 tahun, masih suka makan, suka berpetualang rasa dengan belajar memasak, membaca dan melihat sekitar.\r\n\r\nSatu lagi, selalu mencoba untuk cinta keluarga.

Selanjutnya

Tutup

Inovasi

Mo "dbkin enak, dbkin asyix" Pak Presiden?...

26 Mei 2012   03:44 Diperbarui: 25 Juni 2015   04:47 804
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
1338001855347269762

Saya menerima pesan teks singkat ini dari nomor +6283892200369, pada Jumat malam (25/05/2012) jam 22.16 WIB. Kalau ditulis ulang secara utuh pesan adalah:

Mo dbkin enak, dbkin asyix, wah pastinya km puas, jd gk tahan pngen di emut km syang tlp aq di 0809.111.7777 aq tunggu ya. Mmmuuaachh…

Dalam sehari, layar ponsel saya paling tidak menerima satu buah pesan teks singkat dari nomor seluler yang datanya tidak tersimpan sebagai salah satu kontak dalam daftar phonebook ponsel saya. Isinya bisa tawaran beli ponsel pintar, penawaran tour, penawaran dana pinjaman, dan beragam tawaran lain. Biasanya pesan-pesan tadi saya abaikan. Saya baca kepala pesannya, langsung tutup atau hapus, begitu saja. Tetapi SMS seperti yang saya tulis ulang di atas, baru sekali ini saya terima.

Pertama, sewaktu tone tanda ada SMS masuk di ponsel saya berbunyi tadi malam, seperti biasa saya segera meraihnya, masuk ke shortcut pesan, dan membaca nomor ponsel yang tidak terdaftar tadi, lanjut dengan membaca isinya.

Ya ampun…!

Tulisan pesan tadi sungguh mengganggu pikiran saya, sehingga saya coba menuliskannya di Kompasiana ini.

Pertama, saya yakin pengirimnya sedang menawarkan jasa mengumbar sensasi seksual melalui obrolan lewat saluran telpon berbayar.

Kedua, kata-kata yang dipilih untuk dituliskan dan kemudian di-deliver ke nomor ponsel saya dan mungkin juga nomor Anda, sungguh hebat. Gaya tulisan yang kesannya betul-betul dibuat untuk mencerminkan usia dan jenis kelamin serta suasana hati pengirimnya, boleh diapresiasi sebagai redaksional script iklan yang bagus. Juga untuk siapa pesan ini dikirim, tersirat jelas dalam pesan tadi.

Ketiga, saya berpikir bagaimana reaksi anak-anak usia belia/remaja yang sekarang sudah banyak yang pegang ponsel sendiri sewaktu membaca pesan itu. Saya membayangkan kalau anak saya tiba-tiba menanyakan apa maksud sms tadi. Karena saya yakin pesan tadi di-blast ke banyak nomor ponsel.

Keempat, saya memang “sedikit” terganggu dengan SMS-SMS sejenis yang setiap hari bergantian masuk ke nomor ponsel saya. Tetapi karena saya beberapa kali menuliskan nomor ponsel saya dalam sejumlah formulir, saya juga mencantumkan nomor ponsel di salah satu akun social media saya, jadi ya saya terima kondisi seperti ini dengan segera menghapus SMS-SMS penawaran tadi. Nomor ponsel kita, sekarang sudah seperti alamat rumah atau email yang jadi sasaran upaya penawaran produk.

Kelima, saya jadi berpikir bisakah ponsel saya kembali menerima SMS seperti halnya di 10 tahunan sebelumnya, bersih dari SMS iklan semacam seperti sekarang ini?

Keenam, saya berpikir apakah nomor ponsel Pak Menteri Kominfo, atau ponsel Presiden pernah disinggahi SMS-SMS penawaran bahkan yang nawari phone sex semacam ini? (Membayangkan wajah Pak Presiden membaca pesan seperti yang tertulis di atas, pada layar ponselnya)

Ketujuh, . . . . . .apa lagi ya? Sudah itu dulu, ah.

Nanti kebanyakan kalau diteruskan.

Salam hangat, untuk seluruh Kompasioner!

Mohon tunggu...

Lihat Inovasi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun