Mohon tunggu...
Choirul Huda
Choirul Huda Mohon Tunggu... Wiraswasta - Kompasianer sejak 2010

Pencinta wayang, Juventini, Blogger. @roelly87 (www.roelly87.com)

Selanjutnya

Tutup

Catatan

Perempuan Tuna Rungu Menembus Batas, Kisah Inspiratif dari Angkie Yudistia

8 Mei 2012   18:41 Diperbarui: 25 Juni 2015   05:32 4613
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

[caption id="attachment_176142" align="aligncenter" width="461" caption="Perempuan Tuna Rungu Menembus Batas (Dok. Pribadi)"][/caption]

"Kenapa Saya punya keterbatasan? Kenapa harus saya?" Sebuah pertanyaan singkat namun sangat mendalam dari seorang gadis cilik kelas dua SD, ketika di vonis sang dokter membuat gelap seluruh dunianya. Hanya kasih sayang Orang Tua dan Keluarga di rumah yang mampu membuatnya bertahan hingga kini, meski harus setiap saat memakai alat bantu dengar.

*     *     *

Ya, gadis cilik itu adalah Angkie Yudistia. Seorang yang tegar hingga mampu beradaptasi dan melewati berbagai macam cobaan dalam hidup, hingga akhirnya ia menuliskan perjalanan hidupnya dalam sebuah buku "Perempuan Tuna Rungu Menembus Batas". Angkie, sapaan akrabnya yang sedari kecil bersekolah umum selalu di kucilkan oleh kawan-kawan sebayanya karena ia menderita kurang pendengaran, atau tuna rungu. Namun seiring waktu berjalan, ia dapat merubah itu semua, dari suatu keterbatasan menjadi sebuah kelebihan. "Saat duduk di bangku SD, SMP dan SMA, saya selalu jadi pusat perhatian. Sayangnya, kala itu saya tidak mendapat perhatian karena berhasil jadi artis remaja atau bintang iklan terkenal. Tetapi perhatian itu datang karena saya adalah seoragn tuna rungu, yang seringkali bicara terbata-bata dan jarang sekali merespon teguran atau bahkan panggilan orang-orang sekitar..." Ungkap Angkie dalam bukunya. Sebuah pelajaran hidup yang sangat menggugah, bagaimana sulitnya menerima vonis Dokter ketika ia masih di Sekolah Dasar. Beranjak saat menginjak di Sekolah Menengah hal seperti itu kembali merenggutnya dari pergaulan dengan kawan sebaya. Atau ketika ia merasa di kucilkan dari tempat kerjanya akibat kekurangannya itu dengan tidak diajak serta untuk rapat pertemuan dan kegiatan lainnya. Hingga pada saat puncak ketika ia memutuskan keluar, lalu melamar kerja di beberapa perusahaan, sebuah alasan sepele kembali menghantamnya dengan keras. Yaitu, soal: Telepon!

*     *     *

Kejujuran itu mahal harganya. Angkie yang selalu menyebutkan bahwa dirinya adalah seorang tuna rungu dalam setiap interview, kembali harus mengalami getirnya kehidupan. Berbulan-bulan ia melamar pekerjaan di berbagai tempat, selama itu juga ia telah ditolak hingga lebih dari 20 perusahaan dengan alasasan yang beragam namun pada intinya sama, mereka tidak menghargai kekurangan seseorang! Yang terlebih menyakitkan lagi adalah ketika ia ditolak mentah-mentah, ketika perusahaan yang dilamar itu mengetahui bahwa Angkie tidak dapat menggunakan fasilitas telepon... Kendati begitu, Angkie tetap berusaha, berusaha dan berusaha tanpa mengenal lelah. Ia beranggapan bahwa di tolak dari sebuah perusahaan atau dua puluh perusahaan sekalipun, tidak mengahalangi niatnya untuk mencobanya lagi. Ia selalu yakin bahwa di Indonesia ini terdapat ribuan perusahaan, dan mengenai ditolaknya ia pada saat melamar sebelumnya sama sekali tidak di ambil hati. Justru itu semua menjadi semacam motivasi yang melecut dalam diri Angkie, sampai datang sebuah kesempatan untuknya bekerja sebagai humas dari sebuah perusahaan multi nasional. Kini, belasan tahun berlalu semenjak pertama kali ia divonis dokter, Angkie benar-benar membuktikan bahwa dengan keterbatasannya mendengar dapat dirubah menjadi sebuah kelebihan. Usai meraih gelar S2 , perlahan demi perlahan Angkie bangkit untuk mengejar impiannya. Menjadi finalis Abang None yang mewakili Jakarta Barat, lalu menjadi duta Indonesia untuk perhelatan Asia-Pacific Development Center of Disability di Bangkok, Thailand. Dan, tak lupa ia pun turut memberikan dorongan moral serta semangat untuk penderita difabel lainnya, dengan mendirikan Thisable Enterprise yang perduli terhadap permasalahan sosial dengan menggunakan kemampuan entrepreneurship untuk melakukan perubahan sosial yang meliputi pemberdayaan kaum penyandang disabilitas di Indonesia. Angkie juga aktif membantu Yayasan Tuna Rungu Sehjira, bersama para perempuan penyandang disabilitas lainnya untuk berbagi pengalaman agar dapat menerima keterbatasan dan memaksimalkan segala potensi yang dimiliki mereka. Memang benar, semua itu tidak didapatkannya dengan hanya memutar balik telapak tangan. Melainkan berkat kerja kerasnya secara sungguh-sungguh dan tetap mensyukuri apa yang telah diberikanNya...

*     *     *

Pelajaran Berharga dari Angkie. Buku setebal 115 halaman ini mengajarkan kepada kita, yang normal untuk tetap berusaha dan pantang menyerah sebagaimana yang biasa dilakukan oleh Angkie dan juga penderita difabel lainnya. Saya bersyukur sore tadi mendapatkan kiriman buku ini dari Angkie, seorang yang sangat aktif untuk menyuarakan semangat bagi kaum difabel. Seperti halnya sebuah kutipan dari Chappy Hakim yang terdapat dalam buku tersebut: "Jadilah kaum optimis yang bisa berubah menjadi kaum pemenang, Jangan jadi kaum pesimis yang berubah menjadi kaum pecundang." Judul : Perempuan Tuna Rungu Menembus Batas Penulis : Angkie Yudistia Penerbit : Upnormal Publishing Tahun Terbit : November 2011 Jumlah Halaman : 115 ISBN :  9786021926116

*     *     *

[caption id="attachment_176144" align="aligncenter" width="614" caption="Kenapa Saya punya keterbatasan?"]

13364949218823097
13364949218823097
[/caption]

Renungan Hidup Dalam Kesunyian...

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Catatan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun