Mohon tunggu...
Robbi Gandamana
Robbi Gandamana Mohon Tunggu... Ilustrator - Ilustrator

Facebook : https://www.facebook.com/robbi.belumfull -------- IG : https://www.instagram.com/robbigandamana/

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Jangan Menyakiti Hati Manusia dengan Kebenaran

28 Oktober 2019   17:15 Diperbarui: 28 Oktober 2019   17:33 385
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sumber gambar : vedicsiddhanta.in

Jarene wong tuwo-tuwo, ilmu kuwi kelakone kanti laku. Artinya Ilmu nggak akan pernah sampai padamu kalau hanya berupa teori atau wacana, nggak pernah diamalkan.

Itulah tipe kebanyakan anak milenial.

Wawasan dan teori soal agama oke banget, tapi nggak pernah punya pengalaman sengsara, nggak pernah tirakat, dan hidup nyaman dari warisan orang tua.

Ilmunya (soal kehidupan) nggak otentik, bukan dari pengalaman pribadi, tapi dari informasi literer.

Anak kemaren sore nggaya. Gayane nyeramahi (bikin status di medsos) wong tuwek-tuwek. Jadi polisi moral.

Ndes, kalau belum pernah atau belum mampu mengamalkan ayat atau dalil, ojok nggaya nggurui atau ndalil.  Apalagi sampai merendahkan orang. Nyawang uripe wong liyo ojok dipikir koyok raimu.

Ada orang  kredit motor atau rumah diolok-olok. Dicap sebagai pelaku riba. Enteng saja dia ngomong seperti itu, lha wong kendaraan tinggal makai, rumah tinggal nempati, nggak pernah tahu sengsaranya mengumpulkan uang dari jerih payahnya sendiri untuk beli semua itu.

Tunggu saja tanggal mainnya. Kalau kamu nggak minta maaf secara terbuka, karma akan menghampirimu. Kamu akan ditagih oleh ilmumu. Roda kehidupanmu akan berada di bawa. Kamu akan jadi kere total sampai terpaksa utang bank yang selama ini kamu ejek sebagai riba. Akhirnya kamu terpaksa ngredit motor atau rumah. Percoyo ae lah, omonganku mandi.

Seorang karyawan atau buruh pabrik di zaman sekarang agak mustahil beli rumah secara cash. Harga properti terus naik tiap tahun, tapi gaji nggak pasti naik tiap tahunnya. Dan kalau naik pun nggak bisa mengejar harga properti yang ngebut total. Bahagialah mereka yang rumahnya rumah warisan. Tinggal dipoles sedikit, jadilah rumah baru.

Jadi mereka-mereka yang ngredit rumah itu karena terpaksa. Dan itu nggak masalah. Tenang ae talah, hukum itu berlaku kondisional. Orang yang kelaparan pun dimaafkan kalau mencuri makanan.

Walaupun yang kredit rumah ternyata orang kaya (ambil dua kapling lagi). Kita nggak punya hak nuding-nuding dia. Itu urusan dia dengan Tuhannya.

Jangan gampang mengharamkan. Lihat situasi dan kondisinya kalau nggak ingin terjebak karma dan jadi munafik. Karena ada yang mengharamkan pajak, tapi menikmati pembangunan yang dibangun pakai duit pajak.

Yang wagu itu yang sok hijrah. Resign dari tempat kerjanya di  bank, karena menurutnya bank itu riba.  Tapi harta yang dibeli dari gaji selama kerja di bank didekap terus. Kalau memang bank itu riba, berarti gajinya juga riba. Jadi harta yang dibeli dari uang riba ya harusnya haram. Hijrah kok nggak konsisten.

Tapi orang seperti itu nggak usah diolok-olok. Ingat karma. Aku wis pengalaman. Hobiku khan ngenyek, ad hominem, dan body shaming. Jadi kalau sekarang hidupku kacau, itu karena karma dari kelakuanku yang dulu-dulu. Ngunduh wohing pakarti. Tapi anehnya, aku tetap suka mengolok-olok sampai sekarang. Ojok ditiru.

Pernah dulu mengolok-ngolok teman yang ikut MLM. Lha ya'opo, nggak ada angin nggak ada hujan kok nraktir makan enak di cafe. Salah opo aku?

Dan ternyata memang presentasi MLM. Semprul Nda. Yo wis lah, karena itu memang proses yang harus dilewati. Ojok dinyek. Nggak semua orang punya ketahanan mental dan bermuka tebal seperti dia. Demi sebuah helikopter (seperti yang diimpikannya).

Pernah juga aku dulu ngrasani orang kaya yang ngredit rumah murah dan ambil dua unit sekaligus. Itu khan nyerobot jatah orang tak mampu. Eh lha kok ternyata dia orang alim, sopan dan loman. Rajin shalat di masjid sampai jidatnya gosong di empat titik. Dan aku pernah dikasih sepeda ontel yang tidak terpakai tapi masih kempling.

Dan aku jadi tengsin sendiri. Ngenyek tapi mau sepedanya. Raimu Ndes.

Ya'opo ngono iku. Mumet khan. Di zaman sekarang ini kita tidak bisa mendefinisikan orang baik dan bajingan dengan mudah. Ketoke bajingan, tapi kok apikan. Ketoke apikan tapi nggak mbayar utang.

Aku tahu riba itu haram dan hukumannya berat. Aku yo ngerti agama rek, masio pas-pasan. Tapi yang penting tidak membabibuta nuding-nuding orang. Hukum itu luwes. Semua tergantung sikon. Tuhan nggak rewel koyok raimu. Ngono iku ora mesti ngono. Selow ae Ndes. Riba memang haram, tapi menyakiti perasaan orang  lain itu juga haram bla bla bla bla..

Wis ah.

-Robbi Gandamana-

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun