Mohon tunggu...
Robbi Gandamana
Robbi Gandamana Mohon Tunggu... Ilustrator - Ilustrator

Facebook : https://www.facebook.com/robbi.belumfull -------- IG : https://www.instagram.com/robbigandamana/

Selanjutnya

Tutup

Lyfe

"Bomb City", Ketika Manusia Dihukum karena Penampilannya

26 Februari 2018   16:05 Diperbarui: 27 Februari 2018   12:27 13929
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

******
Tema film ini sebenarnya sangat klise, Intinya jangan menilai seseorang hanya dari penampakan luarnya, atau dalam bahasa teman saya : "Don't judge a book by its cover". Tapi yang terjadi di Amarillo, Texas saat itu adalah orang pantas mati hanya karena berpenampilan urakan, Punk.

Apalagi si pembunuh adalah anak orang kaya yang terpandang di masyarakat yang sanggup membayar pengacara yang paling handal. Jadi si pembunuh bisa dengan mudah bebas lenggang kangkung dari dakwaan.

Btw, Brian Deneke adalah vokalis band punk lokal The White Slave Traders. Brian juga seorang seniman Pop Art. Sampai sekarang masih terpajang 3000-an Papan Tanda unik karyanya di lingkungan sekitar Amarillo, Texas.

Brian adalah Punker yang mandiri. Umur masih belasan sudah tidak bergantung ortu. Dia bersama saudaranya, Jason Michael, menyewa sebuah bangunan kosong untuk membuat club kecil-kecilan ajang kumpul sesama Punker dan menggelar konser khusus band Punk. Jauh dibandingkan dengan kelompok kelas menengah manja itu. Yang kerjanya cuman bersenang-senang menghabiskan duit buapaknya.

Bibit permusuhan anak punk dengan kelompok "The Preps" berawal dari saling ejek saat bertemu di sebuah cafe lokal. Selanjutnya kelompok kelas menengah itu selalu memulai bikin ulah pada anak Punk, termasuk melempar botol bir ke kepala Brian Deneke saat bermain skateboard sendirian suatu malam, yang menyebabkan pelipisnya robek berdarah.

Klimaks dari kemarahan Brian Deneke Cs. terhadap "The Preps" adalah saat salah satu teman Brian, Jhon King, dikeroyok oleh "The Preps" karena Jhon King  meminta pertanggungjawaban atas pecahnya kaca jendela club karena dilempar Papan Tanda Jalan oleh anak "The Preps" sesaat sebelumnya.

Perkelahian hebat antar kedua kelompok berseteru pun tidak bisa dielakan. Itu terjadi di Western Plaza Shopping Center (tempat populer untuk nongkrong di Amarillo, Texas). Berakhir dengan matinya Brian Deneke karena sengaja ditubruk dan dilindas oleh Cody Cates dengan mobil Cadillac milik bapaknya.

Urusan pun jadi panjang, karena pembunuhan termasuk kasus kriminal berat. Aparat hukum pun turun tangan. Tapi sayangnya, kasus tersebut dimenangkan oleh si pembunuh karena paradigma kolot dan nama besar orang tua si pembunuh. Keadilan tidak berteman dengan kaum marjinal.

Film ini pun diakhiri dengan narasi Marilyn Manson (sambungan dari narasi di awal film) :

"Bla bla bla wenesko weneske...Ada anak Punk remaja yang dilindas oleh atlet sekolahan kulit putih dengan mobil Cadillac ayahnya. Anak ini tewas karena dia terlihat berbeda. Hal ini terjadi, dan anak ini telah membunuhnya. Dan itu jelas bersalah, dia bahkan mengakui kesalahannya. Tapi tebak dimana atlet All-American ini berada sekarang? dia kuliah.

Hakim Juri merasa anak Punk itu pantas mati karena terlihat urakan. Tidak hanya meninggal, di persidangan dia dibunuh lagi. Karena mereka mengkritik gaya hidupnya. Karena dia tak mengenakan kemeja Tommy Hilfiger dan celana kain, tahu khan? Lalu si pembunuh bahkan mendapat tepuk tangan saat kelulusan. Karena dia seorang bintang futbol. Mimpi Amerika, kuat, normal. Dia tak pernah seharipun di penjara.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Lyfe Selengkapnya
Lihat Lyfe Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun