Mohon tunggu...
Risal
Risal Mohon Tunggu... Pelajar Sekolah - Siswa SMA

Saya menulis apa yang saya pikirkan 📝

Selanjutnya

Tutup

Diary Pilihan

Transformasi Kenakalan Menuju Kehebatan: Sebuah Perjalanan Pribadi

28 Maret 2024   13:43 Diperbarui: 28 Maret 2024   13:50 40
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi langkah meraih pencapaian. Sumber ilustrasi: freepik.com

Dalam tulisan kali ini, saya ingin berbagi pengalaman pribadi tentang bagaimana saya bangkit dari kehinaan dan keterpurukan. Di sini, saya tidak bermaksud untuk menggurui, sama sekali tidak! Saya hanya ingin berbagi pengalaman pribadi saya tentang perubahan diri saya dari yang anak muda yang nakal menjadi anak muda yang telah diakui kehebatannya di kampung saya. Mari kita mulai ceritanya.

Sejak kelas 5 SD hingga kelas 3 SMP, saya dikenal sebagai seorang remaja yang nakal dan banyak kasus kenakalannya. Kenakalan yang saya lakukan mengundang berbagai hinaan dari berbagai pihak. Banyak warga yang menghina saya akibat kenakalan saya. Bahkan, penghinaan terhadap saya datang dari keluarga terdekat saya sendiri. 

Namun, ketika kelas 5 SD, saya telah berhasil membawa sekolah saya meraih juara dua umum dalam lomba setingkat kabupaten Polewali Mandar. Ketika masuk SMP, saya juga berhasil membawa sekolah saya meraih juara dua dalam kompetisi sains madrasah yang diadakan oleh Kementerian Agama, setingkat provinsi Sulawesi Barat. Meski begitu, prestasi yang saya dapatkan tidak membuat saya terhindar dari fase kenakalan yang membuat orang tua saya merasa malu. Ketika ini terjadi, saya sempat merasa bahwa saya tidak akan pernah berguna bagi orang tua saya. Rasa hina, kerendahan dan stres pun akhirnya merasuki diri saya.

Belum lagi, hinaan dan cacian juga datang dari keluarga ayah saya sendiri, bahkan mereka sampai mengatakan bahwa saya adalah anak yang bodoh dan tidak akan bisa berguna untuk orang tua saya. Saat mereka berkata demikian, rasa bersalah dan ketidakpercayaan diri saya pun semakin bertambah. Suatu ketika saya tidak sengaja melihat kedua orang tua saya menangis akibat hinaan dan celaan yang saya dapatkan, mungkin itu karna mereka sangat sayang kepada saya. Belum lagi, saya seringkali dijadikan objek tertawaan oleh teman-teman yang sebaya dengan saya. 

Saya merasakan kesedihan yang mendalam. Rasa bersalah merasuki diri saya dan bahkan saya tidak punya tujuan untuk hidup lagi di dunia ini. Namun, saya melakukan perenungan yang lama atas apa yang saya lakukan selama ini. Akhirnya, setelah lama merenung saya pun bertekad ingin berubah menjadi lebih baik ketika masuk SMA, agar orang tua saya bangga terhadap saya. Di SMA, saya belajar publik speaking hingga diberikan kesempatan untuk berceramah di beberapa masjid, dan membawakan khutbah Jum'at serta menjadi imam sholat di beberapa masjid. Perjuangan saya tidak terhenti di situ, saya juga berjuang untuk mendapatkan berbagai prestasi ketika SMA, dan alhamdulilah hasilnya adalah 9 prestasi nasional dan 2 prestasi internasional. Meski perjuangannya tidak mudah, saya tidak pernah mau menyerah. Ketika saya ingat akan hinaan dan cacian, saya pun bersemangat kembali dan melanjutkan perjuangan untuk membuktikan kepada mereka yang telah merendahkan saya bahwa saya bisa lebih baik dari mereka.

Puncak pembuktian adalah ketika saya membawakan ceramah sebanyak dua kali ketika Ramadhan, di kampung tempat saya direndahkan oleh warga, teman-teman dan keluarga ayah saya sendiri. Ketika saya berhasil membawakan ceramah dengan sempurna, masyarakat pun mengakui bahwa saya telah berubah menjadi lebih baik dari sebelumnya. Keluarga ayah saya pun tidak berkutik ketika melihat diri saya yang ternyata lebih hebat daripada anak mereka sendiri. Bahkan kala itu, tidak ada satupun anak muda yang mengalahkan kemampuan publik speaking dan kepintaran saya. Orang tua saya yang dulunya, menangis akibat kenakalan saya pun merasakan kebahagiaan yang tak terhingga ketika melihat saya yang berubah menjadi lebih baik dari sebelumnya. Walaupun hanya mampu dengan prestasi bukan uang, tetapi setidaknya orang tua saya bisa bangga punya anak seperti saya. 

Untuk teman-teman yang memiliki pengalaman yang sama seperti saya, teruslah berjuang temanku. Buktikan kepada mereka yang telah merendahkan Anda bahwa Anda bisa lebih baik daripada mereka. Jadikan hinaan dan cacian yang Anda dapatkan, sebagai motivasi terbaik untuk berubah menjadi lebih baik dan membuat orang yang telah merendahkan Anda menjadi tak berdaya. Ali bin Abi Thalib pernah berkata, "Balas dendam paling baik adalah dengan menjadikan dirimu lebih baik."

Mohon tunggu...

Lihat Konten Diary Selengkapnya
Lihat Diary Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun