Mohon tunggu...
rizal nazarudin firli
rizal nazarudin firli Mohon Tunggu... -

interested in journalism, photography, islamic economic, socio-culture.

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Empat Karakter Kaya, Pesan dari Santri Sidogiri

5 Mei 2015   06:47 Diperbarui: 17 Juni 2015   07:22 445
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
14307819341837530544

1.Identitas Buku

Judul buku: Arba’a Karakter Kaya (Bekal Kaya Sejak Dini)

Pengarang: M. Albilaluddin al-Banjari

Penerbit: Bilal House

Cetakan Pertama: Maret, 2015

Jumlah Halaman: 109 halaman

2.Pembuka Resensi

Setiap orang memiliki persepsi masing-masing mengenai kekayaan, ada orang yang berpola pikir ketika ia bisa memenuhi kebutuhan pangan untuk esok hari, ia berkeyakinan bahwa ia telah menjadi kaya, ada juga yang bahkan sampai ia memiliki harta senilai jutaan rupiah pun ia masih merasa belum kaya.

Dari berbagai persepsi tersebut penulis menggunanakan opininya tentang kaya yang sesungguhnya. Sehingga dapat menjadi bekal sejak dini hingga akhir masa nanti. Menurut penulis “Kekayaan dan kemiskinan adalah dua hal yang berbanding dan berpisah luas antara keduanya. Bak langit dan bumi, hal ini menyebabkan terjadinya kemarjinalan yang terus menerus”. Begitulah singkat prolog yang ditulis dalam buku Arba’a Karakter Kaya ini.

Bagi sebagaian orang mungkin beranggapan kaya itu relatif, kaya itu ingin dan berusaha, kaya itu ketika kita sukses, bahkan beranggapan bahwa kaya itu adalah takdir yang sudah ditakdirkan oleh Tuhan yang Maha Esa.

Definisi kaya bermacam-macam ada kaya harta, kaya pikiran, kaya jiwa. Akan tetapi, sudut pandang akan kekayaan yang penulis paparkan dalam buku ini yakni bagaimana seseorang memiliki kekayaan finansial yang dibentuk melalui pola pikir, serta berkaitan erat dengan dimensi kejiwaan.

3.Jenis Buku

Buku yang dihadirkan penulis ini merupakan buku motivasi bagi siapapun yang ingin mencapai kekayaan yang hakiki menurut agama islam yang tidak hanya berorientasi kepada dunia, melainkan juga akhirat.

4.Keunggulan Isi Buku

-Isi Buku :

Keunggulan isi buku ini dilihat dari penyajian subbab-subbab yang ada dalam buku sangatlah menarik untuk dibaca.Pada bagian awal penulis mengajak pembaca untuk memulai dari niat kemudian bagian tengah penulis mengenalkan 4 karakter kaya yang harus dimiliki sejak dini selanjutnya pada bagian akhir penulis mengajak pembaca untuk tidak hanya sekedar membaca tetapi do action dan juga tak lupa untuk memuhasabah diri agar tak lalai dengan kekayaan yang dimiliki.

Satu kalimat yang khas dalam buku ini yakni “Life is Choice”, Dimana penulis mengajak pembaca untuk memilih jalan mana yang akan ia tempuh untuk menjadi kaya.

Dalam buku ini penulis menghadirkan orang-orang kaya di era keemasan islam yang dengan kekayaannya itu mereka tidak hanya mengkayakan diri sendiri, akan tetapi juga dapat mengkayakan orang lain disekitarnya. Seperti Yahya bin Sa’id yang berkata “Ketika hendak membagikan zakat, saya tidak menjumpai seorang miskin pun”. Juga Mu’adz bin Jabal yang mampu menggaji guru di Madinah masing-masing 15 dinar atau ± 15 juta per bulan (Ash-Shinnawi, 2006)

-Bahasa :

Dilihat dari segi bahasa yang digunakan pengarang sederhana, akan tetapi memikat. Kalimat- kalimat dalam paragraf disusun secara runtut sehingga mudah dipahami.

5.Kelemahan Isi Buku

Kelemahan buku ini adalah pengarang menggunakan beberapa kosakata Arab, sehingga pembaca yang berlatar belakang bukan pesantren ataupun belum pernah mengenyam pendidikan Bahasa Arab kurang memahami arti kata tersebut.

6.Nilai Buku

Dalam buku ini penulis memaparkan bahwasanya mengapa kita perlu kaya?, yakni agar dengan kekayaan itu kita bisa membantu dan mengkayakan orang lain. Dengan kaya, kita juga bisa berbagi dengan sesama. Sehingga orientasi kaya yang harus kita pegang yakni harus mencapai “falah” yakni kebahagiaan dunia dan kebahagiaan di akhirat.

Kesimpulan :

Saya mengutip hadits Nabi SAW yang dituliskan di dalam buku ini yang berbunyi “Sungguh seandainya salah seorang diantara kalian mengambil beberapa utas tali, kemudian pergi ke gunung kemudian kembali memikul deikat kayu bakar dan menjualnya, kemudian dengan hasil itu Allah mencukupkan kebutuhan hidupmu, itu lebih baik daripada meminta-minta kepada sesama manusia, baik mereka memberi maupun tidak”(H.R. Bukhari).

Dari hadits ini dapat ditarik sebuah benang merah, bahwa agama memandang harta tergantung pada siapa yang memegangnya. Kaya raya tapi dipegang oleh orang yang tidak shaleh maka harta itu termasuk harta yang menjerumuskan pemiliknya ke jalan yang salah.

Oleh karenanya, jadilah kaya dan jadilah orang yang shaleh, sehingga harta yang dititipkan kepada kita menjadi harta yang paling baik.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun