Mohon tunggu...
Te Telun
Te Telun Mohon Tunggu... Relawan - Literasi Gaya Bahaya | Pernah Belajar di UNESA Suroboyo

Pria Tampan dari Timur | Penggemar Gus Dur & NU

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Ketika Nama Desa Pacar di Ejawantahkan Unik dan Seksi

8 November 2019   16:35 Diperbarui: 10 November 2019   16:35 210
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Hampir semua pertanyaan  dari orang-orang yang mampir ketelinga saya ritmenya seperti itu. Tapi tentunya dari sekian pertanyaan tersebut ada yang saya jawab dan mendaraskan pada fakta empiris dan bukti kesesuaian sejarah, supaya tidak terjadi 'kesleo' berfikir. Meski dengan keterbatasan pengetahuan yang ada, ya saya berusaha meluruskan saja dengan gaya bahasa yang tidak meragukan tentunya.

Sejarah awal penamaan desa Pacar, secara spesifik saya kurang tahu. Kendati saya tidak hidup dizaman itu dan tidak ada bukti sejarah tertulis mengenai itu. Kalaupun tahu sejarahnya, itu karena dijelaskan secara lisan turun temurun oleh kakek nenek buyut dikampung.

Tapi yang jelas, bila menimang asal muasalnya nama Desa "Pacar" itu diambil dari nama Masang Pacar, salah seorang pejuang dan pahlawan lokal yang dulunya bertempur secara heroik melawan bangsa kolonialisme (penjajah) portugis yang mulai masuk ke Flores kira-kira pada abad ke 19. Maka untuk menghormati perjuangan beliau semasa itu, dinamailah reksa wilayah/desa saya menjadi Desa Pacar.

Sementara bila ditanya perihal apakah Desa Pacar memiliki riwayat peduli dengan perjodohan dan percintaan, saya pikir sejatinya semua Desa di Indonesia maupun didunia sangat menjunjung tinggi diskursus percintaan ini. Toh sifatnya lahiriah dan kodrati dan semua manusia merasakan dan membutuhkan akan arti pentingnya dalam kehidupan.

Kultus menghargai pasangan sangat dijunjung tinggi oleh masyarakat Pacar sejak dulu, bahkan sampai sekarang ini. Terlepas dari perintah Agama yang mengharuskan untuk menghormati keberadaan suami dan istri dalam kiblat kehidupan rumah tangga.

Setidaknya Mencintai harusnya menguntungkan kedua belah pihak, sebagai sarana menumbuhkan kesadaran kolektif. Jatuh cinta yang oleh masyarakat Pacar imani adalah meruntuhkan kapitalisme, minimal ego kapitalisme dari diri masing-masing pasangan.

Jadi hingga kinipun, setiap kali ada yang menanyakan konkritasi perihal Desa Pacar kepada saya, ya saya jawabnya seperti itu saja. Hehe

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun