Mohon tunggu...
Riska Yunita
Riska Yunita Mohon Tunggu... Bankir - Karyawan Swasta

Be your own kind of beautiful

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Cerpen | Sang Putri Memilih Pergi

12 Januari 2020   08:43 Diperbarui: 12 Januari 2020   09:10 177
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sumber: www.hipwee.com

Semalam, kotanya hujan. Jatuh airnya saling bertabrakan menghantam jalan. Basah dan tergenang. Sebuah pemandangan penuh emosional yang ia saksikan di balik jendela kamar.

Hujan selalu hadir dengan segala rasa di dalamnya dan malam mengajak pikiran untuk mengungkap segala kegundahan di dalam jiwa. Begitulah dua bentuk emosi bersatu menghadirkan jawaban atas bimbang hatinya.

Akhirnya ia tertidur. Dengan hati yang entah sedang merasakan apa. Tidak kosong. Tidak juga terisi penuh. Masih ada ruang yang terisi oleh 'ragu'-nya.

Dan inilah dia. Terbangun di keesokan pagi. Di waktu ketika matahari sudah naik cukup tinggi. Sudah tidak hujan. Sudah surut pula semua genangan semalam.

Pagi ini, hatinya terasa berani. Entah mimpi apa yang hadir dan membuatnya seyakin ini. Tangannya langsung membuka kotak percakapan tepat setelah ia membuka mata di minggu pagi ini.

Terbaca. Namun tidak terbalaskan. Jemarinya mulai naik perlahan. Membuat kotaknya membuka percakapan dari hari-hari sebelumnya. Senyumnya merekah. Indah, tulus dan penuh cinta. Ia bahagia, kala itu.

Setelah sampai di puncaknya, ia harus turun kembali. Melewati lagi hari-hari penuh senyumnya. Sampailah ia di hari-hari satu bulan belakangan ini. Hari dimanya senyuman itu sulit ia dapati kembali. Disinilah logikanya mulai berbisik pada hati.

"Lihatlah, pangeranmu mulai berubah."

Begitulah logikanya mengingatkan.

Seperti seorang putri yang sedang menanti pangerannya kembali dari medan perang. Begitulah hari-harinya berjalan. Akan sangat istimewa jika penantiannnya sungguh merupakan hal yang besar. Namun ia hanya menanti sebuah kabar. Kabar dari seseorang yang terlalu tenggelam dalam dunianya sendiri. Kabar dari seseorang yang penuh misteri namun pandai menaklukan hati.

Ada hari dimana sang putri sadar jika ia memang bukan  prioritas utama sang pangeran. Namun keesokan harinya pangeran itu berteriak kebingungan saat pesannya terlewatkan oleh sang putri meski hanya baru satu jam berjalan.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun