Cerita sebelumnya dapat dibaca di link berikut:
1. http://fiksiana.kompasiana.com/rina_natalia/ananda-part-1_591931a87593735e09c5c252
2. http://fiksiana.kompasiana.com/rina_natalia/ananda-part-2_591932dc929373a91005555d
3. http://fiksiana.kompasiana.com/rina_natalia/ananda-part-3_5919340e4423bdc622e87299
4. http://fiksiana.kompasiana.com/rina_natalia/ananda-part-4_591935b29a93731967f2f56d
“Waduh banyak juga ya yang kamu dapat dari pameran wedding tadi,” kata Fandy seraya tersenyum melihatku mengeluarkan isi tasku, begitu kami tiba di rumah. Ya, tasku jadi penuh dengan berbagai kartu nama dan brosur-brosur.
“Lumayan kan, buat referensi kita, “ kataku yang langsung diiyakan Fandy. Dia melihat-lihat sebentar, dan menyuruhku menyimpannya. Aku berpamitan sebentar padanya untuk ke kamar, menaruh tas dan berganti baju, lalu mengambil minum untuk kami berdua.
“Ini Fan, ayo minum,” kataku begitu kembali ke serambi depan seraya meletakkan dua buah gelas dan sebotol penuh air dingin. Cuaca sedang panas, makanya kami memilih duduk di luar. Fandy menuang air penuh ke dalam gelasnya dan meminumnya. Aku tersenyum melihatnya, kehausan banget nih anak, pikirku.
“Fan, sebenarnya ada yang ingin aku bicarakan sama kamu. Aku hanya meminta penjelasan dari kamu,” kataku kemudian. Fandy menatapku heran. Aku pun tidak segera menjawab, hanya mengeluarkan selembar foto dari saku bajuku, foto Angie waktu SMU.
“Ini, Fan. Kamu pasti kenal dengan orang ini,“ kataku lagi seraya menyodorkan foto itu di hadapannya. Fandy tampak kaget melihatnya.
“Ver, ini kan, Angie, aku memang kenal dia. Jadi Angie yang kamu sebut-sebut belakangan ini ternyata Angie yang ini?’ tanyanya.
“Ya, Fan. Angie sahabatku di SMU dan aku tahu kamu memang mengenalnya, dan nggak cuma kenal saja tapi kamu sudah menghamili dia tanpa bertanggung jawab. Kenapa kamu nggak pernah cerita padaku, Fan?”. Fandy terdiam, kepalanya tertunduk, lalu suasana menjadi sunyi.