Mohon tunggu...
Rifan Nazhip
Rifan Nazhip Mohon Tunggu... Penulis - PENULIS
Akun Diblokir

Akun ini diblokir karena melanggar Syarat dan Ketentuan Kompasiana.
Untuk informasi lebih lanjut Anda dapat menghubungi kami melalui fitur bantuan.

Hutan kata; di hutan aku merawat kata-kata.

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Kolong Pembohong

24 Juli 2019   11:35 Diperbarui: 24 Juli 2019   11:44 35
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Humaniora. Sumber ilustrasi: PEXELS/San Fermin Pamplona

Kami adalah sekumpulan manusia yang tinggal di bawah kolong langit, entah di mana, tapi tak mungkin kau cari karena tak ada dalam peta.

Kami selalu hidup dalam pesta-pesta di gedung-gedung tinggi yang meng-angkuh langit. Meskipun hanya segelintir kecil dari koloni kami yang dapat berpesta, lalu sebagian lagi melata derita, tapi semua rela atau terpaksa rela aku sendiri tak tahu. Karena aku sama sekali tak mampu menyelami hati manusia.

Ada sekelompok kami yang siang hari paling mulia dengan baju sengaja dibuat derita. Saat malam merapat, sekelompok kami berubah berkaki empat, berbulu menjijikkan, moncong yang panjang. Hampir semua mirip tikus. Lalu sama-sama menggerogoti semua hasil usaha sekelompok lain yang rela atau entah rela. 

Atau, menggerogoti segala yang ada dari dulu hingga menjadi bencana di mana-mana, namun sekelompok kami hanya tertawa, bersulang suka cita air mata duka cita sekelompok lain.

Kami adalah sekelompok orang yang suka berbohong. Kami juga lebih menyenangi yang berbohong ketimbang yang jujur. Kami juga lebih menghargai yang berbohong daripada yang dibohongi. Saat ada sekelompok kami yang bangga dengan berbohong, maka sekelompok lain yang dibohongi berterima kasih sebab mendapat tempat di hati para pembohong.

Kolong kami dibangun oleh kebohongan. Ruang-ruang pendidikan kami mengajarkan bagaimana menjadi pembohong terpelajar. Ada perlombaan-perlombaan kebohongan, dari debat, hingga quiz. Piala bohongan menjadi perebutan. Pembohong terpelajar menjadi rebutan di mana-mana. Para manusia berjuang sekuat tenaga menjadi objek yang dibohongi.

Panggung-panggung penuh kebohongan. Ruang-ruang usaha kerja kebohongan. Tv-tv penuh pembohongan. Tempat-tempat hiburan memutar kebohongan. Semua merayakan kebohongan yang mengoyak langit.

Kami adalah manusia kolong langit yang entah di mana tak perlu kau cari. Kau pasti tak akan menemukan kami, sebab kami adalah manusia bohongan. Kau kecewa karena merasa dibohongi. Tertawalah sebab kau masih benci bila dibohongi. Menangislah sebab kau suka dibohongi. Terima kasih. Tertanda; penulis pembohong.

---

Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun