Mohon tunggu...
Reynal Prasetya
Reynal Prasetya Mohon Tunggu... Penulis - Broadcaster yang hobi menulis.

Penyuka Psikologi, Sains, Politik dan Filsafat yang tiba - tiba banting stir jadi penulis Fiksi. Baca cerita terbaru saya disini : https://www.wattpad.com/user/Reypras09

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Artikel Utama

Jangan Terlalu Sering Share Berita Negatif di Medsos

27 Desember 2019   23:02 Diperbarui: 28 Desember 2019   18:35 400
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi share berita di sosial media (Sumber: moneyinsight.id)

Dewasa ini sosial media bukan saja menjadi sebuah sarana pergaulan dan interaksi sosial secara online, namun media sosial sudah jauh bertransformasi dari waktu ke waktu, informasi jadi lebih mudah di dapat hanya dengan melalui genggaman tangan. 

Namun tidak bisa dipungkiri juga bahwa lewat perubahan itu, banyak pula informasi-informasi yang sering kali jauh dari fakta dan kejadian yang sebenarnya. Dan muncul berita-berita negatif yang tidak bisa kita cegah.

Ditambah lagi kurangnya kesadaran dan kemampuan bernalar seseorang dapat mengakibatkan terjadinya misinformasi dan disinformasi. 

Tentu akan ada banyak efek buruk pada kehidupan sosial kita, bilamana kita tidak mampu mencermati dan menyaring berita dengan benar dan bijak.

Sering kali saya bertanya-tanya dan keheranan, mengapa lebih banyak orang yang menyukai dan mengkonsumsi berita negatif ketimbang berita positif ? Anehnya, berita-berita negatif cenderung lebih cepat viral dan ramai diperbincangkan dibanding berita yang positif.

Fenomena itu sering kali saya jumpai di laman Facebook yang notabene memiliki pengguna yang cukup banyak di Indonesia dan menempati peringkat ke-4 di dunia. 

Contoh-contoh berita negatif seperti kecelakaan yang naas, perampokan, pemerkosaan, bencana alam, kekerasan, penculikan, pembunuhan, dan sederet berita lain yang jauh lebih mengerikan. Sering kali kita temui di beranda sosial media.

Salah satu alasan yang melatarbelakangi seseorang untuk menshare berita-berita yang semacam itu mungkin karena mereka merasa memiliki bentuk kepedulian untuk khalayak banyak agar lebih waspada dan turut memberikan simpati dan empati atas peristiwa yang sedang atau baru saja terjadi.  

Namun apabila semua itu sudah melebihi ambang batas dari yang seharusnya, sudah barang tentu informasi/berita bukan lagi menjadi sebuah asupan yang sehat, akan tetapi berubah menjadi momok yang sangat mengerikan dan dapat memicu kecemasan publik yang berlebihan.

Hal yang paling fatal adalah ketika banyak orang menshare berita-berita tentang kecelakaan yang tragis di suatu lokasi, lalu kemudian ditambah kan dengan narasi-narasi mistis seolah-olah di lokasi tempat kejadian itu angker dan ada hantunya. 

Akhirnya banyak orang yang meyakini bahwa di lokasi itu memang angker, meskipun mungkin sebenarnya peristiwa itu terjadi karena faktor kelalaian pengemudi saja, atau memang medan jalannya saja yang berbahaya dan diperlukan kehati-hatian.

Padahal sebenarnya, ketika kita semakin intens memberikan pengamatan dan atensi negatif kepada lokasi kejadian itu, malah bisa memungkinkan terjadi suatu pengulangan peristiwa yang hampir mirip di lokasi kejadian itu.

Makanya tidak heran, sering kali kita menyaksikan peristiwa-peristiwa naas dan kecelakaan-kecelakaan tragis yang hampir mirip dan lokasinya di situ-situ saja.

Karena ketidaktahuan dan kurangnya kesadaran, akhirnya kita terpaksa berasumsi dan meyakini bahwa di lokasi kejadian itu memang angker dan ada hantunya.

(Sumber gambar ilustrasi : DataRiau.com)
(Sumber gambar ilustrasi : DataRiau.com)
Padahal, seperti yang kita ketahui bahwa sebelum realita itu mengerucut, ada banyak sekali sebab-sebab dan variabel di belakangnya. Dan kurang tepat bilamana kita menyimpulkan suatu kejadian hanya dengan satu sebab dan mengabaikan sebab-sebab yang lain.

Ketika suatu kejadian diberikan perhatian dan diamati secara terus menerus, maka besar kemungkinan akan mengundang kejadian yang serupa dan hampir mirip. Karena di tingkatan yang "halus", semua hanya probabilitas alias potensi, alias kemungkinan. Dan akan menjadi "nyata" saat diberi perhatian dan diamati terus menerus.

Saya tidak tahu, apakah Anda akan langsung menggangguk setuju dengan argumen tersebut, atau malah ingin menyanggah dan menuduh saya sedang membual. Namun bagi Anda yang memahami bagaimana mekanisme Fisika Quantum, saya yakin Anda akan langsung menyetujui pernyataan di atas.

Untuk menjawab, "Mengapa kok bisa begitu ?" Tentu ini akan menghasilkan jawaban dan uraian yang cukup panjang, karena bila sudah menyentuh area quantum, sudah pasti Anda akan disuguhkan dengan segudang penjelasan yang rumit dan njlimet. 

Sederhananya jika suatu benda diurai, maka kita akan menemukan yang namanya molekul, kemudian jika molekul kita urai, maka kita akan menemukan yang namanya atom, atom jika kita urai lagi, maka kita akan menemukan yang namanya partikel. Nah jika partikel ini kita urai lagi, maka kita akan menemukan yang namanya quantum. Dan seterusnya dan seterusnya.

Nah sederhananya, quantum adalah suatu "bahan" yang akan kita temukan dalam semua hal yang ada di alam semesta ini. "Bahan dasar" alam semesta inilah yang akan menjadi titik pendalaman kita kali ini, bagaimana perilakunya, dan apa hubungannya dengan kita dalam mewujudkan peristiwa tertentu. 

Ada banyak sekali hasil riset ilmuwan yang berupaya mengungkap bagaimana perilaku atom, partikel dan quantum. Namun ada satu percobaan yang menurut saya paling pas dan sederhana untuk menjelaskan bagaimana fenomena tersebut. Salah satunya adalah percobaan dua celah (double slit experiment) yang dilakukan oleh Thomas Young. 

Percobaan fisika ini awalnya bertujuan untuk mengetahui apakah cahaya itu partikel (particle) atau gelombang (wave)? Partikel bisa kita definisikan sebagai gumpalan kecil sari bahan, sementara gelombang adalah gangguan tak berbentuk yang dapat menyebar dan berhamburan ke mana-mana. 

Secara logika tidak mungkin sesuatu bisa bersifat keduanya. Mana mungkin sesuatu bisa berada di suatu koordinat tertentu namun juga sekaligus menyebar dan berada di mana-mana, itulah pertanyaan yang terbersit dalam benak para ilmuwan pada waktu itu.

Jika Anda penasaran dengan percobaan itu, Anda bisa mengunjungi laman YouTube dengan kata kunci "Double Slit Experiment".

Lalu apa yang terjadi selanjutnya? 

Ternyata lewat percobaan tersebut, menunjukkan suatu fakta yang sangat mencengangkan. Bahwa niat, pengamatan, dan perhatian kita bisa mempengaruhi dan menentukan perilaku partikel, atom, dan quantum.

Bahkan lebih jauh lagi, dua orang ilmuwan bernama Neils Bohr dan Warner Heisenberg menyatakan bahwa, dunia atom itu adalah dunia yang tidak jelas dan sulit untuk dijelaskan. Tanpa mengamati, maka atom adalah hantu, atom hanya ada jika kita meniatkan mencarinya. 

Jika kita mencari lokasinya, kita akan bisa menemukannya. Jika kita berniat mengukur kecepatannya, kita akan menemukan partikel yang bergerak. Tetapi kita tidak akan menemukan lokasi dan kecepatannya secara bersamaan. 

Prinsip lain yang berlaku di dunia atom adalah ketidakpastian. Dan ketidakpastian itu baru menjadi kepastian saat kita berniat, memberikan perhatian dan mengamati sebuah keadaan tertentu. 

Temuan ini jelas menunjukkan bahwa sebenarnya manusia terlibat dalam menciptakan realitas (kenyataan). Kita terlibat dalam proses mengaktualkan samudera potensi kemungkinan dan kejadian tiada batas.

Jika niat, pengamatan, dan perhatian kita ternyata bisa mempengaruhi perilaku quantum sebagai "bahan dasar" alam semesta ini, maka bisa dipastikan apapun yang kita amati dan kita perhatikan dalam kehidupan ini akan juga mempengaruhi hal tersebut!

Awalnya segala sesuatu di alam semesta ini berupa lautan kemungkinan (wave). Dan masih berupa potensi kejadian. Lalu pada saat kita mengamati, meniatkan, dan memberikan perhatian, potensi itu akan aktual menjadi realita. 

Bayangkan jika yang memberikan perhatian itu jutaan orang? Bayangkan jika yang diperhatikan adalah hal yang negatif? Anda pasti sudah bisa menebak apa yang akan terjadi.

Lewat pemahaman ini, seharusnya kita mulai lebih sadar dengan input informasi yang kita terima. Agar tidak terus-menerus mengamati dan memberikan perhatian yang berlebihan pada suatu peristiwa yang negatif.

Mari kita saling mengingatkan, dan jadikan semua sebagai pembelajaran. Tanamkan pemahaman ini dalam bawah sadar Anda, supaya kehidupan dunia ini semakin lebih damai, tentram, dan harmoni.

Namun pada akhirnya, semua akan kembali pada pemilik alam semesta ini, meski secara sadar ataupun tidak, kita selalu dilibatkan dalam menciptakan realitas, semua tetap tidak akan terjadi tanpa seizin-Nya.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun