Mohon tunggu...
Rionanda Dhamma Putra
Rionanda Dhamma Putra Mohon Tunggu... Penulis - Ingin tahu banyak hal.

Seorang pembelajar yang ingin tahu Website: https://rdp168.video.blog/ Qureta: https://www.qureta.com/profile/RDP Instagram: @rionandadhamma

Selanjutnya

Tutup

Lyfe Pilihan

Mengapa Hari Gini Masih Pakai Kertas?

3 Agustus 2019   07:05 Diperbarui: 3 Agustus 2019   07:22 82
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

"Hari gini masih ngerangkum pake kertas? Ya ampun," tandas kawan penulis bertahun-tahun lalu. Memang, penulis adalah tipe pembelajar yang pen and paper. Setiap belajar, penulis pasti merangkum materi yang dipelajari di atas kertas. 

Menulis di atas kertas secara harafiah. Ini dilakukan agar pemahaman terhadap materi bisa lebih mudah. Selain itu, materi juga bisa dipahami dengan cara yang kreatif.

Ternyata, menulis di atas kertas (writing on paper) juga memiliki berbagai manfaat bagi manusia. Pertama, ia membantu otak kita untuk memproses informasi. Kedua, ia membantu kita untuk menjadi penulis yang lebih baik. 

Ketiga, Ia menghindarkan kita berbagai gangguan (distraction). Terakhir, ia menajamkan otak seiring usia bertambah (Gayomali dalam mentalfloss.com, 2015).

Kunci manfaat pertama terletak pada stimulasi Recticular Activating System (RAS). RAS adalah penyaring informasi yang membantu manusia untuk fokus pada pekerjaan utamanya. 

Fokus inilah yang membuat bagian otak yang terkait dengan proses pembelajaran lebih aktif ketika menulis di atas kertas. Dampaknya, pekerjaan yang dilakukan menjadi lebih efisien.

Dalam proses kreatif, manfaat ini sangat terasa. Misalkan ketika penulis sedang merancang terrarium untuk praktikum seni budaya. Ketika penulis merancangnya di atas kertas, ternyata lancar loh. 

Semua ide di otak tersalurkan lewat goresan pensil di atas kertas. Akhirnya, guru seni budaya penulis puas dengan ide yang dituangkan.

Bayangkan kalau penulis harus menggunakan smartphone atau PC. Ide-ide itu pasti terhalang oleh software processing yang (kadang) merepotkan. 

Memperbaikinya juga tidak semudah menghapus tulisan di atas kertas. Penulis pasti mumet dalam menuangkan ide tersebut. Akhirnya, ide yang dituangkan menjadi tidak memuaskan.

Selanjutnya, menulis di atas kertas menuntut manusia untuk lebih teliti. Ketelitian ini muncul dari koneksi langsung antara neuron di otak dengan syaraf di tangan kita. 

Selain lebih teliti, ia juga membuat kita menulis lebih cepat dengan kalimat yang lebih utuh. Bahkan, penulis-penulis terkemuka seperti Susan Sontag dan Truman Capote menuliskan draf pertama mereka di atas kertas.

Pengalaman yang penulis alami mengonfirmasi fakta ini. Kebanyakan tulisan yang berawal dari goresan pena memiliki kualitas yang lebih baik. 

Hampir seluruh fraseologi yang digunakan sesuai dengan keinginan penulis. Hubungan antar kalimat dan paragrafnya juga lebih koheren dibandingkan tulisan yang diketik semata. Tetapi, prosesnya jelas lebih lama dibandingkan tulisan yang diketik di Word.

Tanpa kertas, tulisan yang dibuat sebagai tugas selama SMP dan SMA pasti tidak akan mencapai nilai yang memuaskan. Mengapa? Sebab penulis tidak terpancing untuk melakukan revisi-revisi yang "kejam". Scrutinizing one's own writing. Konsekuensinya, Hasil proses kreatif kepenulisan pun menjadi kurang sempurna.

Setelahnya, menulis dengan gaya pen and paper tidak memiliki plug-in yang bisa mengganggu kita. Mana bisa muncul games atau notifikasi media di atas kertas? 

Sementara, menulis dengan smartphone atau PC melibatkan hal tersebut. Banyak godaan yang bisa membuat kita menjauh dari proses kreatif yang sedang kita lakukan.

Contoh saja ketika penulis membuat artikel ini. Terkadang, muncul notifikasi dari YouTube di tengah-tengah proses pengetikan. Masih bisa dihiraukan kalau notifikasi itu dari channel yang tidak penulis minati. 

Tetapi, kalau dari channel-channel favorit? Proses kreatif menulis pasti dilewatkan dulu, demi menonton konten dari channel kesukaan.

Coba kalau pen and paper. Penulis bisa fokus menuangkan ide lewat tarian pena selama setengah jam. Lalu istirahat sebentar. Setelah itu lanjut lagi hingga tulisan selesai. 

Maka, proses kreatif dalam menulis menjadi lebih efisien dan konsisten. Tidak diganggu dan dihalangi oleh plug-in smartphone atau PC.

Terakhir, penajaman otak terjadi karena menulis melibatkan kemampuan motorik, ingatan, dan lain sebagainya. Terlibatnya kemampuan-kemampuan ini membuat pen and paper writing menjadi latihan kognitif yang bagus. Dampaknya, menulis di atas kertas menjaga kinerja otak manusia seiring bertambahnya usia.

Sebagai pembelajar, penulis mengangguk terhadap fakta ini. Kebanyakan karya tulis besar (esai, cerpen, karya ilmiah, dan lain-lain) yang masih lekat di ingatan berawal dari goresan pensil di atas kertas. 

Goresan berisi alur ide yang menjadi kerangka tulisan-tulisan tersebut. Penulis masih bisa mengingatnya sampai saat ini. Itu semua karena mereka dituliskan di atas kertas.

Seperti sebuah cerpen berjudul "Bunga Alamanda di Pinggir Jalan" yang pernah penulis buat. Karya tersebut selesai pada tahun 2017 untuk penugasan Bahasa Indonesia. Tetapi, penulis masih mengingat detil cerita itu sampai sekarang. 

Ingatan itu masih berbekas karena cerpen itu berawal dari goresan ide yang dilakukan di kelas. Coba kalau tidak pakai kertas? Cerpen tersebut pasti menguap dari benak.

Penjabaran di atas membuktikan pentingnya kertas dalam proses kreatif sebagai penulis. Ia membantu para penulis dalam memproses informative input yang mendorong proses kreatif. 

Dalam proses kreatif, kertas menjadi pelindung dari gangguan plug-in teknologi dan menajamkan otak kita sebagai sumber kreativitas. Akhirnya, penulis pun mampu meningkatkan kemampuannya sebagai pelaku kepenulisan.

Ketika kemampuan tersebut meningkat, stature penulis tersebut pasti tumbuh. Ia menjadi seperti pohon yang tumbuh ke atas. Semakin tinggi dan semakin banyak tantangan yang harus dihadapi. 

Tantangan inilah yang akan mengeksplor kreativitas penulis sampai ke akar-akarnya. Tanpa kreativitas, seorang penulis pasti tumbang diterpa tantangan yang menggunung.

Jadi, hari gini masih pakai kertas? Hello, jadi penulis itu harus kreatif. Untuk menjadi kreatif, kita perlu benda riil sebagai penampung ide-ide dari benak kita. Tanpanya, ide-ide itu pasti tercecer dan terbuang percuma.

Untung kertas hadir untuk menampung ide-ide tersebut.

SUMBER

mentalfloss.com. Diakses pada 2 Agustus 2019.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Lyfe Selengkapnya
Lihat Lyfe Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun