Mohon tunggu...
Ratih Purnamasari
Ratih Purnamasari Mohon Tunggu... Konsultan - Tata Kota

Engineer | r.purnamasari16@gmail.com | Ratih antusias pada isu perkotaan, lingkungan, kebencanaan, smart city, blockchain dan big data. Sebagiaan ide dirangkum di mimpikota.blogspot.com

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Artikel Utama

Smart City Mengapa Jadi Solusi Masalah Kota di Indonesia?

12 Maret 2014   08:45 Diperbarui: 24 Juni 2015   01:02 1483
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Lingkaran SMart City, memuat enam indikator dalam Smart City, oleh Boyd Cohen :http://www.boydcohen.com/smartcities.html

Kota untuk siapa?, setidaknya ini menjadi pertanyaan saya ketika mengikuti seminar tentang kota cerdas atau kerennya disebut “Smart City”. Dalam seminar ini mengupas bahasan mengenai kota cerdas di berbagai negara seperti, Korea Selatan, Singapura, dan Belanda. Copenhagen (Denmark), merupakan salah satu kota cerdas di dunia yang fokus di bidang lingkungan. Membandingkan dengan kota Seoul (Korea Selatan), kota cerdas di Seoul mengutamakan pemanfaatan teknologi informasi yang digunakan untuk pelayanan publik. Smart City dirancang untuk meningkatkan kualiatas hidup orang-orang yang tinggal di kota. Dalam prosesnya indikator yang dijadikan sebagai tolak ukur pencapaian sebuah kota cerdas adalah; smart living, environment (lingkungan), utility (ultilitas/prasarana), economy (ekonomi), mobility (mobilitas), people (manusia, masyarakat). [caption id="" align="aligncenter" width="437" caption="Lingkaran SMart City, memuat enam indikator dalam Smart City, oleh Boyd Cohen :http://www.boydcohen.com/smartcities.html "][/caption] Ke enam konsep kota cerdas ini dapat dikembangkan berdasarkan kriteria dan karakteristik kebutuhan penduduk perkotaan, yang tidak sama antara kota yang satu dengan yang lainnya. Ulasan mengenai Smart City banyak sebenarnya sudah lama “didengungkan” oleh IBM sebuah perusahaan terkemuka dunia, telah memperkenalkan konsep kota cerdas beserta enam indikator kota cerdas. Saat ini kota-kota di Indonesia juga mengusung konsep kota cerdas dan Surabaya terpilih menjadi kota paling cerdas di Indonesia oleh penghargaan majalah Warta Indonesia. Melihat perkembangan konsep tata kota di Indonesia dapat dikatakan sangat cepat (pada tataran konsep), namun pada proses implementasi tidak secepat wacana yang bergulir terus menerus. Kota di Indonesia “dipaksa” menerima konsep hasil adaptasi dari negara yang berhasil menerapkan konsep kota cerdas. Jika konsep kota cerdas berhasil menjadi solusi masalah perkotaan tentu menjadi prestasi luar biasa di tengah kompleksnya masalah kota, namun  jika tidak matang, maka tidak perlu menanyakan lebih jauh “how smart your city”? Tapi “how stupid your city?”. Membangun kota cerdas tentu membutuhkan prasarana penunjang seperti perangkat teknologi dan sistem informasi teknologi. Untuk mewujudkannya butuh energi yang tidak sedikit sementara sumber pasokan energi di Indonesia masih terseok-seok? . Disamping itu yang perlu dipertimbangkan atas konsep pembangunan kota adalah seberapa jauh pemerintah, akademisi, dan masyarakat mengenali dan memahami masalah kotanya. Keberhasilan kota cerdas di kota Seoul, Singapura, Amsterdam, Copenhagen, Melbourne tidak terjadi serta merta. Kota – kota ini sebelumnya telah melalui fase pembangunan kota yang sangat matang. Kota cerdas di beberapa negara tentu sudah matang dalam penanganan masalah banjir, kemacetan, ledakan penduduk, air bersih. Ada tahapan pembangunan yang jelas, kemudian diterjemahkan sebagai konsep pembangunan, sehingga tahapan pembangunan tata kota di negara maju berlangsung secara berkelanjutan. Kemapanan ini perlu dilanjutkan dalam sebuah sistem agar tidak berhenti pada periode tertentu saja, maka lahirlah konsep smart city/kota cerdas yang menjadi konsep besar dari Sustainable city. Membangun kota berarti membangun kehidupan seluruh mahluk hidup yang tinggal dan hidup dari sumber daya kota. Sayangnya seminar ataupun diskusi mengenai konsep kota “bahagia” masih terbatas di lingkup tertentu saja. Sehingga hasilnya adalah masyarakat yang awam konsep “kota bahagia”  hanya menjadi pasien. Jangan dilupakan bahwa kesuksesan kota cerdas di negara lain adalah karena faktor budaya. Dan budaya dimulai dari hal paling sederhana, bagaimana berjalan, dimana membuang sampah, bagaimana menjaga fasilitas publik dan bagaimana hidup seimbang dengan lingkungan. Semua pemahaman tentang budaya tersebut sudah cukup membuat kota kita semakin cerdas, kota cerdas karena masyarakatnya juga cerdas, sederhana. ********** Catatan: judul sebelumnya : Smart City Mengapa (Harus) Jadi Solusi Masalah Kota di Indonesia?, saya edit kembali untuk perbaikan atas kesalahan penulisan dan penempatan tanda kurung dalam judul artikel saya. terima kasih kpd sahabat kompasiana yang sudah memberi masukan untuk setiap tulisan saya. Salam

Mohon tunggu...

Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun