Mohon tunggu...
Rachmah Dewi
Rachmah Dewi Mohon Tunggu... Penulis - DEW | Jakarta | Books Author | Certified Content Writer and Copywriter

Books Author | Certified Content Writer and Copywriter | Email: dhewieyess75@gmail.com

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Artikel Utama

Dilema Setelah Menikah: Berkarier atau Jadi Ibu Rumah Tangga?

23 Agustus 2016   12:40 Diperbarui: 29 Maret 2017   17:00 5786
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
sumber gambar: babylonish.com

Ketika seorang wanita yang telah menikah, umumnya memiiki dilemaan akan dua hal ini: tetap berkarier atau mengurus rumah tangga saja?. Fenomena ini banyak terjadi di kalangan orang-orang terdekat saya, oleh karena itu saya jadi tertarik untuk menuliskan nya dalam sebuah artikel di Kompasiana ini.

Mengapa saya tertarik? Ya, walaupun saya memang belum menikah saya turut merasakan dilema ini. Saya banyak mendengar cerita dari beberapa sahabat terdekat saya, yang merasakan dilema luar biasa tatkala mau melanjutkan berkarier di perusahaan yang selama ini tempat dia mencari rezeki atau memilih mengurus rumah tangga saja setelah menikah alias menjadi full time mother.

Karena saya orang yang senang membaca buku, maka saya mencari-cari referensi yang mengupas masalah demikian. Saya membaca sebuah buku yang berjudul “Women’s Guide” yang ditulis oleh Gayatri.

Ibu saya dan kakak perempuan saya, adalah dua orang yang tetap melanjutkan karier setelah mereka menikah. Sah-sah saja memang, tidak ada yang salah. Karena hidup adalah sebuah pilihan. Banyak yang berpikir, “Nanti kalau kerja, gimana ya dengan anak di rumah? Kasihan dong, gak ada yang urus” atau “Ya kalau nggak kerja, penghasilan hanya dari suami nanti gak cukup untuk beli keperluan ini atau itu.”

Lalu bagaimana cara mendamaikan kedua hal itu agar berhasil menggapai karier yang baik pun juga memiliki keluarga yang sehat, damai, dan sejahtera? Berikut saya sudah menghimpun hasil yang telah saya baca:

  • Komunikasi
    Komunikasi sangat berperan penting di sini. Anda harus membangun komunikasi yang baik dan hangat dengan seluruh anggota keluarga untuk mengembangkan keterbukaan, nah begitu keterbukaan ini sudah menjadi suatu budaya di keluarga Anda, maka setiap anggota keluarga akan saling mengerti dan memaklumi satu dengan yang lainnya. Untungnya apa dengan menjalin komunikasi yang baik antar anggota keluarga? Untungnya, di saat-saat tertentu, anggota keluarga Anda akan memberikan dukungan yang lebih dari yang tak pernah Anda bayangkan sebelumnya.

  • Komitmen
    Setelah komunikasi sudah terjalin dengan baik, langkah kedua adalah komitmen. Dengan komunikasi yang sudah tercipta dengan baik, komitmen dapat ditetapkan tanpa seorang merasa terpaksa. Mencakup apa aja komitmen tersebut? Mencakup prioritas-prioritas keluarga, kesepakatan-kesepakatan pembagian kerja dan waktu, dan sebagainya. Dengan ini besar kemungkinan semua anggota keluarga tetap mendapat perhatian dan happy.

  • Keseimbangan
    Setelah Komunikasi dan komitmen perlu adanya keseimbangan. Menurut buku yang saya baca ini, keseimbangan perlu antara karier dengan keluarga. Dalam kesibukan seperti apapun, usahakan agar selalu meluangkan waktu bersama anggota keluarga. Hal ini pun senada dengan yang pernah ibu saya terapkan dulu. Sewaktu ibu saya belum pensiun dan masih bekerja di salah satu perusahaan media di Indonesia, setiap akhir pekan ibu saya selalu mengajak ayah, kakak dan adik saya untuk menikmati akhir pekan bersama-sama. Kami saling sharing hal-hal yang telah terjadi selama seminggu kemarin. Dan dengan itu, menurut saya adalah cara paling efektif untuk mempererat hubungan walaupun ayah dan ibu saya bekerja.

Lalu, Gimana Baiknya: Pilih Menjadi Ibu Rumah Tangga atau Berkarier?

Untuk menjawab pertanyaan ini, menurut info yang saya kumpulkan dari hasil yang saya di pelbagai referensi, sebaiknya Anda memikirkan tiga hal penting ini sebagai acuan Anda dalam pengambilan keputusan. Berikut saya uraikan:

  • Jika penghasilan suami mencukupi kebutuhan hidup secara berkualitas, apakah masih tetap memilih berkarier atau menjadi full time mother di rumah?
  • Apakah benar, dengan berkarier dengan posisi yang cemerlang lebih membahagiakan hidup daripada merasakan kesusahan dalam mengurus anak?
  • Apakah nanti khawatir jika suami kemudian mengabaikan tanggung jawabnya atau memilih bercerai?

Jika ada salah satu saja yang dijawab dengan jawaban, “Ya,” tentu saja mungkin menjadi ibu rumah tangga adalah pilihan yang kurang tepat jikalau suami kurang sanggup menafkahi, maka otomatis si istri harus membantu mencari penghasilan guna membantu meringankan.

Sumber: sayanagianak.com
Sumber: sayanagianak.com
Sejatinya di era modern seperti sekarang ini, menjadi ibu rumah tangga pun bisa juga kok mempunyai penghasilan sendiri tanpa harus bekerja di kantoran. Zaman sekarang teknologi internet sudah semakin maju, manfaatkan saja dengan membuka online shop. Bisa yang bergerak di bidang fashion (menjual baju dan/atau tas) ataupun yang bergerak di bidang food and beverage (menjual makanan dan/atau minuman). Sejatinya tidak ada yang salah dengan menjadi ibu rumah tangga atau pun menjadi wanita karier setelah menikah. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun