Mohon tunggu...
HENDRA WIJAYA
HENDRA WIJAYA Mohon Tunggu... Penulis - NICE DAY

Mengajar di Tangerang.

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

MENEMUI SANG GURU

20 Februari 2017   15:52 Diperbarui: 18 April 2017   10:37 1195
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

DI MASJID AL-HIDAYAH MODERNLAND

KUTEMUI KENANGAN 20  TAHUN LALU

Oleh: Hendra Wijaya

Hujan deras mengguyur Tangerang sejak tengah malam  hingga dini hari, sama seperti hari lain yang lalu di bulan Februari ini. Pukul empat pagi, mobil yang kami tumpangi melaju  pelan, menyusuri jalan raya Cadas-Kota Tangerang –Moderland  yang masih temaram-sepi dibawah guyuran hujan deras dan jalan yang tergenang air. Setelah empat puluh lima menit di jalan, mobil kami berhenti  didepan sebuah mesjid yang cukup besar dan megah di dalam kompleks perumahan Modernland Tangerang. Disamping Gerbang masuk mesjid nampak Papan Nama bertuliskan: “Masjid Al-Hidayah”.  

Terlihat pula di area parkir masjid yang cukup luas itu spanduk berukuran cukup besar bertuliskan :“Gerakan Sholat Subuh Berjamaah: Masjid Al-Hidayah-Modernland, Ahad, 19 Februari 2017. Pukul 03.00 s/d 07.00WIB. Rangkaian acara: Qiyamullail, Istighosah dan Muhasabah, Subuh Berjama’ah, Tausiyah/Kajian Islami. Tausyah: KH.Drs.M.Dian Nafi’, M.Pd. Pengasuh Pon.Pes Mahasiswa Al-Muayyad Windan. Wakil Rais Syuriah PWNU Jawa Tengah.”.  Seorang petugas keamanan menghampiri mobil kami. “Pa, tempat parkir di dalam penuh..mohon parkir di luar saja pa...!”. kulihat memang area parkir sesak dengan  kendaraaan roda dua dan roda empat. Kami pun mencari tempat parkir diluar yang aman.

Dokumen pribadi
Dokumen pribadi
Saat kami memasuki area mesjid, terdengar takbir  dari speaker mesjid. Kami bergegas ke tempat wudhu, setelahnya bergabung dengan jamaah yang sudah  memenuhi mesjid. Karena datangnya sedikit terlambat, kami kebagian shaf baris paling belakang.

Rencana mengikuti Sholat Subuh berjamaah di Masjid Al -Hidayah memang sudah di jadwalkan sejak dua  minggu yang lalu. Diawali sebuah pesan di Group Whatsapp  kami “Amwiners Jabodetabek”, yang memberi  informasi : “teman-teman ada acara Gerakan Subuh bersama di Masjid Alhidayah-Moderland Tangerang, 19 Feb.2017. Pa Yan memberi Tausyah. Aminers Jabodetabek silahkan merapat. Siapa yang siap rawuh dan mangayu bagyo Pa Dian dan Bu Mur ?“. Pa Yan adalah Nama Panggilan untuk  KH.Drs. M.Dian Nafi’. M.Pd, Pengasuh Pondok Pesantren Mahasiswa Al-Muayyad-Surakarta yang  saat ini mengemban amanah sebagai Wakil Rais Syuriah PWNU-Jateng.  Sementara Bu Mur, tak lain nama panggilan buat Ibu Murtafiah Mubarokah, istri tersayang  Pa Yan. 

Kedua orang itu sudah kami anggap sebagai guru dan jika berkenan  tentu kami sangat berbahagia jika beliau sudi  kami anggap sebagai orang tua kami.  Semasa kuliah di Solo, sejak semester empat sampai  wisuda, aku mondok di pesantren Al-Muayyad Windan yang diasuh Pa Yan.  Ini adalah pengalaman pertamaku mondok di pesantren .  Setelah uji coba selama tiga hari, aku putuskan untuk jadi santri mukim. Pondok Pesantren ini santrinya khusus mahasiswa-mahasiswi yang kuliah di universitas di wilayah Solo. Saat itu jumlah santri dibatasi hanya empat puluh orang saja. 

 Aku sendiri di ajak mondok oleh seorang teman yang telah terlebih dahulu jadi santri mukim. Kegiatan di Pondok di mulai dengan Sholat Subuh Berjamaah di Mushola, di lanjutkan dengan kajian Kitab Oleh Pa Yan sampai pukul 07.00. sebelum  berangkat kuliah, sarapan pagi telah disediakan oleh petugas piket masak yang sudah mengolah masakan sejak ba’da sholat subuh berjamaah. Santri yang tugas piket masak hari itu, setelah pengajian, belanja  bahan masakan ke pasar terdekat.  Bagi mahasiswa yang jadwal kuliahnya siang, kegiatan bersih-bersih pondok menjadi pilihan sambil berolahraga. Hampir seluruh santri berkumpul pada sholat ashar berjamaah, dilanjutkan dengan belajar bahasa( arab/inggris), yang diampu oleh teman-teman santri mahasiswa jurusan bahasa. Menjelang maghrib santri makan sore berjamaah di  meja makan besar dan panjang dekat dapur yang telah di siapkan sayur dan lauknya di piring-piring yang sudah di sediakan petugas piket masak.  

Ba’da Maghrib berjamaah, santri  mengaji -menghafal surat-surat Juz Am’ma, yang dimentori oleh teman-teman santri yang sudah terlebih dahulu hafal dan bacaanya baik. Ba’da Isya, Pa Yan tak jarang mengisi dengan Kajian Tematik hingga pukul  21.00. Mengingat itu semua, rasa kangen dan senang menguasai hatiku. Aku membayangkan, jika aku hadir, disamping bertemu dengan Pa Yan dan Ibu Mur, aku juga berpotensi dapat bertemu dengan teman-teman seangkatanku pada saat nyantri. “O...kenangan 20 tahun silam akan kutemui lagi..!” batinku.  

Namun,di ujung hatiku, perasaan sedih sedikit membelit, teringat betapa aku sangat bebal  saat nyantri  ke Pa Yan. Dari semua kebaikan yang di ajarkannya, Kenang-kenangan indah dari Pa Yan yang bisa aku amalkan hanyalah mengucapkan kata “terimakasih !”. Kata “terimakasih” yang tulus sering beliau ucapkan ketika mengakakhiri pengajian. “terimakasih teman-teman sudah belajar bersama!”, atau setelah meminta sedikit bantuan ga penting pada kami. “ Mas tolong panggilkan Si Pulan...terimakasih ya.!”. bahkan ketika beliau memberi sesuatu atau berupa pertolongan pun, justru beliau yang mengucapkan terlebih dulu kata “terimakasih ya..!”. loh....

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun