Masih teringat saat saat dimana terakhir kali aku melihat dia, menuliskan semua hal yang pernah dia alami dalam hidupnya yang singkat dalam sebuah buku, hingga akupun berusaha tegar dan mencoba membuka lembaran demi lembaran buku yang pernah menjadi bagian dalam hidupnya itu untuk mengingat masa masa dimana aku bersamanya.
*****
Sabtu 12 januari 2005
Ketika semua orang dapat merasakan indahnya pagi hari dengan di sinari cahaya matahari, dia hanya dapat terdiam di dalam sebuah kamar yang tidak pernah terpapar sinar matahari. Walaupun begitu dia tetap senang tinggal dan menghabiskan sisa waktuku di dalam rumah yang hanya ada aku dan ibuku.
Hai namaku alif, alif Ramadhan. Umurku sepuluh tahun, aku adalah anak laki-laki biasa yang hidup di dalam sebuah kamar yang tak pernah terpapar sinar matahari sekalipun. semua itu karena penyakit aneh yang aku derita selama ini yang membuatku tak pernah bisa melihat indahnya langit biru di siang hari ataupun melakukan aktivitas seperti manusia normal, namun semua itu akan baik baik saja selama ada ibu di sisiku.
Di pagi yang cerah itu, ketika aku sedang melakukan aktifitas rutinku yaitu menulis semua hal yang ku alami setiap harinya, terdengar suara ketukan pintu.
Tok tok tok…..
“Alif buka pintunya nak, ini ibu bawakan roti untuk sarapan.” ujar seorang wanita kuat yang selalu setia menemani diriku.
“Iya bu, tunggu sebentar” ujarku, sambil berlari membukakan pintu.
“apa yang sedang kamu lakukan? Tidak biasanya kamu lama membukakan pintu.” Ujarnya penasaran.
” tidak bu, aku hanya sedang berfikir mengapa tuhan menciptakanku dengan keadaan seperti ini.” Ujarku dengan raut wajh yang sangat sedih.