Mohon tunggu...
Puji Hastuti
Puji Hastuti Mohon Tunggu... Dosen - DOSEN

Seorang pembelajar yang Ingin terus mengasah diri

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Mudik dengan Segala Permasalahannya

30 Maret 2020   16:40 Diperbarui: 30 Maret 2020   16:47 112
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sosbud. Sumber ilustrasi: KOMPAS.com/Pesona Indonesia

"Mudik telah tiba, mudik telah tiba, hore, hore, hatiku gembira".

Seperti itu barangkali nyanyian para pemudik selama ini. Setiap perayaan hari besar keagamaan khususnya, even mudik ini akan terasa. Libur Idul fitri, idul adha, natal dan tahun baru biasanya diisi dengan mudik. 

Mudik yang tentunya dijalani dengan hati gembira karena akan bertemu dengan sanak saudara. Melepas kangen setelah hampir satu tahun tak bertemu, akhirnya bisa berkumpul kembali di hari raya. 

Namun baru kali ini mudik dilarang. Pintu mudik tertutup. Jalur mudik diawasi. Orang mudik tidak boleh bertemu dengan sanak saudara. Ketika baru mudik harus melaporkan  dan mengisolasi diri. Tidak boleh bertemu dulu dengan keluarga, sebelum benar-benar dinyatakan aman dari corona.

Mengapa semua itu terjadi?

Takdir Allah untuk kita semua. Semua ini telah terjadi. Kejadian ini pasti sudah menjadi ketentuan dari Yang Maha Kuasa. tak ada kejadian satupun di dunia ini yang luput dari persaksiannya. 

Untuk itu kita semua harus menyadari. Kita semua harus memahami. Dengan kesadaran dan pemahaman terhadap hal tersebut maka insya Allah kita akan menerima segala yang terjadi dengan hati yang ikhlas dan ridho akan segala ketentuanNya.

Kita tidak pernah menyangka akan mengalami ini semua. Kita tidak pernah merencanakan akan bersama dengan keluarga selama ini. Hampir 2 pekan, kita telah dirumahkan. 

Bahkan ini menuju ke periode 14 hari kedua. karena corona kita akhirnya bersama. Bahkan ada yang menuliskan sebuah lelucon 'Bersatu kita runtuh, bercerai kita teguh". 

Kalau kita bersama-sama, berdekatan, kita akan saling menularkan, disitulah keruntuhan akan terjadi. Saling menulari riskan terjadi. Bahkan bisa jadi kita kehilangan anak istri.   Untuk itu, jika kita menyayangi keluarga jangan mudik dulu.

Itulah alasan mengapa mudik dilarang. 

Apakah memang mudik selalu membawa kegembiraan?

Kita ketahui bersama bahwa urusan mudik selama ini tidaklah selalu lancar. Ada saja permasalahannya yang terjadi. Dari kemacetan dimana-mana hingga berjam-jam dan berhari-hari. 

Dari banyaknya kecelakaan lalu lintas yang terjadi. Dari banyaknya korban yang harus terceraikan dari keluarganya karena meninggal ketika mudik.

Semua itu harga yang harus dibayar untuk tujuan bersilaturahmi. Walaupun cerita kebahagiaan juga tidak sedikit. Bagaimana bahagianya berkumpul keluarga ketika hari raya tiba? Bagaimana kerinduan sanak saudara terobati karena bisa mudik ini.

Namun mudik yang dilarang karena terancam menulari covid-19 ya baru kali ini. Pelarangan itu juga bukan hanya sekedar himbauan. Bisa jadi nantinya sanksi bisa diterapkan untuk yang melanggar.

Mudik oh mudik.. Tak lagi menyenangkan, karena bagi yang kedatangan juga ada rasa was-was takut ketularan. Bagi yang mau mudikpun ada rasa ketakutan tertular dalam perjalanan. Semua serba galau.

Untuk itu patuhi himbauan yang disampaikan, jangan mudik dulu. Jaga diri, keluarga, teman dan sesama.  Tetap di rumah dengan jalankan pola  hidup bersih dan sehat, sering cuci tangan, jauhi menyentuh area muka, hidung dan mata dengan tangan, perbanyak makan sayur, buah, dan makanan bernutrisi tinggi.  Tingkatkan   keimanan dan ketaqwaan dengan menjalankan ibadah bersama keluarga.

Mari kita bersama-sama cegah penyebaran virus corona. Jangan biarkan ada di keluarga kita. Kalaupun kita termasuk orang dalam pemantauan karena  pernah berkontak dengan penderita. Isolasikan diri, tingkatkan imun tubuh dan pastikan kita tidak tidak menjadi perantara penularan pada orang lain.

Dari kita untuk Indonesia Bisa

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun