Mohon tunggu...
Puji Hastuti
Puji Hastuti Mohon Tunggu... Dosen - DOSEN

Seorang pembelajar yang Ingin terus mengasah diri

Selanjutnya

Tutup

Kurma Pilihan

Rindu Tradisi Ambengan

9 Mei 2019   05:31 Diperbarui: 9 Mei 2019   08:37 39
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Kisah Untuk Ramadan. Sumber ilustrasi: PAXELS

Menyambut bulan Ramadhan, mengisi dan mengingatkan masyarakat akan pentingnya hari-hari tertentu di bulan Ramadhan dengan  tradisi ambengan sungguh aku rindukan sekarang. Makan bersama-sama yang disediakan dalam bentuk nasi tampahan merupakan tradisi yang aku kenal waktu masih anak-anak dulu.

Tampah yang biasa digunakan untuk menampi / membersihkan beras dialasi dengan daun pisang. Kemudian diisi nasi yang dibentuk seperti bukit kecil, jadi bukan seperti nasi tumpeng yang bentuknya seperti gunung, namun dibentuk semacam gundukan yang rata. 

Lauk dan  sayur yang disajikan bermacam-mascam tergantung kemampuan pembuatnya seperti telur rebus, ayam goreng, oseng tempe, mie goreng, gudangan, oseng buncis, oseng kacang panjang, rempeyek, kerupuk , tahu goreng, tempe goreng, perkedel dan lain-lainnya. 

Makanan dalam tampah tersebut disediakan atau merupakan hasil sumbangan dari beberapa keluarga yang dengan ikhlas tanpa diminta membuat dan mengirimkannya ke mushola / mesjid terdekat. 

Masyarakat akan membuat nasi ambeng tersebut pada hari-hari tertentu seperti malam pertama Ramadhan, Malam nuzulul Quran atau malam ke tujuh belas, malam ke 21 dan malam taraweh terahir di bulan Ramadhan. 

Setelah taraweh pertama dilaksanakan, jamaah masjid / mushola berkumpul mengelilingi nasi  ambeng yang sudah disediakan. Satu tampah nasi ambeng tersebut bisa dinikmati oleh sekitar 10 orang. Tentu saja anak-anak macam aku senang sekali dan menunggu-nunggu momen tersebut. Kami akan diberi bagian dalam bentuk pincuk yang sudah diisi nasi beserta lauk pauknya. 

Memasuki malam ke 17 di bulan Ramadhan, nasi ambeng akan muncul lagi. Kalau malam-malam sebelumnya setelah taraweh dan tadarus, kita disajikan makanan tertentu yang dikirim juga oleh masyarakat dengan sistem bergilir, kali ini di malam Nuzulul Quran kita menikmati lagi nasi ambeng. 

Nasi itu akan dinikmati setelah kita mengikuti kegiatan taraweh dan ceramah pertama yang menandai masuk di malam ke 17 dan berakhirnya legiatan tadarus bersama, namun diganti dengan kajian berupa ceramah.

Begitu juga ketika malam taraweh memasuki malam ke 21. Memasuki 10 hari terahir di bulan Ramadhan ditandai kembali dengan ambengan. Walaupun tidak ada jadwal khusus di masyarakat, namun kelihatannya sudah ada kesepakatan tersendiri. Siapa-siapa masyarakat yang akan membawa nasi ambeng pada malam pertama, malam ke 17, malam ke 21 sudah ada kekhususan, sehingga jadwalnya tidak bertabrakan. Setiap malam-malam tersebut ada sekitar 4-6 nasi ambeng disediakan dengan jenis sayur dan lauk masing-masing.

Kelihatannya yang paling menggembirakan adalah makan bersama nasi ambeng di malam terahir taraweh. Lega rasanya satu bulan penuh mengisi  di bulan Ramadhan dengan berbagai  kegiatan. Setelah  taraweh  ditutup lagi dengan  makan bersama sebagai penanda berahirnya bulan Ramadhan dan besoknya akan memasuki Hari Raya Idul Fitri. 

Kegiatan-kegiatan di bulan ramadhan yang aku jalani di masa kecil dulu memang indah untuk dikenang. Sholat jamaah, taraweh bersama, makan takjil dan nasi ambeng bersama, tadarus dan kajian ceramah. Tradisi tersebut dilaksanakan di masjid/mushola waktu aku tinggal di masa kecil dulu. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Kurma Selengkapnya
Lihat Kurma Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun