Mohon tunggu...
Mang Free
Mang Free Mohon Tunggu... Penulis - Kadar Pok, Kudu Pek

Mahasiswa Tadris Matematika UIN Maulana Malik Ibrahim Malang

Selanjutnya

Tutup

Worklife Pilihan

Salah Jurusan, Apakah Anda Berpikir Demikian?

20 April 2019   10:00 Diperbarui: 20 April 2019   11:14 202
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Gambar diadopsi dari www.youthmanual.com

"Ah males banget kuliah hari ini"celotehku dalam hati selepas melaksanakan shalat subuh hari itu. Mungkin suatu yang wajar kalo sesekali kita merasa malas untuk kuliah, akan tetapi entah kenapa untuk beberapa mata kuliah sangat membuat badmood apalagi kalau udah dikasih tugas numpuk bak gunung tapi deadline yang sangat singkat, haah mungkin aku kebanyakan ngeluh ya, hehehe. Tapi entah  kenapa rasanya salah jurusan deh aku,hmm.

Salah jurusan, suatu kata yang sering terdengar dimulut para mahasiswa baru bahkan mahasiswa lama apalagi untuk jurusan-jurusan yang sering dianggap ekstrem seperti matematika, kimia dan fisika.  Kalo udah sama trio eksak ini, wahh pandangan orang udah aneh-aneh. 

Pada tahun 2018 saja 45% mahasiswa masih salah jurusan, akhirnya mereka bekerja bukan di bidangnya, seperti sarjana hukum jadi guru penjas, sarjana ekonomi malah ngajar IPA dan masih banyak lagi. Yaah tentunya ini akan sangat berpengaruh pada kualitas bekerja. Kok bisa? 

Karena walaupun mereka sudah menemukan pekerjaan yang sesuai akan tetapi karena pendidikan sebelumnya bukan pada bidangnya akhirnya pengalaman dan kemampuan di passion-nya itu jadi kurang yang akan berpengaruh pada profesionalitas bekerja. Wahh parah juga ya !. Lantas kenapa sih banyak yang merasa salah jurusan ?

Menurut saya ada beberapa faktor yang membuat mahasiswa merasa salah jurusan,


TIDAK MENGENALI POTENSI DAN BAKAT DIRI SENDIRI

Gambar diadopsi dari https://lesprivatsurabaya.net
Gambar diadopsi dari https://lesprivatsurabaya.net

Ketika ditanya "apa sih bakat yang kamu miliki ?" apa yang akan kamu jawab ?,hmm pasti kebanyakan akan bingung menjawab walaupun ada sebagian yang memang sudah mengetahui apa bakatnya, seperti saya bisa menganalisis sesuatu dengan baik, atau saya dapat menggambarkan suatu yang abstrak kedalam suatu lukisan, atau yang lainnya. 

Yang parah, ketika ditanya masalah bakat ada yang jawab " bakatku adalah tidur dmanapun dan kapanpun aku mau " waduuh. Bahkan ada pula yang menjawab "bakatku adalah mencintaimu sepenuh hati" hiyaa dasar anak millenial,hehe. 

Apabila sudah berurusan dengan bakat memang suatu perkara yang sulit, bagaimana tidak, menemukan bakat terpendam dalam diri bagaikan menemukan sebagian dari potret masa depan sehingga tidaklah mudah. 

Dan lagi, kadang kala bakat tersebut kita temukan tidak memandang waktu dan tempat, bisa saja saat kuliah ketika kita mencoba mencari tambahan biaya hidup dan mencoba untuk berdagang lalu hasilnya luar biasa karena analisis dan manajemen keuangan kita yang bagus padahal kita kuliah di jurusan psikologi atau bisa saja kita temukan ketika menginjak usia SMP seperti karena sangat suka bermain game sehingga berinovasi membuat sebuah game dan hasilnya sangat bagus dan akhirnya kita memilih jurusan kuliah yang mendalami dunia pembuatan game. Hmm, lantas apa ada cara agar kita mengenali apa bakat kita ?

Ada beberapa hal yang dapat dilakukan, pertama ketahui apa hobimu, karena hobi sering kali berhubungan dengan passion dan bakat. Bukannya lebih mudah kalo kita mendalami sesuatu yang memang hobi kita ?. 

Kedua, ketahui apa pelajaran yang kamu suka, beda ya antara nyaman sama pelajarannya dengan nyaman sama yang ngajarnya,hehe. Ketiga, lakukan tes-tes psikologi yang dapat mengenali diri sendiri seperti tes bakat dan karakter, karena itu sangat berpengaruh.

DIPAKSA KELUARGA UNTUK MEMILIH JURUSAN TERTENTU

Gambar diadopsi dari https://www.greenberita.com
Gambar diadopsi dari https://www.greenberita.com

Hayoo siapa yang pernah merasa dipaksa orang tua buat milih jurusan ?. Ketika ditanya, kenapa kamu milih jurusan ini ? jawaban para mahasiswa sering berujung pada kata " dipaksa orang tua". Saya pernah mendapat curhatan dari salah satu adik kelas di sekolah menengah dulu, "kak saya pengennya jurusan Fisika Murni tapi ibu saya nyuruh saya ngambil pendidikan, saya harus gimana kak ?". 

Yaah walaupun saya pribadi juga korban keterpaksaan sih walaupun bukan orang tua yang maksa,hehe. "jurusan keagamaan kan udah ada aku, masa iya dalam satu keluarga ada dua sarjana keagamaan ?" ucap salah satu saudaraku ketika mendengar apa jurusan yang akan aku pilih. 

Hmm, akhirnya ngalah deh dan terjunlah aku ke pendidikan matematika dan sekarang aku sedang menulis tentang mahasiswa yang merasa salah jurusan karena yaah aku merasakannya,hehe.

Memang sih kalo udah urusan orang tua repotnya pake banget, tapi kalo kita berikan pengertian yang logis dan dapat diterima mereka juga akan luluh kok. Jadi, berikan beberapa bukti bahwa kamu harus pilih jurusan tersebut seperti saya pilih jurusan ini karena saya suka dan pernah mendapat juara dibidang tersebut.

YANG PENTING KULIAH !

"Pokoknya apapun jurusannya yang penting saya bisa kuliah" ucap salah satu temanku dulu ketika ditanya apa jurusan yang akan dia ambil. Hmm, emang sih kasus seperti ini jarang ditemukan, akan tetapi pikiran seperti ini tidaklah jarang kita temui mengingat sulitnya masuk ke perguruan tinggi saat ini. Sehingga tidak mustahil kasus seperti ini akan banyak dijumpai nantinya. 

Saya teringat ucapan guru saya dulu ketika mengunjungi SMP di pinggiran desa itu. Di ruang kantor kami berbincang-bincang terkait memilih jurusan, beliau berkata bahwa memilih jurusan itu layaknya memilih pasangan hidup karena gelar yang akan kita raih (itu juga kalo lulus,hehe) nanti akan mendampingi nama kita selama kita hidup di dunia ini, misalnya saja Priyatna Hendriawan, S.Pd.(Aamiin,hehe) sehingga saya akan dikenal sebagai lulusan jurusan keguruan yang tentunya dianggap lebih kompeten dibidang mengajar daripada arsitektur. 

Oleh karena itu walaupun pada dasarnya bakat kita dibidang arsitek akan tetapi karena gelar kita keguruan tentunya akan mempersulit kita ketika melamar pekerjaan pada perusahaan pembangunan.

Tiga hal diatas merupakan beberapa faktor penyebab mengapa banyak sekali kasus mahasiswa merasa salah jurusan walaupun masih banyak alasan yang lain, tapi tiga alasan diatas sepertinya telah mewakili alasan lainnya. 

Kasus seperti ini sebaiknya dipandang serius oleh pemerintah dan sekolah, mengapa begitu ? karena apabila angka salah jurusan semakin tinggi maka semakin rendah-lah kualitas profesionalitas pekerja Indonesia, sehingga karena kurangnya kompetensi orang indonesia akan membuat sumber daya indonesia direbut oleh negara-negara asing. Waah gawat juga ya !.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Worklife Selengkapnya
Lihat Worklife Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun