Mohon tunggu...
Prayitno Ramelan
Prayitno Ramelan Mohon Tunggu... Tentara - Pengamat Intelijen, Mantan Anggota Kelompok Ahli BNPT

Pray, sejak 2002 menjadi purnawirawan, mulai Sept. 2008 menulis di Kompasiana, "Old Soldier Never Die, they just fade away".. Pada usia senja, terus menyumbangkan pemikiran yang sedikit diketahuinya Sumbangan ini kecil artinya dibandingkan mereka-mereka yang jauh lebih ahli. Yang penting, karya ini keluar dari hati yang bersih, jauh dari kekotoran sbg Indy blogger. Mencintai negara dengan segenap jiwa raga. Tulisannya "Intelijen Bertawaf" telah diterbitkan Kompas Grasindo menjadi buku. Website lainnya: www.ramalanintelijen.net

Selanjutnya

Tutup

Kebijakan Pilihan

Bintang Kejora di Depan Istana, Siapa di Belakangnya?

30 Agustus 2019   10:11 Diperbarui: 31 Agustus 2019   10:31 3541
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Mahasiswa Papua tari Wasisi di Istana Negara, Jakarta Pusat, Rabu (28/8/2019). (KOMPAS.com/CYNTHIA LOVA)

China sejak tahun 2007 mengembangkan teori penguasaan dua Samudera, Pasifik dan Samudera Hindia.

Kawasan Laut China Selatan yang dahulu dikuasai oleh Armada Perang AS, sejak 2007 mulai diduduki China yang ingin menjadi sherif, karena AS sedang sibuk membenahi Kawasan Timur Tengah. China mengeluarkan teori OBOR.

Melihat perkembangan dan bahaya kemauan hegemoni China,AS sejak 2009 memindahkan wilayah kepentingan utamanya dari Timur Tengah ke Asia Pasifik dengan teori Rebalancing.

Presiden Barrack Obama pada 2009 di Jepang menyatakan dan juga mengatakan bahwa AS membutuhkan dua mitra di Asia Tenggara disamping sudah punya beberapa sekutu.

Dua mitra yang diinginkan adalah Malaysia dengan Indonesia.

Sejak 2010 terjadi 'cold war' antara AS versus China. AS merubah strategi kawasan pertahanannya dari Pacific Command menjadi Indo Pacific, dan mengeluarkan kebijakan mirip OBOR dengan nama higher road.


Nah, PM Najib menjadi korban ops clandestine karena terlalu pro ke China. Terjadi kasus misteri MH370, MH17 dan titik mati Najib karena korupsinya di buka.

Sulit membaca dan membuktikan ops intelijen cladestine itu. Hanya analis intelijen senior yg bisa membaca dan itupun hanya bisa meraba.

Kini melihat situasi dan kondisi Indonesia, penulis menggunakam sense of intelligence, berani menyebutkan geliat Papua adalah bagian dari proxy war.

Ini adalah signal kepada Pemerintah Indonesia (baca Presiden Jokowi), setelah dua signal terdahulu kasus kegagalan sistem IT, dan black out PLN tidak ada perubahan dan tidak disikapi.

Papua oleh sang principle agent (pemilik kepentingan) akan dimainkan melalui para handler agent (pengendali) biasanya yang beroperasi kontraktor khusus, kini sudah ditingkatkan ke arah referendum.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Kebijakan Selengkapnya
Lihat Kebijakan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun