Dan tentu bencana kabut asap atau Jerebu yang sudah "dilupakan" itu tidak berhenti dan hilang begitu saja tanpa campur tangan pemerintah daerah maupun pusat dan masyarakat yang sudah letih dengan semua penderitaan yang diakibatkannya.
Disini peran Presiden Jokowi sebagai kepala Negara waktu itu sangat menentukan dengan memberikan contoh yaitu terjun langsung ke titik titik panas bersama timnya yang bagi sebagian orang yang tidak suka kepada beliau dianggap sebagai "PENCITRAAN..!" Â tapi mereka yang menganggap pencitraan itu pun sekarang sudah bisa bernafas dengan lega bersama keluarganya...bahkan mungkin sekarang lagi membaca tulisan ini sambil minum kopi Sidikalang. Hehehe.
Kepada semua jajarannya, Presiden langsung memberikan instruksi untuk mengambil langkah-langkah yang tepat dan cepat dalam mengatasi kobaran api yang "menggila" Â pada waktu itu dengan mengerahkan tenaga dari TNI dan POLRI juga BNPB baik untuk memadamkan api maupun menindak para otak dan pelaku pembakaran.
Satu yang mungkin tidak pernah dilakukan atau terpikirkan oleh presiden presiden sebelumnya yaitu mengeluarkan "INPRES" Â moratorium untuk pembatasan pembukaan lahan kelapa sawit dan lahan tambang.
dan hasilnya sekarang sudah bisa dirasakan oleh seluruh warga didaerah terdampak baik dari segi kesehatan maupun segi ekonomi termasuk dirasakan juga oleh warga di Negara tetangga Malaysia dan Singapura.
Dan keindahan danau toba pun kini sudah bisa kita nikmati lagi bersama sama.." seperti yang tuan tuan sedang lihat saat ini yaitu, Â keindahan alam yang tiada tara bagaikan kepingan Syurgawi, ciptaan Tuhan sang Maha Pencipta yang patut untuk kita syukuri bersama."
Sambil menutup ceritaku karena bus sudah memasuki area Hotel tempat kami akan menginap malam itu. "HOORRAASS..!"