Mohon tunggu...
Lina Budiarti
Lina Budiarti Mohon Tunggu... karyawan swasta -

senja dan hujan adalah dua hal yang saya suka

Selanjutnya

Tutup

Catatan

Kasus Akil Muchtar di Mata Sejumlah Pedagang Asongan di Kereta

9 Oktober 2013   08:00 Diperbarui: 24 Juni 2015   06:47 461
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Pagi ini kereta lumayan rame, namun begitu, masih ada beberapa bangku yang kosong. Kusri tempat saya duduk harusnya diisi empat orang, tapi ini saya tempati sendiri, begitu juga kursi di samping saya yang berisi enam orang juga kosong. Kursi kosong berkapasitas enam orang di sebelah saya di manfaatkan oleh beberapa pedagang asongan untuk beristirahat setelah menjajakan dagangannya. Awalnya saya masih asik dengan membaca beberapa berita melalui media elektronik di tangan saya. Hingga kemudian, saya terpancing untuk turut mendengarkan pembicaraan mereka karena ada beberapa di antara mereka yang memulai pembicaraan seputar kasus akil muchtar. Berikut kurang lebih pembicaraan mereka. Pembicaraan sebenarnya dalam bahasa jawa, namun saya alihkan ke bahasa Indonesia agar bisa dimengerti yang lain.

Obrolan dilakukan oleh penjual pop mi (PM), penjual tisu (PT), dan penjual buku (PB)..
PM : " biyuuhh, penumpang sebanyak ini dari ujung gerbong sampai pojok cuma dapet pembeli dua orang, susah bener nyari duit"
PT : "iyo Le,.. Kalo pengen gampang nyari duit ya jadi "wong gede" aja"
PM : " moh ah, bulek, dadi "wong gede" ga bisa tidur. Lah itu keluarganya Akil muctar mana bisa tidur nyenyak, wong bapaknya ditangkep gitu. Mending jualan popmie, gak mikir ditangkep polisi, cuma mikir gimana bayar spp anak sekolah sama kreditan baju lebaran lebaran kemarin yang belum lunas"
PB : "iyo bener cak, makan sego sambel masih enak, ngapain jadi pejabat. Bikin tergiur korupsi"
PT : " gimana ya rasanya punya uang setas besar yang isinya milyaran gitu. Ada ya orang sampai bisa punya uang segitu banyaknya."
PB : " lah ya itu uang semua ta?"
PT : " Itu kemarin tas kok gak ilang aja ya, trus ditemuin ama kita. Kita bagi-bagi buat modal jualan di kereta. Hahahhhahah"
PB : " walah ya ga cuma bisa buat jualan di kereta, saya diciprati dikit aja pasti bisa bikin toko buku. Hahahaha"
PM : " hoalahh, lah kok jadi pada bahas duitnya orang"
PT : " gajinya pejabat itu berapa ya kok sampe bisa nyuap segitu banyak"
PB : " lah yo mbuh.. Itu tas kalo masuk jadi barang bukti buat apa ya? Di balikin ta ke yang punya?,.
(Tiba-tiba menoleh ke saya) buat apa mbak itu uangnya?"
Sontak saya kaget, mereka ternyata sadar saya memperhatikan pembicaraan mereka
Saya pun menjawab : " wah pak, saya juga gak tahu, hehehehe. Maunya bapak gimana ya? "
PM : "kalo aku yang jadi presidennya ya tak suruh ngasih ke aku mbak.. Hahahaha. Guyon loh mbak..
PB : " terus abis dikasihkan kamu, kamu mau gantiin Akil Muchtar di penjara?"
PM : "lah ya sapa yang mau."
(Semua tertawa)
PB : " hahhaha.. Enak loh ntar bisa kenalan sama Angelina sondak, melinda, banyak loh. Cantik-cantik lagi"
PT : " sopo iku enjelina? Melinda?"
PB : " walah,... Bulek iki gak gaul reek. Ya itu wanita-wanita cantik yang jadi tahanan korupsi"
PM : " heran aku, dipenjara gitu tapi wajahnya masih cuantiik"
PT :" oalahh, lah aku kenalnya ama Ayu ting-ting.. Hahahha"
PM : " iyaa. Lebih enak lihat Ayu ting-ting nyanyi dan joget, pikiran terhibur"

Dan kereta telah hampir sampai pada stasiun berikutnya.

PT : "wes, gak bahas urusan negara.. Gak nyampe otakku.. Walau yang korupsi ditangkap, aku juga masih tetep jualan tisu di kereta, apa-apa juga masih mahal dan susah. Wes, ayo nyerbu penumpang ae biar pada beli dagangan kita"
PB : " iyo, sekolah juga masih mahal walau koruptor ditangkap"
PM : " ya bener, ayo jualan.. Koruptor ditangkap, anakku masih makan. Kalau daganganku gak laku, lah itu yang susah.. Hahahaha"
PB : (melihat ke arah saya) "monggo, mbak,.. Mau jualan dulu.."
(Dua yang lainnya juga lalu menoleh ke saya sambil melakukan hal serupa)
Saya : " nggeh, monggo-monggo,.. Semoga laku banyak"

Demikianlah kasus Akil muchtar di mata mereka. Mereka tak ambil pusing dengan bagaimana cerita itu bisa terjadi, bagaimana saat ini perkembangan kasusnya, bahkan soal kasus-kasus korupsi yang lain. Bahkan ada di antara mereka yang tetap tidak tahu dan tidak kenal dengan orang-orang yang saat ini disangka menggelapkan uang rakyat, uang mereka. Mereka justru berandai-andai dengan nominal yang menurut mereka sangat tak terjangkau oleh mereka. Namun andai-andai itu hanyalah guyonan belaka, karena toh, tetap saja nominal-nominal yang kini menjadi primadona sejumlah kasus korupsi itu hanyalah mereka dengar dan lihat melalui tivi. Karena toh, asap di dapur mereka tidak menjadi lebih mudah akibat tertangkapnya koruptor. Wajah dan suara Ayu ting-ting lebih mereka nantikan sebagai penghibur lelahnya seharian mondar-mandir di kereta dari pada perkembangan kasus Akil muchtar. Tak muluk yang diinginkan mereka. Mereka hanya berharap ini dagangannya laku agar bisa pulang memberikan uang untuk kelangsungan dapur dan sekolah anak.

Saya doakan, Pak/Bu, semoga dagangan bapak2/ibu2 di kereta semua bisa laku banyak, berkah, dan bermanfaat.

Mohon tunggu...

Lihat Catatan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun