Mohon tunggu...
Pical Gadi
Pical Gadi Mohon Tunggu... Administrasi - Karyawan Swasta

Lebih sering mengisi kanal fiksi | People Empowerment Activist | Phlegmatis-Damai| twitter: @picalg | picalg.blogspot.com | planet-fiksi.blogspot.com

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Kasir pun Ogah Terima Duit

20 Februari 2017   17:05 Diperbarui: 20 Februari 2017   17:40 783
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi gambar dari shutterstock.com

Aku duduk di bawah meja, tapi bisa menghirup aroma es krim vanilla dengan topping remahan coklat dan karamel di atas meja. Benar-benar menggiurkan di siang hari buta ini. Es krim itu milik seorang gadis kecil bersepatu pink berkaos kaki polka dot yang sedang asyik mengutak-atik tablet milik mamanya. Main game kurasa.

Sudah sejak sepuluh menit lalu es krim itu diantarkan pelayan, tetapi sejak itu sepertinya tak tersentuh sedikit pun.

Apakah akan dibiarkan mencair? Bagus juga, siapa tahu lelehannya ada yang menitik di atas lantai, bisa jadi jadi jatah makan siangku.

Tapi rasanya tidak mungkin.

Tuh kan wanita berdandanan glamour, sang mama yang memakai sepatu sehalus sutra sepertinya menyentuh cangkir es krim lalu mengingatkan gadis kecilnya untuk mulai melahap pesanan tersebut. Dari aroma vanila dan cokelat yang semakin tajam, aku bisa menebak dia sedang membolak-balik es krim tersebut. Air liurku pun mulai merembes keluar.

 Ah, mesti fokus. Bos bisa marah besar kalau aku gagal lagi hari ini.

“Mama ke toilet dulu, ya. Jangan kemana-mana…”

Gadis mungil membalas dengan sahutan lirih tanpa memalingkan wajah dari sedikit pun dari layar tablet.

Kesempatan emas!

Tas kulit hitam dengan hiasan payet kuning keemasan teronggok pasrah di atas kursi kini. Empunya tas sedang berjalan meninggalkan meja dengan suara hak sepatu yang berisik.

Aku cepat-cepat melompat ke atas kursi lalu menyelinap masuk ke dalam tas hitam tersebut. Gelap dan aroma kulit masih tercium jelas. Tapi aku sudah terbiasa, lagian di dalam tas ternyata hanya ada tetek bengek tak penting.  Peralatan dandan, cermin, dompet berisi macam-macam kartu, pembalut wanita dan parfum.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun