Mohon tunggu...
Phadli Harahap
Phadli Harahap Mohon Tunggu... Freelancer - Aktif di Komunitas Literasi Sukabumi "Sabumi Volunteer"

Seorang Ayah yang senang bercerita. Menulis dan Giat Bersama di sabumiku.com

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Guru PAUD adalah Kartini Bagi Saya

21 April 2017   17:25 Diperbarui: 22 April 2017   04:00 324
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Hari ini anakku ternyata merayakan hari Kartini di sekolahnya, PAUD Al-Fitroh Sukabumi. Saya dan istri benar-benar tidak tahu. Si kecil yang awalnya sudah pergi memakai baju putih, terpaksa putar haluan kembali ke rumah. “Kata ibu guru, pakai baju batik,” katanya kepada ibunya. Sontak saya dan ibunya saling bertatapan, “dia kan enggak punya baju batik.” Ibunya mencari baju yang paling tidak ada motif-motif mirip batiklah. Sukurnya ada dan dia pergi ke sekolah kembali. Sekolahnya tidak jauh, hanya berjarak dua rumah ke sebelah barat dari rumah kami.

Setelah pulang sekolah, saya tanya pada anak yang umurnya akan genap 5 tahun bulan mei nanti, “belajar apa di sekolah?”  Dia menjawab kalau belajar nyanyi, seperti ini


 Ibu kita Kartini

Putri sejati

Putri Indonesia

Harum namanya

Lagu ciptaan W.R. Supratman itu bisa dinyanyikan anak saya. Guru PAUD itu sungguh hebat. Mereka bisa membuat anak saya menghafal lagu itu. Sedangkan saya, ya belum tentu hafal lagi lagu itu.

Seperti yang saya katakan tadi Guru PAUD itu sungguh hebat. Semua guru PAUD tempat anak saya bermain sambil belajar adalah perempuan. Mereka guru yang dengan sangat sabar menjaga, mengajar, dan mengajak anak saya bermain. Saya saja sebagai orang tua tak jarang kurang akal dan tak sabar melihat tingkah anak sendiri. Lah ini, guru PAUD kan bisa mengajar lebih dari 10 orang dalam 1 kelas.

Suatu kali saya pernah mengantar dan menunggui anak saya sembari mengintip dari jendela. Mereka sangat sabar menuntun muridnya, mengajari menggambar sambil memegang jemari si anak, mengajak nyanyi dengan riang, dan mengajari berdoa. Sejak PAUD, anak saya mulai bisa melakukan banyak hal, dari menggambar, sampai berdoa. Itu semua gara-gara guru PAUD.

Suatu kali, guru PAUD pernah datang tergopoh-gopoh kerumah, “anak bapak berdarah pak.” Wajah bu guru itu pucat, parasnya yang putih semakin putih. Kecantikannya bersembunyi dibalik resah. Ternyata eh ternyata, anak saya jatuh dan bagian belakang kepalanya berdarah. jadilah baju putihnya bercorak merah tak beraturan. Was-was, mereka sangat kawatir menjadi anak-anak kecil itu.  Padahal kalau dilihat, gaji mereka tak seberapa dibandingkan upaya mereka mendidik anak-anak PAUD itu.   

Ketahuilah wahai kawan, guru PAUD di sekitar tempat tinggal saya di Sukabumi, digaji jauh dari Upah Minimum. Kabarnya sih tak sampai Rp500.000 per bulan. Cukup apa uang segitu? Ya sama saya juga bertanya-tanya cukup buat apa ya gaji segitu.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun