Mohon tunggu...
Phadli Harahap
Phadli Harahap Mohon Tunggu... Freelancer - Aktif di Komunitas Literasi Sukabumi "Sabumi Volunteer"

Seorang Ayah yang senang bercerita. Menulis dan Giat Bersama di sabumiku.com

Selanjutnya

Tutup

Catatan Artikel Utama

Asa Dibalik Bisnis DVD Bajakan

19 Mei 2015   03:29 Diperbarui: 17 Juni 2015   06:50 3427
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

[caption id="" align="aligncenter" width="562" caption="ilustrasi/kompas.com"][/caption]

Bagi anda pecinta DVD bajakan, ketahuilah Presiden Joko Widodo baru saja menantang Lembaga Kepolisian untuk menangkap mafia DVD bajakan. Pemerintah berniat menghabisi pemain besar industri film bajakan ini, bukan sekedar menangkapi pedagang kecil yang suka nongkrong di pasar, sudut jalan, dan berjualan toko kecil saja. Presiden Jokowi tampaknya ingin memberi harapan baik bagi para seniman yang tergabung dalam Asosiasi Industri Rekaman Indonesia (ASIRI) dan Persatuan Artis Penyanyi, Pencipta Lagu, dan Pemusik Republik Indonesia.

Benar saja, tiba tiba dilakukan penggerebekan di pabrik DVD bajakan di Jalan Pinangsia Raya, Glodok, Jakarta Barat. Seperti biasa, polisi mendadak cekatan menunjukkan keperkasaannya mengobrak-abrik pabrik tersebut. Para pegawai ditangkapi dan barang bukti DVD bajakan diangkut. Tetapi ada yang kurang dari pemberitaan tersebut, belum ada kabar pemiliknya kena tangkap juga.

Seperti yang sudah-sudah, berita penggerebekan pabrik DVD hanya menampilkan jumlah barang, pegawai paberik, namun tak tuntas menunjukkan siapa pemilik modal sebagai biang keladi dibalik begitu hebatnya bisnis DVD baik itu DVD musik mapun DVD film yang beredar dengan bebas. Apalagi biasanya sebulan atau dua bulan kemudian pabrik-pabrik itu bisa beroperasi kembali. Jadi tak salah kalau sebagian khalayak bilang, “ya paling-paling enggak lama buka lagi”.

Industri bajakan ini bukanlah usaha ecek-ecek yang cuma dipandang sebelah mata, Bisnis DVD bajakan ini mampu memberi keuntungan yang tidak sedikit. Ya, apalagi bisnis ini tidak terkena pajak yang tentu saja merugikan negara yang tidak sedikit pula. Presiden Kongres Advocat Indonesia (KAI), Indra Sahnun Lubis, mengatakan, pembajakan DVD adalah kejahatan yang sangat terorganisir dan merugikan negara setiap bulannya hingga Rp 5 triliun dari sektor pajak. Jika semua DVD bajakan dikenakan pajak, maka triliunan uang tersebut masuk ke kas negara. Bisnis ini sendiri melanggar UU No 19 Tahun 2002 tentang Hak Cipta. Jadi aneh sekali kalau pemerintah tak gesit menindak bisnis haram ini, sudahlah melanggar undang-undang dan merugikan begitu banyak penerimaan negara dari sektor pajak pula (sumber ada di sini).

Tetapi ada soal lain yang perlu diperhatikan jika industri DVD bajakan ini benar-benar dihabisi dan penjualan DVD asli berhasil bangkit. Kira-kira harganya bisa lebih murah enggak ya. Bayangkan saja harga 1 keping DVD bajakan itu bisa berharga Rp5000-Rp 10.000 dan masih relatif jauh lebih murah dibandingkan harga DVD asli. Kalau diingat-ingat saya pernah membeli DVD asli group band dalam negeri beberapa tahun yang lalu, berharga paling murah Rp15.000. Itu pun mungkin karena DVD asli itu sudah sulit sekali dijualnya. Hal lainnya yang perlu diperhatikan, dengan harga segitu tuh apa iya pedagang kecil kaki lima atau toko di pasar-pasar bisa ikut kebagian rejeki dari penjualan DVD asli itu, modalnya kan tentu tidak semiring DVD bajakan. Ya bukan rahasia lagi, penjualan DVD asli ini biasanya dikuasai pemilik modal kelas atas yang mampu membeli toko besar dengan label toko legal yang direstui negara.

Jadi enggak heran dong, DVD bajakan bisa marak gitu, sudahlah harganya lebih murah menciptakan peluang pekerjaan bagi begitu banyak orang, dan tokonya bisa dibuka dimana-mana, di pinggiran jalan sekalipun.

Nah semoga saja nih. Kalaupun itu bisnis DVD bajakan berhasil diberantas, bisnis DVD asli ini mampu memperhatikan nasib pedagang kecil. Paling enggak, berbagi rejekilah dari bisnis music dan film asli tersebut. Tetapi apa mungkin? Paling-paling kalau album atau film laris terjual, artisnya kaya dan tampil belagu di layar tv. Nah hal yang paling mendasar dari perilaku pemilik modal termasuk pada industri film dan musik adalah mereka akan mencari keuntungan sebesar-besarnya dengan “kuasa bisnis legal” yang direstui negara dan sulit sekali membagi keuntungannya kepada pihak lain alias monopoli usaha.

Mohon tunggu...

Lihat Catatan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun