Mohon tunggu...
PETRUS PIT SUPARDI
PETRUS PIT SUPARDI Mohon Tunggu... Penulis - Menulis untuk Perubahan

Musafir di rumah bumi Papua

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan Artikel Utama

Guru Yustinus Kaize dan Sekolah yang Reot di Bine

10 Mei 2019   15:08 Diperbarui: 10 Mei 2019   17:51 278
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Satu-satunya rumah guru SD Inpres Bine yang ditempati Guru Yustinus Kaize. |Dokumentasi pribadi

"Kalau kita tidak urus anak-anak Asmat, sejak SD, SMP sampai SMA, kita tidak akan dapat hasil apa-apa. Makanya, saya  dan Mama perhatikan anak-anak ini. Kami bawa mereka tinggal di Agats dan sekolah. Makan dan minum kami urus. Biasanya mereka punya kaka-kaka yang sudah kerja bantu urus makanan untuk anak-anak itu," kisahnya.

Guru Yutinus juga ada rumah di Atsj. Ia menampung anak-anak dari kampung-kampung seperti dari Fos dan Kaimo. "Saya tampung anak-anak tinggal di rumah di Atsj dan sekolah. Kalau saya ke Atsj saya bawa beras dan sagu untuk anak-anak," tuturnya.

Saat ini, di rumahnya di Bine, ia menampung sepuluh anak muridnya yang kelas 6 SD. Ia mendampingi mereka mempersiapkan diri untuk mengikuti ujian nasional pada 23 April 2019 di SD Inpres Atsj.

"Saya 'karantina' anak-anak kelas 6 di rumah sini supaya mereka belajar dan siap ikut ujian. Kalau saya tidak tampung mereka di sini, nanti mereka ikut orangtuanya ke hutan untuk cari gaharu," tuturnya.

Guru Yustinus, bersama dengan operator sekolah, kepala kampung, dan ketua Bamuskam telah mengikuti pelatihan Standar Pelayanan Minimal (SPM) pada 14-16 Mei 2018 dan Manajemen Berbasis Sekolah (MBS) pada 18-22 Mei 2018 di SD Inpres Atsj dengan menghadirkan narasumber John Rahail, Tuning, Sutiyono, Suharto dan Veronika Indiastuti.

 Tetapi, setelah pelatihan tersebut, tidak ada perbaikan tata kelola lantaran guru tidak aktif mengajar. Selain itu, guru Yustinus lebih fokus mengajar anak-anak bersama istrinya, Mama Fransina. Dokumen sekolah seperti dokumen kurikulum, RPP, Silabus, SOP, profil sekolah, dan lain-lain tidak ada.

Catatan Kritis

Gedung SD Inpres Bine yang dibangun pada tahun 1980-an.  |Dokumentasi pribadi
Gedung SD Inpres Bine yang dibangun pada tahun 1980-an.  |Dokumentasi pribadi

Pendidikan Sekolah Dasar (SD) di kampung Bine memprihatinkan. Kondisi fisik sekolah yang dibangun pada tahun 1980-an sudah reyot. Tahun 2018, Dinas Pendidikan Kabupaten Asmat telah membangun dua ruang kelas. Apabila angin, maka semua siswa akan digabung di ke dua ruang kelas tersebut.

SD Inpres Bine juga tidak memiliki WC, tempat sampah, Perpustakaan, ruang guru, ruang kepala sekolah. Padahal, sejak dini, anak-anak diajarkan Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS). Tetapi, bagaimana guru bisa mengajarkan PHBS, sedangkan WC saja tidak ada? Tidak ada tempat sampah. PHBS macam apa yang akan disampaikan guru kepada anak-anak?

Selain itu, pemerintah kabupaten Asmat, melalui Dinas Pendidikan mengirim guru ke kampung tanpa menyiapkan rumah guru. Kalaupun ada rumah guru, sangat terbatas sehingga tidak bisa menampung semua guru. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun