Mohon tunggu...
peringatan zendrato
peringatan zendrato Mohon Tunggu... Freelancer - Seorang penulis apa yang dirasa perlu ditulis

Suka Kesasar, Asal ada Teman

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Artikel Utama

Mencari Air Hingga Kedalaman 82 Meter

7 April 2019   16:38 Diperbarui: 7 April 2019   20:22 405
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi | sumber rnw.nl

Ritual ini harus dilakukan di mana sumber mata air berada. Warga biasa dan para tokoh adat akan makan bersama setelah ritual dilakukan.

"Tidak mesti saya yang hadir, tetapi sebagai ketua suku, pemberitahuan harus sampai ke saya dulu, kalau saya ada halangan, boleh ketua suku di mana air itu ditemukan yang melakukan ritusnya," kata Yosep Untung.

Menanggapi kejadian hilangnya air dan susahnya mencari air, Yosep Untung melihat itu sebagai akibat ritus diabaikan. "Tidak perlu acaranya besar, intinya kita tetap memohon kepada Sang Pemberi air itu," kata Yosep Untung.

Mantan kepala desa itu bersaksi kepada saya bagaimana sumur di samping rumahnya itu bisa bertahan sampai saat ini karena sebelumnya sudah dilakukan ritual adat. "Sumur yang airnya hilang itu sebenarnya karena itu, ritual adatnya tidak dilakukan," kata Yosep Untung.

Air Bersih dari Sumur Bor 

"Sekarang kami juga bisa ambil air minum dari Sumur di Dusun Adubitin," kata Yovita Bui. Sumur yang dibor dengan kedalaman 40-an meter itu terdapat di Dusun Adubitin, dikerjakan di tahun 2016.

Mesin diesel berbahan bakar minyak bensin menarik air dari kedalaman 40-an meter dan ditampung dalam bak bervolume 6 M3 dengan ketinggian 15 meter dari permukaan halaman rumah. Setiap harinya mesin ini dinyalakan di saat warga datang mengambil air.

Sekali dalam dua minggu warga dimintai oleh operator mesin uang senilai Rp 10.000 untuk mengganti oli. Selain itu juga dimintai senilai Rp 2.000 untuk kebutuhan membeli minyak bensin. Warga berusaha melunasi iuran tersebut demi memperoleh air dari sumur itu. Bahkan berusaha menunggu giliran mengisi air ke dalam jerigen-jerigen kosong.

Bak gerobak disesaki dengan jerigen berisikan 5 liter air di dorong dari sumur bor ini. Sudah menjadi rutinitas pekerjaan anak remaja di desa ini untuk membantu orang tua mereka mendapatkan air untuk kebutuhan sehari-hari.

Pulang dari sekolah, anak-anak remaja bergegas mengambil gerobak dan menyusun dalam baknya jerigen-jerigen yang masih kosong. Bahkan setelah matahari terbenam, kita masih melihat anak-anak masih mendorong gerobak berisi jerigen air. Mereka berlari sembari mendorong dan sesekali membelokan ke kiri dan ke kanan ketika mendahului teman. Berusaha untuk bermain meski sedang bekerja.

Pencarian air berhenti, tahun ini tidak ada kebisingan suara mesin pencari air. Orang-orang kekar yang menusuk tanah dengan pipa besi sampai puluhan meter ke dalam tanah tidak mengeluarkan keringat lagi. Sumur bor yang tersisa dan masih mengeluarkan air adalah harapan terakhir. Masyarakat berharap air tidak keruh di kala hujan dan tidak kering di saat kemarau.

***

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun