Mohon tunggu...
Putra Perdamaian
Putra Perdamaian Mohon Tunggu... -

Kemanusiaan yang adil dan beradab !

Selanjutnya

Tutup

Politik

Isu Haji, Gaya Serangan Personal "Sumbu Pendek"

6 Maret 2017   11:48 Diperbarui: 6 Maret 2017   12:13 2242
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
http://news.detik.com

Mengikuti perkembangan Pilkada DKI Jakarta untuk putaran kedua ini, rasanya agak-agak lucu dan menggelikan, ada banyak kecerdasan sekaligus kebodohan secara bersamaan. Ada banyak hal yang dijadikan serangan, tapi absurd pada saat bersamaan. Ada keseruan ketika masing-masing pembela melakukan analisa dan pembelaan dengan cerdas, tapi sekaligus ada yang mengecewakan karena ada kebodohan yang disebar melalui fitnah dan isu murahan. Maksudnya, kenapa isu dan fitnah yang dibuat tidak menggunakan cara-cara cerdas sekalian? Atau mencari konten yang lebih cerdas sedikit.

Kemarin, diramaikan di dunia maya dan dunia realita tentang Anies Baswedan yang belum haji. Bahkan ada nada-nada sumir yang kemudian menegasikan Anies Baswedan, “jangan-jangan, ia tidak haji karena ingin menunggu nanti, haji gratisan saat menjadi pejabat!”. Anehnya, orang-orang yang seperti itu, justeru bukan mereka yang mempunyai kompetensi untuk ngomongin haji, kemudian nyinyir sedemikian. Apa urgensinya?

Mari kita tengok ke belakang, ketika Anies Baswedan dihajar habis-habisan karena, konon katanya, sering memainkan isu-isu agama untuk memenangkan Pilkada ini. Dalam banyak pandangan, Anies dinegasikan sebagai sosok radikal yang suka memainkan isu agama untuk kepentingan politisnya. Bahkan, si @chikohakim dengan lantang menuliskan cuitan yang mewanti-wanti Anies agar tidak lagi memainkan isu-isu agama, dan jika tidak, ia akan membuka aib Anies yang katanya punya “kisah” dengan mahasiswinya. Termasuk juga, apa yang ciuitkan oleh dedengkot Ahoker, Guntur Romli, yang katanya Anies mendadak Islam gara-gara Pilkada.

Lalu, mari belokkan lagi kepala kita ke depan, setelah menengok ke belakang, apakah isu tentang haji dan tidak haji itu bukan isu agama? Apakah isu tentang belum haji itu tidak mengandung nilai politis untuk kemudian mereduksi Anies Baswedan sebagai sosok yang belum patuh kepada agama secara sempurna karena ada amalan yang belum dikerjakannya? Apakah isu tentang agama ini tidak mempunyai tujuan untuk menggerus suara pemilih Islam, yang mayoritas di Jakarta?

Artinya, justru kita bisa melihat konteks yang berbeda, bahwa ternyata mereka yang menyerang Anies dengan isu haji, adalah mereka yang sadar betul dan sepenuhnya yakin, bahwa isu agama itu sangat potensial untuk memikat sekaligus menggerus suara dalam kontestasi Pilkada. Logika seperti ini sangat mungkin, terutama ketika Ahok didakwa telah menista agama, dan keyakinan untuk membuat Pilkada DKI Jakarta menjadi satu putaran menjadi mimpi siang bolong, setelah sebelumnya begitu meyakinkan.

Lebih dari itu, pihak-pihak yang menyerukan anti SARA dan menjunjung tinggi toleransi, justeru menyebarkan isu Anies, yang secara personal (bukan gagasan dan idenya), belum berhaji. Kaitannya jelas, bahwa mereka ternyata juga meyakini, kalau persoalan agama adalah persoalan yang urgen dan mempunyai peran besar dalam menarik suara. Sehingga, isu-isu tentang Anies yang secara personal berkaitan dengan agama, akan dijadikan incaran empuk oleh mereka. Lihat saja, kemarin Anies dikatakan Syi’ah, dikatakan Wahabi, dan dikatakan Liberal.

Kita sering dibuat aneh oleh para pembenci Anies (sebut saja Ahoker) tentang seringnya mereka gagal paham, tak ubahnya kelompok sumbu pendek yang sering mereka nyinyirin, padahal mereka sendiri yang sebenarnya tak terlalu panjang sumbunya.

Tapi apapun, kemudian ada diktum menarik, terutama di kalangan umat Islam Jakarta, bahwa “Memilih pemimpin yang belum berhaji, lebih baik dibandingkan memilih pemimpin yang belum baca Syahadat”!. Itu...

Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun