Tahu sumedang.. tahu sumedang...lima ratusan...lima ratusan, kacang, Kacang....kacang.....aqua.....aqua....aqua...........yang haus.. yang.....haus..........koran.......koran.......koran....... itulah suasana pemandangan yang terjadi di bus ekonomi jurusan semarang-jakarta.Â
Berbagai nama bus bersliweran di jalur pantura...tiap pagi dari agen satu kr agen berikutnya...apalagi jika kita naik bus lewat pulogadung, maka kita akan cepat ditawari pedagang asongan yang masuk bus ekonomi tersebut.Â
Supir dan keneknya sengaja membiarkan begitu saja para pedagang ini menjajakan dagangannya di dalam bus. Termasuk para pengamen dari yang usia remaja hingga usia dewasa.Â
Penumpang didalam bus tersebut harus ekstra bersabar menunggu bus berangkat. Bisa kisaran berjam-jam menunggunya, padahal dari sekian banyak penumpang beragam kepentingan dan ingin segera kembali ke kampung halamannya karena ada kepentingan dengan keluarganya.Â
Bus ekonomi atau bus bumel..istilah kerennya, menjadi pilihan bagi mereka masyarakat ekonomi pas-pasan saat ingin bepergian ke ibukota, dulu kereta api ekonomi menjadi alternatif utama saat ingin berangkat dan pulang kembali, namun karena sekarang tarif agak mahal dan sehingga sebagian warga yang ingin kr ibukota naik bus bumel ini.Â
Jarak tempuh sebelum ada tol, bus ini dari Tegal ke Jakarta kurang lebih 7 jam, dan dipastikan mendapatkan penumpang, karena masing-masing punya keunggulan memilih nama bus yang akan membawanya.Â
Setelah ada Tol Cikampek-Brexit, masyarakat pengguna transportasi dimudahkan karena jarak tempuh, bus ekonomi pun harus memilah dan memilih apakah bus tersebut lewat tol atau tidak.Â
Penumpang harus jeli. Jika ingin lebih ceoat maka naiklah bus ekonomi via tol. Jika ingin santai dan tidak begitu mahal tarifnya, maka pilih bus ekonomi via jalur pantura.Â
Pedagang asongan yang paling banyak di bus ekonomi jalur biasa via indramayuyang tidak melewati jalur tol pasalnya yang melewati jalur tol, pedagang asongan bingung untuk turun mendadak, dan ga rnak bagi pedagang asongan jika masuk di bus terlalu lama di dalam bus, karena mereka tidak bayar ongkos.Â
Mencari sesuap nasi sebagai pedagamg asongan sebenarnya tidaklah semua orang suka, namun karena desakan ekonomi lah yang menyebabkan mereka harus berani dan lincah pindah dari satu bus ke bus yang lain.Â
Pedagang asongan ini kadang-kadang dimodali oleh para pemilik modal, ambil barangnya dulu, harga dasar disepakati, jual sesuai harga pasar, margin keuntungan mil pedagang asongan. Setelah laku uang hasil penjualan diserahkan sebagian kepada pemilik modal dan sisanya sebagai upahnya menjualkan barang dagangannya.Â