Mohon tunggu...
Dedek Kusvianti
Dedek Kusvianti Mohon Tunggu... -

Kadang sharing itu penting

Selanjutnya

Tutup

Travel Story Artikel Utama

Uniknya Panen Padi di Belitong

30 Januari 2012   12:43 Diperbarui: 25 Juni 2015   20:16 673
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Keunikan cara panen padi di Belitong baru saya alami langsung kemarin. Saya katakan unik, karena cara panen padinya berbeda dari cara panen yang selama ini saya lihat. Seperti di Jawa Barat, saya pernah melihat petani memanen padinya dengan cara membabat batang padi kira-kira 10 cm dari akar,  jerami dan tangkai  padi dipangkas semuanya, batang padi tersebut di kumpulkan dan dipukul-pukul pada papan miring agar gabah terpisah dari tangkainya. Sementara di Belitong, acara panen padi atau yang biasa disebut "ngetam padi" dilakukan dengan cara lain. Di sini acara panen padi sama sekali tidak menggunakan pisau dan alat perontok. Petani hanya menggunakan "tabik" semacam kantong yang terbuat dari daun lais dan berfungsi sebagai tempat penyimpanan gabah sementara. Tabik diberi tali dan disangkutkan ke pinggang bagian muka. Proses pemanenan terjadi dengan petani langsung mengambil gabah dari tangkainya dan dimasukkan ke dalam tabik. Petani mengambil gabah dari satu rumpun ke rumpun berikutnya dengan berjalan maju. Jadi, pemanenan berlangsung hanya dengan mengambil gabah yang sudah  siap panen, sementara gabah yang belum siap atau masih hijau ditinggalkan untuk kemudian dipanen lagi ketika sudah siap panen. Kemudian timbul pertanyaan dari kepala saya, lalu bagaimana nasib rumpun-rumpun yang sudah dipanen tersebut? apa dibiarkan saja atau dibabat? dan ternyata jawaban petani sederhana, ya dibiarkan saja sampai rumpun padinya kering, mati, dan membusuk. Untuk menanam lagi, mereka akan menunggu rumpun membusuk atau pindah ke lahan lain pasca panen yang sebelum-sebelumnya. Saya mencoba menerka-nerka, kenapa cara panennya seperti ini. Kalau dipikir-pikir memang cara ini efektif, mengingat padi yang ditanam adalah padi ladang bukan padi sawah jadi memudahkan mobilitas petani untuk mengambil langsung gabah. Kemudian ketinggian rumpun yang hampir sepinggang orang dewasa, tentu lebih mudah panen dengan cara seperti ini dibandingkan bila harus membungkuk-bungkuk membabat rumpun dari bawah. Tenaga yang dikeluarkan juga relatif sedikit, karena langsung memanen gabahnya. Berbeda dengan cara panen lain yang harus memisahkan lagi gabah dari tangkainya. Kemudian untuk membiarkan lahan yang sudah dipanen dibiarkan sampai membusuk, dirasa juga sesuai dengan konsep "bera" lahan. Jadi lahan dibiarkan beberapa lama untuk menstabilkan kembali haranya, tekstur dan strukturnya. Ditambah lagi dengan jerami yang ditinggalkan, ini akan menambah kandungan hara tanah sehingga sangat baik untuk periode tanam selanjutnya. Ternyata cara ngetam padi ini sudah menjadi tradisi masyarakat Belitong selama bertahun-tahun. Puncak acara panen padi tersebut adalah dengan diadakannya "maras taun", yang merupakan pesta masyarakat sebagai rasa syukur atas hasil panen yang melimpah. Biasanya acara ini diadakan setahun sekali oleh daerah-daerah yang masyarakatnya menanam padi. Berikut adalah dokumentasinya: [caption id="attachment_167210" align="aligncenter" width="800" caption="Suasana ngetam padi"][/caption]

13279228881164761832
13279228881164761832
[caption id="attachment_167214" align="aligncenter" width="300" caption="Cara panen gabah"]
13279231361471556868
13279231361471556868
[/caption] [caption id="attachment_167215" align="aligncenter" width="300" caption="Tabik yang sudah hampir penuh"]
13279232671205573157
13279232671205573157
[/caption] [caption id="attachment_167221" align="aligncenter" width="300" caption="Seperti ilmu padi, semakin berisi semakin merunduk"]
1327926575271728746
1327926575271728746
[/caption] [caption id="attachment_167223" align="aligncenter" width="300" caption="Pemindahan gabah dari tabik ke keranjang yang lebih besar"]
1327926893320919868
1327926893320919868
[/caption] [caption id="attachment_167222" align="aligncenter" width="300" caption="Pengangkutan keranjang yang sudah penuh"]
13279267171640494340
13279267171640494340
[/caption] [caption id="attachment_167224" align="aligncenter" width="300" caption="Sebagian hasil panen siang itu"]
1327927054442360810
1327927054442360810
[/caption]

Mohon tunggu...

Lihat Konten Travel Story Selengkapnya
Lihat Travel Story Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun