Mohon tunggu...
Anwar Effendi
Anwar Effendi Mohon Tunggu... Jurnalis - Mencari ujung langit

Sepi bukan berarti mati

Selanjutnya

Tutup

Kurma Pilihan

(Fiksi Ramadan) Jumadi Tak Mengharapkan Hilal

23 Mei 2020   16:03 Diperbarui: 23 Mei 2020   15:59 488
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi hilal. (bmkg.go.id)

Penampakan hilal tidak memberi kebahagiaan bagi Jumadi. Hilal kini jadi sesuatu hal yang menakutkan bagi dia. Kedatangannya sangat tidak diharapkan. Hilal hanya menambah masalah baru, dari masalah yang kini dihadapi Jumadi tanpa berkesudahan.

Jumadi tak pernah lagi memegang uang gaji lagi. Uang pesangon sudah habis untuk menutupi sebagian utang. Dia juga belum lepas dari jeratan utang lainnya. Motor yang satu-satunya jadi tumpuan sudah tak ada karena disita. Jangankan untuk mencicil motor, dia sendiri kesulitan untuk memberi makan anak istrinya.

**

"Kenapa mesti ada hilal. Mengapa orang-orang masih bergembira dengan kehadiran hilal," Jumadi membatin.

Hati Jumadi tersayat-sayat. Dia tidak bisa menutup mata melihat orang-orang bahagia menyambut hilal. Sibuk berbelanja aneka barang. Dari makanan hingga pakaian. Seperti tidak pernah kehabisan uang. Banyak barang sekeranjang dibawa pulang.

Jumadi ingin menangis sekeras-kerasnya. Mengapa ada nasib yang berbeda menimpa dirinya. Dia tidak rela melihat anak istrinya menderita. Dia merasa tidak kuat kalau anak istrinya jadi bahan olok-olok tetangga. cuma gara-gara tak punya barang baru di Hari Raya Idul Fitri.

"Hilal pasti datang. Saya tidak bisa menghindarinya," lagi-lagi Jumadi merenung.

Jumadi kembali mengingat saat-saat terakhir bekerja. Dia dipanggil bagian personalia. Dia diberi penjelasan apa yang akan diterima. Selembar surat pemberitahuan pemberhentian bekerja. Saat itu juga, Jumadi sudah lunglai. Tapi tak bisa berbuat apa-apa.

Tak mungkin ada perusahaan lain yang mau menerima pekerja baru menjelang Lebaran tiba. Apalagi kondisi dunia usaha juga lagi morat-marit. Jumadi makin merana. Semua harapa seakan sirna. Dia berada pada ujung keputusasaan.

"Aku sebenarnya tak mau melihat hilal," begitu kata hati terakhir Jumadi sebelum meneguk cairan pembasmi serangga. (Anwar Effendi)***

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Kurma Selengkapnya
Lihat Kurma Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun