Mohon tunggu...
Peb
Peb Mohon Tunggu... Arsitek - Pembaca yang khusyuk dan penulis picisan. Dulu bercita-cita jadi Spiderman, tapi tak dibolehkan emak

Bersukarialah dengan huruf, kata dan kalimat. Namun jangan ambil yang jadi milik Tuhan, dan berikanlah yang jadi hak kaisar.

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Artikel Utama

Dek, Setelah SBMPTN Jangan Dulu Jadi Turis!

9 Mei 2018   08:43 Diperbarui: 9 Mei 2018   17:17 2910
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sumber gambar : https://edukasi.kompas.com

Ujian seleksi bersama masuk perguruan tinggi negeri atau SBMPTN baru saja berakhir untuk kamu yang mengambil bidang studi/jurusan umum atau bukan jurusan kepeminatan. Kamu sudah merdeka? Belum! 

Begitu juga kamu yang mengambil bidang studi/jurusan kepeminatan baik bidang seni dan keolahragaan karena masih harus mengikuti ujian keterampilan tanggal 9 Mei dan 11 Mei di masing-masing PTN sesuai pilihan bidang studi tersebut. Setelah tanggal tersebut, otomatis pelaksanaan tes SBMPTN berakhir, peserta tinggal menunggu pengumuman hasilnya.

Pengumuman hasil ujian SBMPTN akan dilakukan 3 Juli 2018 pukul 17.00 WIB. Kalau dilihat waktunya memang masih lama. Namun hal itu bukan berarti kalian bisa bebas mengisinya dengan bersantai atau jalan-jalan menjadi turis! 

Setelah selesai semua test, kalian belum berstatus merdeka, masih ada yang harus dilakukan secara fokus dan serius. Karena kalian sebenarnya belum mendapatkan apa yang kalian impikan  yakni status mahasiswa. Kalian masih "pengangguran" yang ngambang. Pelajar bukan, mahasiswa pun bukan. Betul? Heu heu heu! 

Tunda jalan-jalan

Dari pengalaman dan pengamatan, ada kecenderungan calon mahasiswa ketika SBMPTN telah selesai dijalani, para calon mahasiswa pergi jalan-jalan menjadi turis kesana kemari. Mereka mendatangi tempat-tempat destinasi wisata yang mungkin belum pernah mereka kunjungi. Selama ini hanya dilihat di buku, internet dan televisi.

Tempat wisata atau destinasi jalan-jalan itu mungkin jadi salah satu impian saat masih jadi pelajar. Apalagi bagi mereka yang baru keluar dari kampung halamannya, dan kemudian mengikuti tes di tempat/kota lain. Misalnya calon mahasiswa dari luar pulau Jawa yang merantau ke pulau Jawa untuk kuliah di kampus favoritnya. Atau calon mahasiswa yang berasal dari daerah kabupaten/kecamatan terjauh/pedalaman ketika merantau ke kota propinsi, mereka seolah jadi manusia bebas.

Khusus di pulau Jawa memang sangat menggoda. Akses transporasi antar kota dan provinsi dalam satu pulau relatif bagus dan cepat. Dari satu kota-ke kota lain di pulau Jawa terkoneksi dan tersedia beragam moda angkutan 24 jam dan biayanya relatif murah.  

Kota Bandung ke Jakarta cuma tiga jam naik kereta, Yogya-Semarang cuma 3 jam naik bis, Yogya-Magelang 1,5 jam, Yogya-Solo cuma 1 jam naik kereta, Surabaya-Malang cuma 3 jam naik bis, dan seterusnya. Tentu semua itu jadi salah satu potensi besar yang menggoda calon mahasiswa anak rantau.  

Berbeda dengan daerah luar pulau Jawa, misalnya Sulawesi, Kalimantan, Papua atau pulau-pulau kecil lain di wilayah nusantara ini, orang seringkali harus berganti moda angkutan beberapa kali dan waktunya relatif lama untuk sampai ke kota besar. Bandingkan, masih dalam satu provinsi di Kalimantan dan Papua saja akses dari satu kota kabupaten ke ibu kota provinsi ada yang harus capai dengan naik pesawat! Dapat dibayangkan waktu dan biaya yang dibutuhkan.

Kemudahan akses dan biaya murah seringkali jadi godaan untuk jalan-jalan dan jadi turis. Apalagi zaman smartphone seperti sekarang bila ketemu teman satu kampung di rantau, pengennya jalan-jalan kemudian di posting di media sosial dan  grup WA sekolah. Ada rasa bangga (pamer) "sudah foto-foto" ke destinasi wisata tertentu.

Padahal kamu harus ingat, perjuangan sebenarnya belum selesai. Belum saatnya jadi turis. Kalian secara defenitif belum mendapatkan tempat kuliah di kota tersebut. Ingat pepatah pebrianov, "tak akan lari 'traveling and selfie time' dikejar". Bila kelak sudah dapat tempat kuliah di kota tersebut kamu bisa lakukan sepuasnya sampai eneg!

Tunda Belanja-belanja

Satu lagi "penyakit atau bahaya laten" anak rantau pemula adalah suka belanja-belanja. Mungkin banyak barang yang semula di tempat tinggalnya tidak ada atau harganya relatif mahal. Begitu tiba di kota, atau di pulau Jawa mendapatkan banyak barang yang relatif murah dibandingkan di kampung halamannya. 

Barang itu bisa berupa produk fashion, produk permainan, produk makanan, dan lain sebagainya. Ini jadi godaan juga. Sebaiknya tahan dulu berbelanja. Biaya masih banyak dibutuhkan untuk menjalani proses menjadi anak kuliahan di kota tersebut.

Tunda pacaran dengan senior 

Nah, ini lain lagi. Seringkali merantau ke suatu kota untuk cari tempat kuliah dikarenakan ada senior (kakak kelas) semasa SMA yang sudah duluan kuliah di kota tersebut. Mungkin dulu sekedar naksir, tapi kemudian pengen dekat dan satu kota. Berharap bisa 'jadian'. 

Pesona senior makin berkilau setelah jadi mahasiswa. Bisa saja si senior dimanfatkan untuk mengantar kesana kemari dengan dalih solidaritas satu almamater SMA. Ini bisa baik, bisa juga buruk. Pikiran jadi tidak fokus. Maunya ketemu terus dan jalan-jalan.

Sebaiknya hindari dulu relasi intensif yang  baperan seperti ini agar kamu bisa fokus. Kamu harus ingat, kamu belum jadi mahasiwa. Nanti begitu kamu jadi mahasiswa di suatu kampus, akan kamu temukan senior-senior lain di kampus itu yang lebih mempesona.

Sudahlah ganteng/cantik, pinter, aktif organisasi/aktivis, juara olah raga, pandai main musik dan sering tampil di musik kampus,  aktivis, pandai romantis, dan anak orang kaya lagi! Nah, percayalah sama kak Pebrianov...#eeh, heuheuheu!

Gunakan waktu menunggu hasil SBMPTN

Sebaiknya usai SBMPTN tunda segala kesenangan tersebut. Kalau stres bolehlah sesekali ke mal atau jalan-jalan tapi sebatas dalam kota itu saja. Kalau nongkrong di mal jangan terlama-lama dan jangan berharap bertemu artis idola di mal itu. Itu nanti saja kalau kamu sudah jadi mahasiswa, bisa kamu upayakan mengundangnya ke kampus untuk suatu acara kalau kamu jadi aktivis tingkat jurusan, fakultas atau bahkan universitas. Gampang lah semua ituuu...

Gunakan waktu waktu untuk mencari informasi dan persiapan tes mandiri PTN atau di PTS favorit di kota itu. Pelajari segala soal-soal tes terdahulu yang biasanya banyak dijual murah di seputar kampus. Kalau perlu, ambil bimbingan tes singkat (bimbel) yang ada di kota itu agar kamu bisa lebih fokus dan kegiatanmu terjadwal. 

Tes mandiri PTN atau PTS punya karateristik tersendiri atau seringkali sedikit berbeda dengan SBMPTN nasional. Bisa saja lebih simpel, namun juga bisa lebih sulit. Pilih jurusan yang kiranya peluangmu lebih besar untuk lolos berdasarkan kemampuan, kepercayaan diri dan daya tampung (tingkat persaingan).

Hal lain yang sebaiknya kamu lakukan adalah sambil jalan-jalan melepas stres belajar,  kamu boleh lihat-lihat tempat kost yang dekat atau mudah aksesnya dengan perguruan tinggi tujuan kuliahmu. Bisa jadi di kota itu awalnya kamu numpang di tempat keluarga, kerabat orang tua, teman, namun kelak kamu ingin kost ketika sudah diterima di suatu kampus.  

Jangan malu untuk bertanya dengan orang yang dikenal dan orang yang kiranya mengetahui segala sesuatu terkait kebutuhan kamu satu persatu. Jangan terlihat terlalu culun, namun jangan pula terlalu pede. Sesuaikan bahasa tubuh, kelakukan dan bicara kamu dilingkungan sekitar.  Jangan mentang-mentang di kampung asalmu kamu seorang seleb dan jagoan, kemudian tabiat dan gaya itu kamu bawa di tanah rantau (tempat baru). Dimana bumi dipijak, disitu langit dijunjung.

Dan ingat teori Pebrianov ini ; "Ilmu menghilang, bisa terbang dan kebal peluru kamu di kampung akan pudar sementara di tanah rantau karena kamu sudah melintas lautan, merasakan minum dan makan di tempat baru. Tapi semua itu akan kembali lagi setelah kamu jadi mahasiswa yang baik di sana".

Percayalah, heu heu heu....

Terus berjuang dan tetap semangat.  Semoga sukses.

----- 

pebrianov@2018

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun