Mohon tunggu...
Susy Haryawan
Susy Haryawan Mohon Tunggu... Wiraswasta - biasa saja htttps://susyharyawan.com

bukan siapa-siapa

Selanjutnya

Tutup

Politik Pilihan

Demokrat Kampanye Antara Sesat dan Tepat

28 November 2018   11:18 Diperbarui: 28 November 2018   11:30 585
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Politik. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Freepik

SBY akhirnya turun gunung. Bersama trio Yudoyondo mereka berkeliling Jateng dan Jabar. Merasa suara mereka hancur di 2014, SBY fokus menyapa rakyat untuk mengembalikan perolehan di 2009 yang cukup fenomenal.  Salah satu media melaporkan bahwa SBY, AHY, dan EBY ternyata fokus kampanye untuk Demokrat semata.

Pemilu 2019 memang unik, pelik, dan tentu sulit bagi partai yang tidak memiliki capres dan cawapres. SBY sebagai politkus yang cermat dalam berhitung tahu persis kondisi ini. Sejak  usai 2017 dengan pilkada DKI dengan mundurnya AHY dari militer, jadi punya waktu penuh untuk terlibat dalam pentas politik praktis kaliber nasional.

Safari politik, lobi-lobi di jalankan ke mana angin berembus. Jokowi pun dijajaki, tidak ketinggalan Prabowo. Sangat normatif dan wajar. Hingga H-1 pendaftaran yang berkaitan juga dengan keterlibatan penuh dalam pilpres 2024, mau tidak mau Demokrat harus menunggu dengan tidak menentu karena survey dan gerak lagu politikus lingkaran elit pun belum memberikan signal positif bagi AHY di dalam kancah pilpres kali ini.

Tiba-tiba, hanya mendekati jam pendaftaran ada ontran-ontran jenderal kardus. Semua usai, tamat bagi Demokrat untuk bisaikut enaknya kue pemilih nasional. Meradang, marah, dan kecewa tentu saja sangat wajar mereka lakukan.  Apa daya demi ketenangan dan modal kapital yang lebih tebal Sandi menyalip di tikungan dan meninggalkan Demokrat. Semua dikuasai Gerindra semata.

Demokrat dengan SBY tentu tidak mau hilang muka apalagi kesempatan di 2024 dengan tidak ikut pilpres, jika kali  ini tidak ikut mengusung, seperti 2014 dengan menglaim sebagai penyeimbang. Berat hati perlu ikut tanda tangan dan ikut mendukung salah satu paslon. Hambatan psikologis politis pun harus dikalahkan dan memilih bersama koalisi Gerindra cs.

Masa kampanye tiba, bukannya turun berkampanye dan mempromosikan dukungannya, eh perang opini dan saling serang. Di mana Prabowo dinilai ogah-ogahan dan malas, bagaimana mau menang, serangan perdana dari kubu Demokrat. Sengatan yang ternyata malah membuat makin kacau karena Prabowo bergegas turun dan malah membuat blunder demi blunder. Demokrat diam saja, tidak ada kehendakuntuk menetralisir atau meluruskan sama sekali.

Gantian kubu koalisi 02 yang menanyakan mana janji Demokrat dan SBY serta AHY yang mau membantu, sebagai sesama koalisi. Meradanglah SBY yang merasa juga pernah menjadi pemimpin koalisi dan tidak pernah memaksa para pimpinan partai politik turun kampanye. Dalam sebuah kesempatan, sangat wajar jika SBY menyatakan kalau dukungan kepada Prabowo itu tidak menguntungkan. Dalam arti bahwa efek capres dan cawapres hanya milik partai yang memang kader atau simpatisan terdalam mereka ada di sana.

Tepat atau sesat Demokrat?

Pilihan realistis dengan hitung-hitungan di atas kertas, Demokrat yang hancur lebur karena skandal korupsi di pemilu 2014 memang terjun bebas. Kali ini tanpa adanya kader yang cukup signifikan menjual, mereka berat hati jika harus berbagi konsentrasi untuk pilpres juga.

Posisi AHY yang sangat dipaksakan di 2019 pun menjadi point negartif, belum lagi EHY yang memang sudah tidak bisa diharapkan lagi. SBY yang harus turun ke lapangan sebenarnya bentuk kepanikan dan ketidakyakinan SBY kepada kedua puteranya. Bandingkan dengan ketum partai lain, paling sibuk malah SBY. Hal yang wajar karena hanya ia yang memiliki nilai layak jual, meskipun lagi-lagi toh susah untuk orang percaya akan citra pemerintahannya.

Tepat bagi pemulihan Demokrat, namun sesat bagi koalisi 02. Koalisi terkesan hanya menjadi pendukung SBY dan Demokrat di 2024 semata, bukan berpikir koalisi untuk saat ini.  Hal ini  bisa mejadi persaingan yang cukup sengit di intern 02.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun