Tahun2 terakhir saat berlibur dari Belanda ke Indonesia, semakin sering terbaca iklan yang dulu tidak biasa saya lihat. Terutama di Pujasera saya sering kagum dengan kepandaian pemasang iklan yang menunggangi apapun itu lokasinya dan nama restoran nya. Teh Botol yang menyandang nama begitu besar ternyata masih butuh ndompleng warung2 sederhana. Entah apa karena ada kemiripannya, atau justru kebalikannya, ditengah maraknya pesta demokrasi hari2 ini di tanah air, bunyi iklan tersebut terngiang2 ditelinga. Ditengah sibuknya Nusantara hitung suara, kata koalisi mulai sering bergema. Beda dengan Iklan Teh Botol yang harus mendompleng penjaja yang ada, nama dan reputasi Jokowi justru berakibat sebaliknya. Mau makan apa saja asal ada penyejuknya. Betapapun gersangnya ajang pertandingan, asal ada Jokowi pelepas dahaga tidak apa-apa, betapapun pedasnya perang kata, asal ada Jokowi penyejuk sukma tidak apa-apa. Banyak hati yang gundah gulana, melihat partai andalannya juara mengusung tersangka KPK. Sempat hati tidak rela, mana bisa Jokowi diusung juara korupsi. Serentak ingat filosofi sang saka Merah Putih. Apa tak malu bicara merah berani dan putih suci ditengah keadaan partai goyah, bak tubuh sakit parah. Tapi betapapun hebat obat yang disuntikkan, kalau tubuh tidak bangkit dari dalam pasti tidak mempan. Sel-sel darah merah harus dibantu oleh sel darah putih. Kurasa untuk itulah Jokowi ada disana. Apapun sakitnya (baca: partainya) Jokowi penangkalnya. apapun dustanya, Jokowi pelurusnya. Sekali bertahta, pasti hancurkan cinta harta. Apapun makanannya, asal Jokowi Presidennya, pasti kenyang rakyatnya. Selamat berjuang pak Jokowi! foto: http://vensca81.files.wordpress.com/2014/04/jokowi-merah-putih.jpg