Mohon tunggu...
Paryono Yono
Paryono Yono Mohon Tunggu... Guru - Menulis untuk berbagi

Blog pribadi https://dolentera.wordpress.com

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan Artikel Utama

Memutus Mata Rantai Kebohongan

14 Maret 2019   13:41 Diperbarui: 14 Maret 2019   21:35 416
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

pixabay.com
pixabay.com
Membaca dan belajar
Membaca adalah pintu membuka pengetahuan. Pengetahuan sangat penting bagi orangtua khususnya yang memiliki anak kecil. Meskipun ketika di usia tua pun juga sangat dibutuhkan ketika anak dalam kebingungan.

Kurangnya penguasaan materi, membuat orangtua tidak tahu harus menjawab apa atas pertanyaan anak. Tak jarang orangtua pun akhirnya berbohong karena kurangnya pengetahuan tersebut.  

Sebab akibat atas apa yang disampaikan ke anak, juga tidak dipikirkan. Akhirnya orangtua berucap sak karepe dewe, ngomong senengnya sendiri. Jika anak terus menerus merengek dan bertanya tanpa kendali, akhirnya orangtua mengeluarkan senjata terakhir membentak, marah, dan meluapkan emosi agar anak diam.

Sadar Akan Bahaya Berbohong
Anak-anak akan merekam apa yang mereka alami dan rasakan semasa kecil
(Tjiptadinata Effendi)

Sebagai orangtua tentunya kita harus sadar akan perkembangan anak. Dalam perjalanan waktu, perkembangan otak anak akan meningkat. Jika orangtua serta orang dewasa di sekitarnya sudah membiasakan berbohong. Maka dia akan beranggapan kebohongan itu biasa. Di pikirannya tidak ada yang salah dengan berbohong. Atau bisa juga berpendapat tidak berdosa jika berbohong.

Tentu hal tersebut akan berbahaya jika sikap tersebut tumbuh berkembang sampai usia remaja dan dewasa. Ketika kebohongan sudah menjadi kebiasaan, maka ucapannya tidak dapat dipegang. Integritasnya pun akan dipertanyakan oleh orang di sekitarnya.

Dalam keluarga, saya dan istri pun menyadari bahwa berbohong berdampak buruk pada perkembangan anak. Kami pun tak jemu mengingatkan untuk meninggalkan berkata bohong---agar anak tidak menangis ---kepada pembantu di rumah.

Ketika anak terjatuh terpeleset, disampaikan ke anak kalo dia harus berhati-hati saat jalan atau lari. Tidak usah mengada-ada dengan berucap kodoknya lari, kucingnya beranak, cicaknya terbang atau ujaran dusta lainnya.

Tidak perlu juga mengatakan lantainya nakal, terus lantai tersebut dipukul. Ini juga jelas tidak rasional, tidak masuk akal.

Ajaran tersebut secara tidak langsung, mengajari anak untuk mencari kambing hitam, ketika dalam perjalanannya mengalami jatuh terperosok. Akhirnya anak akan gemar menyalahkan orang lain, menyalahkan benda, menyalahkan situasi, atau kondisi di sekitar.

Dengan membiasakan mencari kambing hitam, anak tidak akan terbiasa mengintrospeksi diri. Anak pun tidak akan tahu jika dia harus berhati-hati dalam bertindak-tanduk. Anak juga tidak akan cakap menganalisa sebab akibat dari perbuatannya.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun