Mohon tunggu...
Parhorasan Situmorang
Parhorasan Situmorang Mohon Tunggu... Penulis - Petualang waktu yang selalu memberi waktunya untuk menginspirasi generasi muda.

Petualang waktu yang selalu memberi waktunya untuk menginspirasi generasi muda.

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Artikel Utama

Konsep Pendidikan Romo Mangun: Perhatian adalah Kunci

8 November 2016   01:19 Diperbarui: 9 November 2016   07:26 1186
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Source: captured from https://www.youtube.com/watch?v=C0BJnDHKjsg

Gagasan Romo Mangun perihal pendidikan dasar tidak berhenti sebagai sebuah konsep yang disimpan di dalam laci. Tahun 1994, dia mewujudkannya dalam sebuah sekolah dasar eksperimental di Desa Mangunan Berbah Sleman Yogyakarta. Di sekolah ini semua konsepnya dituangkan dan dialirkan. Episentrumnya adalah dinamika. Jantung dari dinamika adalah eksperimen.

Karena jantungnya adalah eksperimen maka idealnya dibutuhkan orang-orang yang tidak biasa yang bisa menjaga jantung itu terus berdetak ideal. Di sinilah letak 'kesusahan' mengidealkan realisasi konsep ini. Kesusahan dalam menghadirkan sosok guru fotokopian-nya Romo Mangun atau yang mendekatinya.

Romo Mangun adalah seorang guru. Dia guru bertipe arsitek, bukan bertipe tukang. Guru bertipe tukang adalah mereka yang hanya menyelesaikan tugas menurut perintah tugas dan tidak tertarik meluangkan waktu dan energi melampaui batas perintah yang diterima. Sedangkan guru bertipe arsitek adalah manusia pembelajar yang tidak cuma menjalankan tugas yang diperintah melainkan memiliki semangat volunter yang senang gembira memberikan waktu dan enerjinya melebihi dari tugas dan kewajibannya, serta berkemampuan dan berkemauan mendesain kreativitas.

Sesungguhnya seluruh konsep Romo Mangun sudah jelas dan siap. Rumusannya terang benderang disampaikan dalam kalimat-kalimat yang mengalir, mudah dibaca, mudah dipahami. Tidak perlu tafsir, yang diperlukan adalah orang yang punya kemauan, kemampuan, dan semangat, dan paling penting kesabaran dalam berproses melaksanakan.

Guru yang Suka dan Antusias Meminjam Pengalaman Orang Lain
Konsep Romo Mangun memerlukan guru yang piawai memicu dan memacu potensi murid. Guru yang produktif menghadirkan sebanyak-banyaknya pengalaman bagi siswa. Sebab itu guru yang pas mengemban konsep Romo Mangun haruslah yang suka dan antusias meminjam pengalaman orang lain. Banyak cara meminjam pengalaman orang lain. Bisa melalui dialog, diskusi bilateral ataupun berkelompok, membaca buku, membaca surat kabar, menonton pameran, menonton televisi, mendengar radio, dan menyimak sosial media, bahkan membaca sobekan surat kabar bekas. Sebagai contoh inspiratif, Raudal Tanjung Banua, bisa tumbuh berkembang sebagai salah seorang penulis produktif Indonesia salah satunya pemicunya karena ketika masa kecil membaca sobekan surat kabar bekas yang menjadi bungkus ikan asin belanjaan ibunya.

Tatkala guru mendorong siswanya suka bertanya tentulah sang guru harus suka bertanya pula. Ketika guru mengevokasi siswa supaya ketagihan bereksperimen tentu sang guru harus tebal pula minatnya bereksperimen, imajinasinya lebar dan menjulang, ide-ide liarnya melimpah ruah. Suka bertanya, minat bereksperimen, dan imajinasi yang menjulang melimpah ruah itu hanya bisa diperoleh jika banyak meminjam pengalaman orang lain.

Dalam berbagai ruang dan waktu, baik sebagai ucapan di seminar atau saat diwawancarai maupun di dalam tulisannya, Romo Mangun selalu bergairah membahanakan konsepnya. Romo Mangun menggariskan sejumlah poin besar konsep pendidikannya. Semua poin itu mengonfirmasi bahwa 'yang dibutuhkan adalah guru yang tidak biasa'.

Poin Pertama: Eksploratif, Kreatif dan Integral
Menurut Romo Mangun, ada 3 hal yang ingin ditumbuh kembangkan dalam diri anak, yakni eksploratif, kreatif, dan integral. Dengan memiliki jiwa eksploratif, anak diharapkan jadi serba mencari dan suka bertanya. Sedangkan kreativitas membuat anak suka menciptakan hal-hal baru, lebih bermutu, dan lebih berguna.

Demikian pula dengan integral. Mereka diajari bahwa hidup itu kompleks, sehingga anak mampu melihat dan menghadapi berbagai macam segi kehidupan secara utuh-terpadu. Mampu menimbang berbagai alternatif penyelesaian soal yang menantang, dan mampu memilih jalan yang paling dapat dipertanggungjawabkan oleh hati nurani.

Eksploratif, kreatif, dan integral memerlukan guru yang terbiasa dan bisa menghadirkan sebanyak-banyaknya pengalaman bagi siswa. Berbagai kegiatan dalam segala bentuknya dan variasi eksperimen yang layak menjadi arena 'mengalami' buat siswa. Dasar segala pendidikan yang sejati selalu mulai berpijak pada pengalaman/penghayatan khas si anak (yang tidak pernah dan tidak mungkin seragam) yang diarahkan lewat pengalaman/penghayatan pribadi juga dari si anak. Bukan dari luar, juga bukan dari apa yang dimaui orang tua, guru, maupun masyarakat bahkan pemerintah sekalipun.

Poin Kedua: Emansipasi
Dalam sebuah tulisannya, Romo Mangun menjabarkan bahwa, mandiri, utuh, dalam bahasa pendidikan: manusia yang beremansipasi dan teremansipasi, itulah tujuan pengajaran dan pendidikan. Manusia yang beremansipasi adalah manusia yang integral, mampu mengolah kesulitan-kesulitan pribadi, mengalahkan kebimbangan, ketakutan, rasa minder, rasa tidak berdaya, depresi, dan lain sebagainya. Juga yang sudah mampu mengatasi fase membeo, meniru-niru, dan menghafalkan belaka, keterasingan terhadap diri sendiri sampai sanggup menemukan jati dirinya.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun