Mohon tunggu...
Jall Pomone
Jall Pomone Mohon Tunggu... Menulis -

Bahagia Ketika Menulis

Selanjutnya

Tutup

Cerita Pemilih

Cawalkot Bekasi, Heikal, "From Zero to Hero"

20 Juni 2017   22:15 Diperbarui: 20 Juni 2017   22:22 360
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Dokumentasi Pribadi

Tidak mudah memang untuk meyakinkan sebuah kelompok/komunitas atau sebuah masyarakat ketika seseorang ingin tampil dalam sebuah lingkaran mereka, apalagi penampil dalam lingkaran tersebut adalah sebuah bentuk yang melambangkan suatu keagungan bagi komunitas tersebut. Berbagai prasangka, baik itu tentang keburukan atau kebaikannya, mungkin juga ada yang memberikan cibiran atau membuat sindiran secara kasar dan menonjok, yang akan didapatkan. Dan untuk mendapatkan rasa bersama saja sudah bisa dikatakan tidak semudah membalikkan telapak tangan, apalagi untuk mendapatkan sebuah pengakuan dan didaulat sebagai pemimpin kelompok tersebut.

Penuh jalan berliku dan perjuangan hanya untuk mendapatkan sebuah kepercayaan, bahkan jika diumpamakan sebuah keprcayaan itu hanya sebesar biji beras namun itu sudah merupakan sebuah pencapaian yang sangat luar biasa, dan dapat dipastikan dari beras-beras itulah sebuah tembok kepercayaan bisa terbangun dengan kokoh menjulang tinggi menyambar setiap iringan awan yang akan mencoba untuk membasahi setiap sudut-sudut.

Jika diumpamakan air hujan itu adalah sebuah berkah dan juga sebuah kebahagiaan, maka dalam sebuah komunitas atau kelompok yang disebutkan tadi, terkadang sebagian lainnya mengumpamakan hujan itu lebih tepatnya yang bersifat materi alias uang. Karena dengan uang, beberapa orang (kebanyakan) menganggap mereka bisa mendapatkan kebahagiaan bahkan kalau perlu mereka akan membuat dan menciptakan kebahagiaan itu.

Kebahagian itu sendiri dalam sebuah komunitas sudah sangat berarti, namun untuk mendapatkan kebahagian itu, sudah tentu setiap kelompok memerlukan sebuah panutan yang berasal dari seorang pemimpin yang memiliki rasa tanggung jawab dan juga penuh dengan rasa bangga diri karena mendapatkan kepercayaan dan berusaha untuk menjaga kepercayaan yang sudah dia dapatkan dan dibangun sejak dari sebutir beras untuk disatukan dengan biji-biji beras lainnya.

 Sebagai seorang pemimpin sudah tentu tidak bisa begitu saja memberikan yang namanya kebahagiaan dengan cara memberikan "air hujan" terus menerus demi mendapatkan kepercayaan, mengingat setiap langkah dan gerak hidup pemimpin tersebut sedang berada dalam pantauan oleh mereka-mereka yang menganggap keberhasilan yang dibangun berdasarkan dari sebutir beras itu, hanyalah sebuah fatamorgana, walaupun sebenarnya justru merekalah yang sedang berhalusinasi klimaks dengan cara tidak pantas.

sebuah pepatah mengatakan "From Zero to Hero" dari bukan siapapun, namun akhirnya menjadi pahlawan, Maka bisa dipastikan jika siapapun pemimpin tersebut, harapan masyarakat atau juga kelompok tersebut, hanya meminta sebuah kebbahagiaan yang bisa juga ikut dinikmati oleh anak cucu mereka, bahkan kebahagiaan itu akan semakin lengkap ketika tiba pada sebuah masa, dimana sudah waktunya untuk menceritakan kepada generasi berikutnya, bagaimana mereka berusaha untuk mencoba memberikan sebutir beras kepercayaan kepada sang pemimpin, hingga akhirnya mereka dari berbeda generasi bisa ikut bersama-sama menikmatinya.

Seorang Heikal ternyata menyadari benar arti sebuah wujud menjadi seorang pemimpin, walaupun tergolong muda, namun janganlah ditanya soal pengalaman dalam sebuah proses selama bertahun-tahun hingga akhirnya Heikal memiliki arti filosofi menjadi seorang pemimpin. Bahkan proses itu sudah mulai berlangsung sejak masih muda dan duduk di bangku sekolah. Heikal sudah menjadi langganan sebagai pengurus remaja mesjid, di sekitar wilayah Kecamatan Kranji, Bekasi Barat. Dan itu terus saja berjalan, bahkan hingga kuliah dan kemudian lulus dan menyandang gelar Sarjana Hukum. 

"Saya ketika di awal sedang senang-senangnya menjalani tugas sebagai seseorang yang memiliki gelar dan memasuki dunia eksistensinya idealisme, kemudian terhampar sebuah dunia masyarakat secara door to door, membuka mata saya jika kehidupan kampus bukanlah satu-satunya dunia yang memiliki keilmuan, namun di dunia langsunglah sebuah kompleksitas ilmu itu, karena sejak awal hingga akhir, semuanya  berbaur dan bertumpuk menjadi satu kesatuan yang harus diurai dan dipecahkan secara berurutan agar tidak menjadi benang kusut,"

Pengalaman itulah yang menjadikan sebuah bekas dan juga menjadi jejak yang tertanam jauh kedalam raga, dan membuat seorang Heikal memiliki tekad untuk menguraikan kekusutan yang terkadang berada dan dimulai pada sudut-sudut rumah, sudut-sudut taman, sudut-sudut warung kopi hingga membesar dan mencapai seluruh sudut-sudut perkotaan. Setiap sudut terkadang tidak menjadi perhatian, karena sudah ada sebuah keindahan kamuflase yang coba menutupinya, hingga akhirnya terkadang keindahan itu justru menjadikan sebuah malapetaka baru karena tidak sadar ada yang membangun kekuatan di sudut tanpa terlihat karena tertutupi oleh keindahan.

Karenanya untuk mencapai sebuah kebahagiaan yang merata hingga ke sudut, sebuah kepercayaan yang terbangun dari kelompok kepada pemimpin dan oleh pemimpin dijaga dan kepercayaan tersebut kemudian diterjemahkan secara adil dan bertanggung jawab serta tidak mengeluh, maka siapapun yang berada dalam kelompok atau masyarakat tersebut dipastikan ikut merasakan kebahagiaan tersebut.

Heikal memang bukanlah siapa-siapa bagi masyarakat Kota Bekasi secara umum, namun tidak bagi segenap lingkungan dan sejawatnya yang mengenal siapa Heikal sejak masih duduk di bangku sekolah, menjadi ketua pengurus remaja mesjid-mesjid di lingkungan Kranji, lalu menjadi salah satu tokoh pemuda yang bisa berdiri kokoh dan mengayomi rekan-rekannya dari segala usia, tanpa memandang siapa yang berdiri dihadapannya, hanya karena sebuah "biji beras" kepercayaan yang coba dikumpulkan oleh Heikal satu persatu demi dijadikan sebuah tembok kokoh bersama-sama agar puncak kebahagiaan itu dirasakan bersama-sama.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerita Pemilih Selengkapnya
Lihat Cerita Pemilih Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun