Mohon tunggu...
Cahyadi Takariawan
Cahyadi Takariawan Mohon Tunggu... Konsultan - Penulis Buku, Konsultan Pernikahan dan Keluarga, Trainer

Penulis Buku Serial "Wonderful Family", Peraih Penghargaan "Kompasianer Favorit 2014"; Peraih Pin Emas Pegiat Ketahanan Keluarga 2019" dari Gubernur DIY Sri Sultan HB X, Konsultan Keluarga di Jogja Family Center" (JFC). Instagram @cahyadi_takariawan. Fanspage : https://www.facebook.com/cahyadi.takariawan/

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Suami Tidak Bisa Sukses Sendirian

17 Maret 2015   06:12 Diperbarui: 17 Juni 2015   09:33 5711
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

[caption id="attachment_403405" align="aligncenter" width="400" caption="ilustrasi : www.jantoo.com"][/caption]

Suatu pagi, sepasang suami istri tengah bersiap-siap sebelum melakukan perjalanan jauh. Sembari menikmati teh hangat dan kue untuk sarapan, mereka mengobrol ringan.

Suami            : Dek, kamu percaya kan, sukses suami itu ditentukan oleh doa istri?

Istri      : Iya Bang. Adek percaya. Makanya Adek selalu doakan Abang.....

Suami            : Naah karena sukses suami ditentukan doa istri, maka semakin banyak istrinya berarti semakin banyak pula yang mendoakan. Itu akan membuat suami semakin sukses Dek...

Istri      : Hah? Kok gitu jadinya? Tapi begini Bang.... Isi doa istri itu menyesuaikan dengan kelakuan suami....

Suami            : Maksudnya?

Istri      : Ya kalau kelakuan suaminya baik-baik, isi doa istri pun baik-baik. Kalau suami kelakuannya aneh-aneh, ya isi doa istripun menyesuaikan...

Suami            : Hah? Tapi Abang baik kan Dek?

Istri      : Iya Bang. Pokoknya selama Abang baik terus ya isi doa Adek akan baik terus.

Kita sudah sering mendengar ungkapan di atas, bahwa kesuksesan suami sangat banyak ditentukan oleh doa istri. Hal ini menandakan betapa suami dan istri selalu saling memberikan pengaruh ---baik positif maupun negatif--- dalam menjalankan berbagai aktivitas kehidupan, termasuk dalam urusan karier. Suami tidak akan sukses sendirian, selalu ada pengaruh istri dalam setiap kondisinya.

Termasuk pengaruh dari isi doa istri.....

Selalu Ada Istri Hebat di Balik Suami yang Hebat

Ungkapan ini pun sudah sangat sering kita dengarkan. Tidak terbayang bagaimana repot dan beratnya suami jika diganggu dengan sikap istri yang tidak mendukung sukses suami. Seorang istri yang berperilaku dan berperangai buruk, banyak melakukan tindakan menyimpang dari kepatutan, sehingga menjadi kendala bagi suami dalam melaksanakan berbagai aktivitas keseharian. Suami menjadi tidak tenang bekerja, hatinya menjadi kacau, pikirannya menjadi ruwet karena memikirkan perbuatan istri yang tidak bisa dikendalikan.

Sebaliknya, betapa nyaman hati suami saat bekerja dan menjalankan aktivitas keseharian, apabila memiliki istri salihah yang selalu menjaga kebaikan diri. Istri yang pandai menjaga kehormatan kendati tengah ditinggal suami bekerja, istri yang selalu memberikan support kepada suami, menjadikan ketenangan bagi hati dan pikiran suami. Dengan kondisi itu, suami bisa bekerja optimal, bisa mendapatkan capaian yang memuaskan, sehingga mampu mencapai puncak prestasi. Di balik kesuksesannya, ada support yang sangat besar dari istri.

Ada kisah sangat menarik dalam Buku Chicken Soup For The Couple’s Soul tentang peran istri bagi sukses suami. Diceritakan, Thomas Wheeler, CEO Massachusetts Mutual Life Insurance Company, dan istrinya sedang menyusuri jalan raya antar negara bagian ketika menyadari bensin mobilnya nyaris habis. Wheeler segera keluar dari jalan raya bebas hambatan itu dan tak lama kemudian menemukan pompa bensin yang sudah bobrok dan hanya punya satu mesin pengisi bensin.

Setelah menyuruh satu-satunya petugas di situ untuk mengisi mobilnya dan mengecek oli, dia berjalan-jalan memutari pompa bensin itu untuk melemaskan kaki.

Ketika kembali ke mobil, dia melihat petugas itu sedang asyik mengobrol dengan istrinya. Obrolan mereka langsung berhenti ketika dia membayar si petugas. Tetapi ketika hendak masuk ke mobil, dia melihat petugas itu melambaikan tangan dan dia mendengar orang itu berkata, “Asyik sekali mengobrol denganmu.”

Setelah mereka meninggalkan pompa bensin itu, Wheeler bertanya kepada istrinya apakah dia kenal lelaki itu. Istrinya langsung mengiyakan. Mereka pernah satu sekolah di SMA dan pernah pacaran kira-kira setahun.

“Astaga, untung kau ketemu aku,” ungkap Wheeler. “Kalau kau menikah dengannya, kau jadi istri petugas pompa bensin, bukan istri direktur utama.”

“Bukan begitu, sayang,” jawab istrinya, “Kalau aku menikah dengannya, dia yang akan menjadi direktur utama dan kau yang akan menjadi petugas pompa bensin.”

Kisah di atas sudah sangat populer, dan kita mendapatkan pelajaran penting bahwa para suami tidak boleh sombong dengan prestasi dan karier yang didapatkannya. Mungkin ia mengira bahwa dengan kerja kerasnya maka bisa mencapai posisi puncak di perusahaan. Mungkin ia mengira bahwa semua dari hasil jerih payahnya sendiri. Mungkin ia mengira sang istri hanya “sedikit membantu-bantu” dirinya, atau bahkan istri dianggap tidak pernah memberikan bantuan dalam upaya menggapai kesuksesan kariernya.

[caption id="attachment_403407" align="aligncenter" width="400" caption="ilustrasi : www.cartoonstock.com"]

14265475271028495688
14265475271028495688
[/caption]

Bisakah Suami Sukses Sendirian?

Jika ada sepasang suami istri dengan tiga anak-anak, dimana suami bekerja penuh dan istri di dalam rumah sepenuh waktu, perhatikan kira-kira apakah peran istri  dalam membantu sukses suami. Anak pertama sekolah di bangku SD, anak kedua sekolah di TK dan anak ketiga masih balita. Mereka tidak memiliki pembantu rumah tangga. Anak-anak berangkat dan pulang sekolah dengan jasa layanan antar jemput.

Ritme kegiatan suami setiap hari kurang lebih seperti ini: setelah Subuh mulai bersiap-siap berangkat kerja. Pada jam 06.30 sudah pergi dari rumah menuju tempat kerja. Pulang sampai di rumah sudah jam 18.00. Masih ditambah ada kegiatan organisasi maupun kegiatan kemasyarakatan lain di waktu sore atau malam hari. Maka praktis ia tidak memiliki waktu yang memadai untuk melakukan aktivitas praktis kerumahtanggaan karena waktunya habis untuk pekerjaan. Itupun masih ditambah lemburan dan kegiatan tambahan di hari Sabtu dan Ahad.

Sedangkan ritme kegiatan istri setiap hari kurang lebih seperti ini : setelah Subuh mulai bekerja di dapur, sambil membersihkan rumah, mengurus dua anaknya untuk menyiapkan keperluan berangkat sekolah. Istri menyiapkan sarapan untuk suami dan ketiga anak-anaknya. Setelah suami berangkat, ia menyiapkan kedua anak untuk berangkat sekolah. Setelah dua anak berangkat sekolah, ia menyelesaikan mengurus keperluan rumah tangga, seperti mencuci baju, membersihkan kamar tidur, merapikan rumah, sambil mengurus si bayi yang masih kecil.

Siang hari anak kedua yang sekolah di TK sudah pulang, ia mulai menemaninya untuk bermain. Sore hari anak pertama pulang dari sekolah SD, iapun bertambah kegiatan dengan mengurus keperluan tiga anak sekaligus di rumah. Istri menyiapkan makan malam untuk ketiga anak, dan juga untuk suami yang akan pulang jam 18.00. Malam hari sang istri menemani dua anaknya belajar, sambil berusaha menidurkan si bayi. Setelah anak-anak tidur, ia masih harus melayani suami sembari berangkat tidur si ranjang. Begitulah aktivitas sang istri yang sangat padat dan sangat sibuk di rumah.

Bayangkan saja jika istri tersebut mogok melakukan kegiatan-kegiatan rutin tersebut. Anak-anak pasti akan terlantar karena tidak ada yang mengurus. Rumah pasti akan sangat kotor dan berantakan karena tidak ada yang membersihkan dan merapikan. Suasana itu apabila berlangsung dalam waktu lama, akan membuat semakin tidak kondusifnya keluarga. Anak-anak yang merasa tidak mendapatkan perhatian akan menjadi liar dan nakal. Mereka sulit konsentrasi belajar, bisa jadi akan lebih asyik membolos dan bermain play station bersama teman-temannya.

Jika keluarga menjadi berantakan, anak-anak menjadi nakal, suasana rumah tidak beraturan, pasti akan membuat suasana jiwa suami merasa tersiksa. Hal ini akan memberatkan dirinya dalam menjalankan aktivitas keseharian. Tidak tenang bekerja, tidak nyaman beraktivitas. Sedih memikirkan anak-anak yang nakal dan terlantar. Apalagi jika istri berlaku serong, melakukan perselingkuhan dengan laki-laki lain, hal ini semakin membuat jiwa suami menjadi sangat kacau. Ia tidak akan bisa konsentrasi melakukan aktivitas apapun. Bagaimana akan bisa menggapai sukses jika kondisinya seperti ini?

Maka suami tidak akan bisa mencapai sukses sendirian. Sebagai pasangan yang terikat oleh pernikahan, suami dan istri pasti saling memerlukan, saling tergantung, saling mempengaruhi satu dengan yang lainnya. Mereka tidak bisa lagi hidup sendiri-sendiri secara bebas dan mandiri, karena ada banyak konsekuensi akibat pernikahan. Mereka telah menjadi satu bagian yang saling menguatkan ataupun melemahkan. Saling mendukung dalam kebaikan ataupun keburukan. Tentu saja suami dan istri harus memilih untuk memberikan kekuatan pengaruh yang positif dalam kebaikan.

Tidak ada suami yang bisa menggapai sukses tanpa peran istri. Demikian pula sebaliknya, tidak ada istri yang bisa menggapai sukses tanpa peran suami. Jangan menganggap pasangan anda hanya pelengkap, apalagi dianggap ‘pelengkap penderita’. Sungguh besar peran istri dalam kesuksesan suami, sebagaimana sangat besar peran istri dalam keterpurukan suami.

Bahan Bacaan :

Jack Canfield dkk, Chicken Soup for the Cople’s Soul, PT Gramedia Pustaka Utama, Jakarta, 2010

Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun