Tentu itu bukan nilai kekayaan yang kecil di masa itu bahkan hari ini. Itu adalah nilai yang teramat besar. Terlebih pelakunya adalah seorang perempuan yang mana ia sendiri berasal dari Buton. Sudah menjadi rahasia umum bahwa meski terkenal sebagai kelompok manusia berdagang orang Buton tetap saja belum sanggup mencapai titik-titik tertinggi dari kelas perniagaan model apapun.Â
Tak heran bahwa kemunculan Wa Ode Wau akhirnya mengubah banyak hal. Harta-harta kekayaan Wa Ode Wau tersebut di atas dicantumkan juga dalam Koteverklaring 8 April 1906 untuk dicari Belanda, tetapi menjadi batal dikarenakan penolakan pihak Kesultanan Buton.
Pada banyak cerita lisan masyarakat Buton, Wa Ode Wau tak serta-merta menjadi angkuh atas harta-hartanya. Malah ia tetap bersahaja sebagaimana apa adanya. Harta-hartanya malah ia sumbangsihkan untuk membantu pembangunan benteng keraton Kesultanan Buton pada waktu itu. Lewat hartanya itulah pembangunan benteng yang menjadi benteng terluas di dunia hari ini itu akhirnya bisa rampung setelah mandek dan tertatih-tatih di tiga kali edisi pemerintahan sebelumnya di Buton.
Dari emas-emas yang beliau sumbangkan itu pihak kesultanan bisa memberi makan pekerja selama beberapa tahun lamanya. Pada saat Sultan La Buke Gafur Alwadud memimpin itulah pembangunan benteng keraton Kesultanan Buton akhirnya bisa selesai semuanya. Dan Waktu Ode Wau diganjar banyak apresiasi. Termasuk posisi penting di pemerintahan, tapi beliau menolaknya. Baginya, membantu pembangunan benteng itu adalah sudah kewajibannya sebagai masyarakat di mana benteng sendiri merupakan wilayah vital yang menjadi pusat pemerintahan serta pertahanan kesultanan.
Ia berpesan suatu ketika, "Aku tidak mengharapkan sesuatu pemberian dari Sara (Pemerintah) Kerajaan atas pengorbanan harta bendaku terhadap pembangunan Benteng Wolio, tetapi semata-mata untuk kepentingan negeriku sendiri, serta untuk kehormatan kaumku dan anak cucuku dikemudian hari. Semoga mereka ada yang mengikuti jejakku ini."
Wa Ode Wau wafat di usia 92 tahun. Sampai kini hartanya masih tampak dari areal hutan jati di beberapa lokasi di Buton. Semasa hidupnya beliau tak memiliki seorang pun anak. Hanya ia mengangkat anak orang lain sebagai anaknya. Menikah pun ia lakukan di usia tua karena baginya menikah adalah sunnah nabi. Â Â Â Â Â Â Â
Cerita mengenai Wa Ode Wau kini menjadi inspirasi banyak anak-anak muda di Buton maupun di Sulawesi Tenggara. Tak ketinggalan apresiasi besar diberi pemerintah kini untuknya. Namanya diabadikan pada beberapa jalan di kota Baubau serta gedung. Â
    Ambon, 24 Mei 2019