Mohon tunggu...
Rahman
Rahman Mohon Tunggu... Penulis - Penulis lepas

Menulis apa yang saya suka, siapa tahu kamu juga suka. Twitter: @oomrahman.

Selanjutnya

Tutup

Bola

Neymar dan Tak Ada Burger yang Mesti Dibagi

24 Juni 2015   22:11 Diperbarui: 24 Juni 2015   22:26 243
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Bus terbuka FC Barcelona berparade keliling kota pada Minggu pertama di bulan Juni. Di atas bus, para pemain Blaugrana bahagia luar biasa karena sukses memborong tiga trofi sekaligus dalam semusim. Mereka dipuja-puji ribuan penggemar yang memadat dari kawasan Parc de l’Estació del Nord sampai Plaça del doctor Ignasi Barraquer, Barcelona. Ketika bus melintas di sebuah restauran cepat saji, hal menarik terjadi.

     Dari atas bus, Neymar bergerak begitu agresif, meminta sesuatu dari kerumunan orang. Malah, terkesan begitu memohon. Dia baru berhenti saat kantung berisi burger terlempar ke arahnya. Setelah mendapat apa yang dia inginkan, secepat kilat dia mencari Messi dan Suarez. Dia ingin berbagi kepada dua rekannya tersebut. Burger berukuran besar persembahan cules, mereka langsung santap. Aksi yang menunjukkan betapa harmoni hubungan tiga penyerang tajam Amerika Selatan milik Barca.

    Mereka bertiga memang punya peran besar dalam kesuksesan Barcelona musim 2014-15. Trio lini serang yang dapat diperdebatkan sebagai trio terbaik sepanjang sejarah sepak bola. Treble winners El Barca tidak lepas dari sumbangan 122 gol Messi, Neymar, dan Suarez. Sang pembagi burger sendiri menyumbang 39 gol plus delapan assist.

    Hanya berselang sepuluh hari, nasib Neymar terbalik. Roda kehidupan berputar kencang dan tak mampu dia lawan. Dia menjadi biang kerok penyebab pertikaian antarpemain saat negaranya, Brasil melawan Kolombia di ajang Copa America 2015. Konfederasi Sepak Bola Amerika Selatan, CONMEBOL mengganjar pria 23 tahun tersebut dengan larangan bermain empat pertandingan. Itu sama saja dengan jumlah sisa laga turnamen. Brasil sempat meminta keringanan hukuman, tapi ditolak. Neymar terusir dari turnamen antarnegara Amerika Latin. Dari pahlawan, menjadi pesakitan.

    “Tanpa memedulikan dimana saya akan berada mulai dari sekarang, saya akan selalu bersama Selecao (julukan timnas Brasil). Namun, tetap di sini hanya dengan berlatih, membuat saya terbunuh dari dalam,” sesal Neymar sebelum pergi dari tim.

     Brasil jelas bukan Barcelona. Di sini, pusat perhatian begitu tertuju kepada Neymar. Jika di Barcelona, ada pembagian tugas antara dirinya dengan Messi dan Suarez, sementara di tim Samba, seolah semua bergantung kepada Neymar. Ya, memang masih ada pemain lain. Namun, Robinho semakin menua dan menggendut. Diego Tardelli? Saya merasa dia adalah Fred yang sedang menyamar.

     Pemain muda macam Douglas Costa dan Roberto Firmino mesti memanfaatkan berkah absennya Neymar. Ada kesempatan besar buat keduanya membuktikan diri. Meski tetap saja kualitas dan pengaruh keduanya pantas dites. Douglas Costa sempat menjadi pahlawan di laga perdana melawan Peru. Sementara, Firmino yang baru teken kontrak dengan Liverpool sukses mencetak gol kemenangan Brasil atas Venezuela.

    “Tentu kita sedih atas hukuman dan kepulangan Neymar, tapi Brasil semakin lebih baik dan lebih baik,” ujar Firmino di situs resmi Copa America.

     Tidak menghiraukan seberapa jauh Brasil melangkah di turnamen empat tahunan ini, tapi yang jelas Neymar mesti mengambil hikmah dari semua kejadian. Ban kapten di lengannya tidak cukup membuat dirinya dewasa. Bakatnya yang besar menguap entah kemana saat dia bertindak konyol. Saat menendang bola ke arah Pablo Armero. Saat mengusap busa vanishing spray di laga melawan Peru dan berhadiah kartu kuning. Saat hampir dipukuli pemain Athletic Bilbao di final Copa Del Rey karena meledek lewat trik rainbow flick. Juga saat digampar Xavi Hernandez karena mengisenginya di atas bus parade.

    Darah muda Neymar memang sepatutnya bergejolak. Namun, dia harus tahu kapan waktu yang tepat untuk bercanda atau berkonsentrasi. Sebagai harapan Brasil, dia mesti pandai mengontrol emosi.

    Musim 2014-15 memang teramat melelahkan bagi Neymar. Mungkin saat ini masih menempel di kepalanya tentang perayaan kesuksesan bersama Barcelona. Mungkin juga Neymar tidak mengantisipasi munculnya kesunyian yang terlampau ngeri di setiap momen pasca selebrasi. Dia yang gagal menguasai diri, mesti menelan konsekuensi menjadi pesakitan di ajang Copa America.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Bola Selengkapnya
Lihat Bola Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun