Mohon tunggu...
Fauji Yamin
Fauji Yamin Mohon Tunggu... Foto/Videografer - Tak Hobi Nulis Berat-Berat

Institut Tinta Manuru (faujiyamin16@gmail.com)

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

PNS, antara Ekspektasi dan Realita

29 Oktober 2017   00:41 Diperbarui: 29 Oktober 2017   09:50 1022
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sumber: Jaringan Pelajar Aceh. Com

Tulisan ini, berawal dari obrolan dengan beberapa kenalan dan kolega yang bertarung nasib pada Seleksi CPNS beberapa hari ini. Di mana, obrolan ini sedikit memberikan kekuatan untuk mencoba meramu sedikit pandangan. Antara realitas dan fakta yang mereka alami.

Expektasi tinggi terhadap PNS bagi saya sudah mendarah daging di Indonesia. Bahkan PNS adalah pekerjaan yang bisa dibilang idaman. Idaman karena terjamin, baik gaji, asuransi kesehatan, tunjangan maupun fasilitas lainya.

Bahkan menjadi seorang PNS sudah membudaya dalam kultur kita. Tidak ada yang salah dengan pekerjaan ini. Ini pekerjaan mulia karena melayani publik.

Dari bincang-bincang inilah saya mengetahui betapa susahnya merebut "kerja idaman". Bertarung dengan ribuan peserta dari seluruh Indonesia dengan cara kompetitif. Bahkan, peserta-peserta dengan predikat cumlaude belum tentu mampu menjinakkan sistem yang dipakai.

Sistem pengujian "CAT" yang dipakai dalam ujian kompetensi CPNS, meninggalkan sistem uji manual. Dengan sistem ini, peserta di uji kemampuannya dalam tiga kompetensi, yakni tes wawasan kebangsaan, intelegensi umum, dan kepribadian. 

Masing-masing tes di atas di memiliki Skor berbeda-beda yang harus dicapai sehingga memenuhi passing grade. Lewat tes ini pulah banyak peserta gugur dan kadang mencapai skor pada tiga uji kompetensi dengan sangat rendah.

Maka, ekspektasi masyarakat di uji ketika akan melakukan tes. Persiapan-persiapan yang di mulai pra tes di lakukan dengan memborong buku-buku latihan maupun kiat jitu nenaklukan PNS. 

Berburu buku latihan soal dan jurus jitu adalah fenomena yang di perlihatkan ketika kita mengunjungi toko buku. Hampir di setiap rak di kerumuni oleh berbagai kalangan. Dari yang muda sampai yang sekedar menemani anaknya memilih-milih buku.

***

Setiap hari mereka dihadapkan dengan tebalnya bacaan dan latihan soal dalam buku yang mereka beli. Belajar lembar demi lembar serta mengkaji satu demi satu dari ribuan soal yang tertera dalam buku. 

Realita yang terjadi, menurut penuturan salah satu kawan, tidak sampai 10% soal yang ada dalam buku tersebut nonggol dalam soal ujian. Padahal ekspektasinya minimal 50 % persen dari soal-soal yang susah payah dicari dan dipelajari dalam buku tersebut diujikan dalam tes. 

Ini pulah yang membuat saya memutuskan membuat tulisan ini, untuk sedikit mengkaji teori klasik "penawaran dan permintaan". Dan dikaitkan dengan masalah yang dihadapi oleh mereka.

Kondisi nyata
Sebagai manusia rasional, setiap orang selalu menemukan alasan untuk melakukan konsumsi. Dengan tingkat pendapatan yang berbeda-beda, manusia dihadapkan pada pilihan untuk memutuskan barang apa saja yang harus dikonsumsi. 

PNS adalah kebutuhan sekaligus pasar. Pasar yang dapat menciptakan kondisi permintaan dan penawaran. Akibat fenomena PNS dan permintaan akan buku-buku latihan soal serta kiat jitu tinggi, maka produsen akan menawarkan kebutuhan yang diinginkan konsumen.

Dengan melihat fenomena pasar ini, maka terbentuklah hukum permintaan dan penawaran. Buku yang menjadi permintaan dari calon PNS karena ekspektasi tinggi pada hasil yang akan didapatkan menjadi penawaran bagi produsen.

Dari sini pula, tercipta harga. harga-harga perbuku latihan soal dan kiat jitu maupun judul buku lain dengan isi yang sama menjadi sangat mahal. Per buah buku, kita dapat membeli dengan harga fantastis. Untuk dua buku saja, kita bisa merogok kocek hingga 300 ribu rupiah.

Buku-buku yang di tawarkan pada setiap tempat khusus rak-rak di pertokan sebenarnya tidak ada kaitan langsung dengan realitas soal yang diujikan. Ini hanyalah kondisi permintaan dan penawaran dalam pasar.

Bagian lain yang menjadi minat adalah judul buku juga merupakan bagian dari strategi pemasaran. Judul buku menarik biasanya paling di buru, apalagi dengan desas-desus jitunya buku tersebut. saya malah ingat kata Bang Iskandarjet dalam kelas story telling waktu itu, "Judul yang menarik akan membuat orang tertarik membaca tulisan Anda". Maka sangat wajar jika strategi pemasaran dari produsen ini menarik minat, walaupun sekali lagi, tidak ada isi yang berkaitan dengan yang diujikan.

Pelajaran berharga
Adanya hasil yang berbeda antara buku bacaan dan diujikan menjadi pelajaran berharga bagi mereka. Bahwa segala perjuangan membutuhkan ketekunan yang tinggi. Bukan secara instan.

Kita mungkin akan mengalami hal yang sama dengan kondis-kondisi yang lain. Tetapi mempercayai buku yang menawarkan harapan kosong bukan solusi.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun