Mohon tunggu...
Nur Hasanah
Nur Hasanah Mohon Tunggu... Guru - Menyelami dan meneladani makna kehidupan

Yakin Usaha Sampai

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan Pilihan

Rekonstruksi Pendidikan Islam

15 April 2019   17:19 Diperbarui: 15 April 2019   17:34 212
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Beberapa problem internal pendidikan Islam belum mampu dipecahkan. Khususnya dalam sikap maupun perilaku peserta didik serta dalam mengonstruksikan moral dan etika bangsa.

Muhaimin menyatakan, beberapa indikator kelemahan yang sangat sulit dipecahkan dalam pelaksanaan pendidikan Islam: Pertama, pendidikan Islam belum mampu mengubah pengetahuan agama yang bersifat kognitif menjadi bermakna dan bernilai (value).

Dilihat pelaksanaan pengajarannya, pendidikan Islam belum sepenuhnya melakukan internalisasi nilai-nilai keagamaan yang tidak hanya bersifat ritual semata. Dalam makna lain, pendidikan Islam lebih menekankan aspek knowing and doing dan belum mengarah pada being. Padahal dari situlah pengetahuan tentang nilai-nilai keagamaan (knowing) dapat dijadikan bekal dalam mengarungi kehidupan.

Kedua, pendidikan Islam belum mampu melebur dengan kegiatan-kegiatan pendidikan non-keagamaan. Terlihat jurang pemisah antara kegiatan keagamaan dan  kegiatan yang lain.

Ketiga, pendidikan Islam belum sepenuhnya relevan dengan perubahan sosial budaya. Muncul beberapa asumsi bahwa pendidikan Islam hanya bersinggungan dengan hal-hal yang bersifat fardu ain dan mengesampingkan kewajiban kolektif (fardu kifayah). Efeknya, peserta didik tidak mampu mengaktualisasikan nilai-nilai ajaran Islam dalam kehidupan sehari-hari.

Persoalan eksternal pun tidak kalah menyita perhatian dunia pendidikan Islam. Belakangan menguat pengaruh budaya materialisme, konsumerisme, dan hedonisme. Dampaknya, terjadi perubahan gaya hidup (lifestyle) masyarakat dan peserta didik.

Ke depan, diperlukan perbaikan sistem pendidikan nasional dan sistem pendidikan Islam. Salah satu langkah yang dapat dilakukan adalah memetakkan standar yang baku dalam pelaksanaan sistem pendidikan dengan bersandar pada tujuan pendidikan.

Kerja sama yang baik antara sekolah, masyarakat, dan keluarga sebagai bentuk hidupnya suatu proses pendidikan tidak hanya dilakukan di sekolah.  Tetapi juga melibatkan lingkungan sekitar dan dunia nyata (real word). Tujuannya sebagai upaya internalisasi nilai-nilai Islam dalam kehidupan peserta didik.

Pendidikan Islam mesti dijadikan laboratorium pembelajaran yang berbasis kontekstual dalam pengembangan iman dalam tindakan (faith in action). Pendidikan bukan semata pengembangan teori. Pendidik perlu menekankan pembelajaran yang merujuk pada perbaikan akhlak dan pengaplikasian nilai-nilai luhur.

Literatur:

Sanjaya Wina., 2006, Strategi Pembelajaran Berorentasi Standar Proses Pendidikan, Jakarta: Kencana Prenademedia Group.

Muhaimin., 2009, Rekonstruksi Pendidikan Islam dari Paradigma Pengembangan Manejemen Kelembagaan Kurikulum hingga Strategi Pembelajaran, Jakarta: Raja Grafindo Persada.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun