Mohon tunggu...
Dahrun Usman
Dahrun Usman Mohon Tunggu... Essais, Cerpenis dan Kolomnis -

Manuisa sederhana yang punya niat, usaha dan kemauan.

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Artikel Utama

Anak Teluk Bajau

5 Agustus 2017   10:35 Diperbarui: 5 Agustus 2017   20:12 591
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi. Kompas.com

Lengan tangan kanan Harpa dicengkram kuat oleh Abraham, kemudian diletakan di atas galangan kapal kayu bercat hitam. Berkali-kali Abraham memukulkan batang kayu berukuran lengan tangan dewasa ke lengan kanan Harpa. Sementara Harpa menyeringai kesakitan. Lidahnya digigit dengan kuat untuk menahan rasa nyeri di lengan kanannya. Otot-otot tangannya yang kekar menyembul lebam dan kebiru-biruan. Sementara anak buah Abraham tertawa terbahak-bahak melihat kemenangan sepihak para Koloni di atas kapal kayu yang sudah terlihat kusam.

"Lempar saja ke laut, Bos! Biar mampus sekalian," kata salah seorang anak buah kapal. 

"Jangan. Biar dia merasakan sakit yang lebih setelah bangun dari pingsan," jawab Abraham. 

Kapal kayu bercat hitam terus berlayar menyusuri keremangan malam Teluk Bajau menuju dermaga kecil di sebelah utara kota kecil. Di dermaga itulah Abraham dan anak buahnya selalu menurunkan BBM, Ikan dan rempah-rempah selundupan untuk dijual kepada salah seorang saudagar kaya di kota kecil. Mereka mengatur ritme kecepatan kapal kayu sehingga tepat pukul 03.00 mereka sudah sampai di dermaga. Biasanya anak buah sadugar kaya kota kecil itu sudah siap-siap untuk mengoper drum-drum kecil ke atas mobil pick-up, sehingga hanya dalam hitungan menit proses transaksi sudah selesai.

Mata Harpa berkedip. Dia merasakan tulang-tulang lengan kanannya seperti remuk dan tidak bisa digerakkan. Sementara tali dadung yang biasanya dipakai menahan kapal di tepi dermaga masih melekat erat di leher dan tangan kirinya. Dia mencoba memperbaiki posisi badannya, tetapi tali dadung begitu kuat mencengkramnya sehingga dia hanya mampu mengeluh dan merintih menahan sakit. Dari arah belakang terdengar suara sepatu jinggle berhak tinggi menginjak dak kapal kayu yang sudah mulai reyot.

"Wah. Sudah siuman rupanya Sang Pahlawan Kesiangan!" sinis Abraham menyapa Harpa yang masih lunglai tidak berdaya. 

Malam masih meradang, sementara jeritan lumba-lumba melengking di tengah air teluk yang mulai beringsut dari tengah malam. "Cobalah minuman ini kawan, kamu pasti haus!" Harpa hanya memandang wajah Abraham dengan penuh kebencian. 

Terlihat Abraham membuka dua botol minuman bersoda. Abraham meneguk satu botol sampai habis sementara yang satu disodorkan ke arah Harpa. Tetapi Harpa tidak berhasrat sama sekali untuk sekedar meminumnya barang setetes. Padahal dia merasakan haus yang sangat.

"Harpa, sebenarnya apa yang kamu mau?" tanya Abraham. "Berapa duit yang kamu butuhkan? Sepuluh, lima puluh atau bahkan seratus juta? Terlalu sedikit kawan duit segitu! Silahkan kamu minta apapun akan saya berikan asal satu syaratnya. Kamu tidak menganggu bisnis saya di Teluk Bajau ini!" pinta Abraham. 

Abraham dikenal oleh masayarakat di wilayah Teluk Bajau sebagai pimpinan Koloni atau sekawanan bromocorak yang dengan bebas mengatur perdagangan BBM, Ikan dan rempah-rempah. Di kota kecil dekat Teluk Bajau ini harga BBM, Ikan dan rempah-rempah tidak tunduk pada hukum pasar, melainkan tunduk pada aturan Koloni Abraham. Dialah Koloni Teluk Bajau yang nyaris tidak tersentuh oleh hukum. Sementara Koloni Abraham di darat adalah saudagar kaya bernama Kaji Kasrun yang dikenal oleh masyarakat dengan sebutan "Bang Dollar".

Abraham sangat kesal dengan tingkah Harpa yang beberapa kali menggagalkan usahanya menyelundupkan BBM, Ikan dan rempah-rempah secara illegal ke kota kecil. Harpa sengaja beberapa kali mengajak intel dari kesatuan pengaman kota kecil untuk menghadang jalur distribusi dagang Koloni Abraham. Harpa hanyalah pemuda kota kecil yang mempunyai semangat untuk memerdekakan rakyat di sekitar Teluk Bajau supaya lepas dari cengkraman Koloni Abraham yang seenaknya mengatur harga BBM, Ikan dan rempah-rempah. Bahkan tidak sampai situ, Abraham dengan kongsinya "Bang Dollar" mendirikan Bank Rente yang menjerat leher perekonomian rakyat kota kecil.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun