Mohon tunggu...
Khairunisa Maslichul
Khairunisa Maslichul Mohon Tunggu... Dosen - Profesional

Improve the reality, Lower the expectation, Bogor - Jakarta - Tangerang Twitter dan IG @nisamasan Facebook: Khairunisa Maslichul https://nisamasan.wordpress.com

Selanjutnya

Tutup

Travel Story Pilihan

Sabar di Jalan, Separuh Hati Tertinggal di Yogya #3

7 Desember 2014   18:07 Diperbarui: 17 Juni 2015   15:51 100
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Lalu lintas yang padat namun tetap bersahabat.  Begitulah kenangan saya tentang jalan raya di Yogya selama 3 hari mengikuti Blog Trip JNE bersama Kompasianer, 28 sampai dengan 30 November 2014.

Saya terbiasa dengan jalan raya di Jakarta, Bogor, dan Tangerang yang padat dan seringnya tidak bersahabat. Suara klakson berulang kali sudah lumrah terdengar di 3 kota yang sering saya singgahi tersebut.

Makanya saya langsung tercengang sekaligus salut ketika 2 kali mengalami sendiri saat supir bus pariwisata dari Werkudara Travel di Yogya tidak membunyikan klakson sekalipun sedang terburu-buru.  Pertama, saat bus melaju dari Gunung Kidul setelah wisata alam di Gua Pindul dan Sungai Oya menuju Hyatt Hotel.

Saya lupa kami persisnya ada di jalan apa di Yogya sekitar jam tujuh malam saat itu.  Namun, jalannya memang tidak lebar sehingga bus sulit menyalip becak di depannya yang berjalan tepat di tengah jalan.  Saya sempat menduga - karena kami juga dikejar waktu untuk dinner dengan dewan direksi JNE - supir bus akan mengklakson tukang becak, ternyata?

Akhirnya supir becak yang menepi sendiri dengan mengayuh becaknya setelah dia menyadari ada bus besar di belakangnya tanpa harus sang supir bus mengklaksonnya berkali-kali.  Wah, fenomena itu langka sekali saya temukan di tempat lain.

Kedua, lagi-lagi saat pulang dari Hyatt Hotel Yogya menuju Eastparc Hotel sekitar jam setengah sembilan malam, supir bus sabar menanti pengendara sepeda yang sedang berjalan di depannya.  Pengendara sepeda itu seorang anak perempuan berjilbab.  Sepertinya dia baru saja pulang setelah belajar bersama atau les di suatu tempat karena keranjang depannya penuh buku-buku.  Tanpa sekalipun mengklakson sang gadis muda, pak supir bus baru melaju setelah pengendara sepeda itu menepi ke pinggir, sama seperti tukang becak di awal perjalanan.

Seandainya semua pengemudi bisa sabar mengantri dan tertib mengemudi di jalan seperti di Yogya, tentunya kecelakaan lalu lintas bisa berkurang dengan sangat signifikan. Saya juga kagum dengan bangunan toko yang rapi di kanan-kiri jalan.  Seingat saya, saya tidak menjumpai pedagang kaki lima yang berjualan dengan semrawut di pinggir jalan, termasuk di daerah pasar.

Tulisan dan koleksi foto-foto lalu lintas di Yogya ini menutup rangkaian reportase saya untuk Blog Trip JNE bersama Kompasiana. Reportase lainnya tentang perjalanan perdana saya selama di Yogya bersama JNE dan Kompasiana dapat dibaca di tautan artikel yang tertera di bawah.

Yang pasti, separuh hati saya sudah tertinggal di Yogya yang begitu tertata dan berbudaya bagi saya.  Kelak saya akan segera mengunjungi Yogya untuk kedua kalinya bersama suami dan keluarga kami tercinta.

[caption id="attachment_381196" align="aligncenter" width="300" caption="Operasi Zebra Progo 2014: Taat Aturan Agar Nyaman di Jalan (Dokpri)"][/caption]

[caption id="attachment_381197" align="aligncenter" width="300" caption="Merah Hitam Putih Rambu Lalu Lintas di Yogya (Dokpri)"]

1417922574440203214
1417922574440203214
[/caption]

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Travel Story Selengkapnya
Lihat Travel Story Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun