Mohon tunggu...
Khairunisa Maslichul
Khairunisa Maslichul Mohon Tunggu... Dosen - Profesional

Improve the reality, Lower the expectation, Bogor - Jakarta - Tangerang Twitter dan IG @nisamasan Facebook: Khairunisa Maslichul https://nisamasan.wordpress.com

Selanjutnya

Tutup

Gaya Hidup Artikel Utama

Dua Pertimbangan Utama dalam Memilih Lokasi Bekerja

31 Juli 2016   16:12 Diperbarui: 31 Juli 2016   20:09 940
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bersediakah Anda terjebak macet parah setiap harinya saat menuju tempat kerja? (Ilustrasi 1 : http://www.idntimes.com/dhilla/11-alasan-kenapa-kerja-di-yogyakarta-lebih-enak-dibandingkan-di-surabaya-atau-jakarta)

Di pertengahan tahun, tidak sedikit orang yang sudah berpikir untuk pindah kerja. Tahun baru, tempat kerja pun baru. Maka selama sisa setengah tahun, para pekerja mulai rajin mengirimkan lamaran kerja ke perusahaan anyar.

Biasanya, ada dua alasan pindah kerja yang paling umum. Pertama, ingin mendapatkan kenaikan gaji di kantor baru. Alasan yang sangat manusiawi dan realistis. Kedua, ingin memperoleh pengalaman dan kesempatan baru. Alasan yang idealistis sekaligus pragmatis.

Kedua alasan pindah kerja di atas tentu tidak ada yang lebih superior. Malah sebaliknya, keduanya bisa saling melengkapi. Semakin besar gajinya plus memiliki kesempatan mengembangkan diri. Syaratnya, seseorang juga bisa jeli dalam menyiasati dua faktor penting lainnya –di luar gaji dan pengalaman- sebelum mantap untuk memilih bekerja di satu tempat. Apakah itu?

Jarang sekali calon pelamar kerja mempertimbangkan kedua faktor ini saat mencari tempat kerja. Apalagi jika sejak awal, seseorang sudah terbuai dengan iming-iming gaji dan fasilitas kerja yang setinggi langit. Padahal, faktor jarak dan waktu tak kalah pentingnya dengan pertimbangan gaji serta pengalaman. Bukankah setiap orang sama-sama memiliki 24 jam dalam sehari? Tak lebih maupun kurang. Wajarlah jika (hampir) semua orang enggan menghabiskan waktunya dalam sehari hanya untuk bekerja.

Saya pernah memiliki rekan kerja yang memilih mundur dari kantornya di Sudirman Jakarta. Dia –ayah dari dua putri– lalu bekerja di Bogor. Secara gaji, bukannya bertambah, gajinya malah berkurang. Penasaran, saya pun mencoba untuk mencari tahu alasan pastinya yang (sekilas) tampak seperti tak masuk akal itu.

Ternyata, dia ogah menghabiskan 5 sampai 6 jam per hari dalam perjalanan menuju tempat kerja. “Saya dulu masuk kerja jam 8 pagi dan pulang jam 5 sore. Memang waktu kerjanya cuma 8 jam setiap harinya (istirahat 1 jam saat makan siang). Tapi, jam 5 pagi saya harus sudah berangkat dan jam 8 malam baru sampai rumah. Setiap minggu, total waktu perjalanan untuk PP Jakarta–Bogor memakan sekitar 30 jam. Bukan waktu yang sebentar kan? Hanya beda 10 jam dari waktu kerja selama 40 jam,” urainya panjang lebar. Tambahnya lagi, “Enggak tertarik deh untuk tua di jalan.”

Keputusan senior saya untuk pindah kerja ke Bogor –hanya berjarak 30 menit dari rumahnya– ternyata tepat. Dia dan istrinya sudah mempertimbangkan dengan matang dari jauh hari. Profesi sebagai pengajar bahasa asing di Bogor memang tidak memberikannya gaji sebesar kantor lamanya di Jakarta. Namun, kini dirinya malah memiliki 3 sumber penghasilan yang sama-sama menguntungkan! Lho, kok bisa?

Ini karena kini dia bisa lebih leluasa mengurus bisnisnya berupa biro jasa arsitek dengan rekan kuliah dan katering kue kering bersama isterinya. Pekerjaannya sebagai tutor Bahasa Inggris menawarkan waktu kerja yang fleksibel dan tidak menuntutnya untuk harus masuk kerja setiap hari dalam seminggu. Dia pun bisa setiap hari mengantar jemput kedua putrinya ke sekolah dan tempat les. Menyenangkan, bukan?

Sebelum memilih tempat bekerja, pastikan waktu Anda tidak terbuang percuma di jalan (Ilustrasi 2 : https://aplikasiergonomi.wordpress.com/2014/01/25/waktu-kerja-atau-periode-kerja-shift-over-time-libur/)
Sebelum memilih tempat bekerja, pastikan waktu Anda tidak terbuang percuma di jalan (Ilustrasi 2 : https://aplikasiergonomi.wordpress.com/2014/01/25/waktu-kerja-atau-periode-kerja-shift-over-time-libur/)
Bagi yang masih lajang, jarak dan waktu perjalanan menuju tempat kerja memang tak terlalu dirisaukan karena pengalaman dan penghasilan yang lebih menjadi pertimbangan utama. Meskipun begitu, sangat disarankan untuk para karyawan yang belum menikah –terutama para wanita yang nantinya akan menjadi ibu setelah menikah– bersediakah mereka selamanya menghabiskan sekian banyak waktu mereka menuju tempat kerja setiap harinya?

Bagi karyawan pria, jarak dan waktu menuju tempat kerja juga harus dipertimbangkan dengan cermat. Tinggal di sekitar kantor atau indekost dapat menjadi alternatif agar hemat waktu, biaya, dan tenaga setiap harinya. Kemudian optimalkan Jum’at sore hingga Senin pagi untuk dihabiskan bersama istri, buah hati, dan keluarga tercinta. Pilihan kompromistis itulah yang dilakukan seorang paman saya –ayah dari 3 orang anak– sejak 3 tahun terakhir ini karena ditugaskan bekerja di luar kota. Jadi, sebelum pindah kerja, pastikan dulu jarak menuju tempat kerja tidak menghabiskan seluruh sisa waktu hidup Anda ya.

Salam Kompasiana.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Gaya Hidup Selengkapnya
Lihat Gaya Hidup Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun