Mohon tunggu...
neneng salbiah
neneng salbiah Mohon Tunggu... Guru - Jika kamu ingin membaca satu cerita yang kamu mau, tapi belum ada yang menulisnya. maka kamulah yang harus menulisnya.

Apa yang kamu lihat itu adalah berita. apa yang kamu rasakan itu adalah puisi dan apa yang kamu khayalkan itu adalah fiksi. saya berharap pembaca tidak menghakimi tulisan-tulisan yang ada di blog ini. karena saya penulis pemula. belum pandai dalam menata ide pokok cerita dalam sebuah paragraf yang sempurna. Seorang ibu rumah tangga yang sedang belajar menulis.

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Artikel Utama

Itik Kecil Calon Menantuku

18 April 2024   10:16 Diperbarui: 20 April 2024   21:01 181
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sumber Ilustrasi: themuttonclub.com via style.tribunnews.com

ITIK KECIL CALON MENANTUKU

Seorang anak adalah kebanggan bagi orang tuanya, lepas dari segala tabiat yang ada, begitu pula denganku, bagaimana tidak. Seorang anak laki-laki yang kudidik dengan penuh kasih sayang, memberikan seluruh curahan cinta. Kini sudah menjadi dewasa dan saatnya menetukan pilihan untuk pendamping hidup.

Sebagai seorang singgle parent. Sendiri aku membesarkan anak dan mendidiknya hingga sukses tentu memiliki kebanggan tersendiri untukku, aku selalu menginginkan yang terbaik untuk putra semata wayangku, begitu pun untuk urusan pendamping hidup.

"Bu... aku ingin mengenalkan seseorang kepada Ibu," ucap Mahesa ketika itu.

Aku tidak menjawab, hanya tatapan menyelidik yang kuberikan di saat Mahesa mengutarakan keinginannya, seraya menerka-nerka seperti apa kira-kira wanita yang telah membuat putraku jatuh cinta.

"Dia wanita biasa. Bukan anak seorang pengusaha maupun keluarga terpandang," sekilas Mahesa memperkenalkan wanita itu, seakan tahu apa yang ada dalam benakku.

"Nak... bebet, bibit, dan bobot, itu sangat penting untuk menentukan calon pendamping hidup," ucapku.

"Dari segi sosial, Naila memang bukan gadis yang beruntung, Bu... tapi sebagai seorang wanita dia adalah wanita yang luar biasa di mataku. Banyak prestasi yang ia dapatkan baik di sekolahnya dulu maupun di tempatnya bekerja saat ini, begitu pula dalam menyikapi hidup" papar Mahesa. Dan aku belum memberikan jawaban apapun untuk permintaannya.

Aku melihat kegelisahan, Mahesa, dari tatapan mata dan gerak tubuh yang tidak setenang biasanya.

"Bawalah dahulu dia ke hadapan Ibu, meski Ibu tidak bisa berjanji apa pun, untuk hubungan kalian," ucapku seraya berdiri dan berjalan ke arah jendela. Untuk mengalihkan pandanganku.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun