Mohon tunggu...
Neemra Zahra
Neemra Zahra Mohon Tunggu... -

Ikhlas itu indah

Selanjutnya

Tutup

Edukasi

Mutu Penduduk Indonesia di Masa Depan, Dipertaruhkan

7 Maret 2013   18:40 Diperbarui: 24 Juni 2015   17:09 766
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Beauty. Sumber ilustrasi: Unsplash

Pencapaian di era Orde Baru

Di era orde baru, untuk mencegah terjadinya ledakan penduduk, secara serius dilaksanakan program keluarga berencana (KB) dengan semboyan 2 anak cukup, yang menghasilkan 80 juta kelahiran tercegah di tahun 2000.

Hasil sensus terakhir tahun 2010, penduduk Indonesia mencapai 237.641.326 jiwa, atau dalam tempo satu dekade, penduduk Indonesia naik lebih dari 30 juta jiwa. Sejak 2000 hingga 2010 diperkirakan setiap tahun terjadi 3 - 3,5 juta kelahiran, walau laju pertumbuhan penduduk Indonesia sudah mengalami penurunan dari 2,32 menjadi 1,49% di 2010. Lain dengan Singapura yang mengalami 2,5% kenaikan jumlah penduduk di tahun 2012, menjadi 5,31 juta. Jika persentase kenaikan jumlah penduduk Singapura dialami oleh Indonesia, maka bakal ada kenaikan sekitar 6 juta jiwa setiap tahun, atau sama dengan melahirkan negara Singapura baru, tetapi dengan mutu SDM yang tentu sangat jauh berbeda.

Mengendurnya upaya KB di era reformasi, mulai menunjukkan tanda-tanda naiknya angka kelahiran, tanda awal adalah meningkatnya jumlah penduduk dalam satu dekade (2000-2010) melebihi angka proyeksi nasional.Sehingga dengan laju pertumbuhan penduduk 1,49%, maka di tahun 2011 jumlah penduduk diperkirakan 241 juta jiwa.

Indonesia menempati posisi ke 4 dengan jumlah penduduk terbesar di dunia setelah Cina, India dan Amerika Serikat. Persoalan utama Indonesia adalah angka kelahiran yang besar tidak dibarengi dengan ketersediaan berbagai sarana prasarana yang dibutuhkan oleh setiap penduduk yang lahir untuk tumbuh kembang menjadi manusia bermutu kelak, yang manfaat bagi dirinya sendiri maupun lingkungan yang lebih luas. Persoalan yang kini dihadapi:

Kelembagaan Keluarga Berencana

Keluarga Berencana (KB) tidak lagi menjadi hulu dari kebijakan di tingkat nasional dan daerah. Di era reformasi atau otonomi, BKKBN, sebagai Badan Koordinasi Keluarga Berencana Nasional, sudah lama tidak berdiri sendiri. Sebuah negara dengan jumlah penduduk terbesar nomor 4 di dunia, baru bisa mimpi untuk mempunyai Kementerian Kependudukan yang mengurus seluruh persoalan kependudukan dari administrasinya sampai ke upaya pengendalian laju petumbuhannya. UU Adminduk memayungi administrasi kependudukan dan berada di bawah kewenangan Kementerian Dalam Negeri, sementara BKKBN telah mempunyai kepanjangan baru yaitu Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional. Dengan disahkannya UU No 52/2009 tentang Perkembangan Kependudukan dan Pembangunan Keluarga, semestinya memayungi sepak terjang BKKBN yang baru, apakah ada perubahan peran dan fungsi BKKBN? Masih samar-samar.Bahkan PR untuk menyelesaikan sekian belas Peraturan Pemerintah yang dimandatkan oleh UU baru tersebut belum kunjung selesai, padahal sudah 3 tahun berlalu, sehingga keharusan setiap daerah membentuk BKKBD tertunda sampai hari ini. BKKBN masih di bawah Kementerian Kesehatan, artinya Kepala BKKBN “tidak perlu” diundang pada rapat kabinet. KB terlalu lama diterlantarkan, tepatnya sejak era reformasi, pasangan muda menikah sangat mungkin tidak tahu lagu Mars KB yang sangat kondang diciptakan oleh Mochtar Embut, pencipta lagu anak-anak, di era 70-an, setiap saat diperdengarkan di TV dan radio, ber-KB sepertinya cara jitu bela negara, kedengaran militan dan penuh semangat.

Kelompok anti Keluarga Berencana

Merebaknya kelompok anti Keluarga Berencana, di legislatif, eksekutif, mungkin yudikatif, masyarakat, partai politik, dimana saja, memberi warna baru negeri ini, karena keluarga beranak banyak (lebih dari 3) tanpa disadari berkembang lumayan pesat. Penolakan terhadap upaya mensosialisasikan norma keluarga kecil bahagia dan sejahtera lebih nyata terlihat pada kelompok tersebut, mereka berpendidikan dan konservatif, yang membudayakan beranak banyak dan sangat boleh beristri lebih dari satu. Misal, kelompok Islam fundamentalis, penolakan terhadap KB lebih karena (1). Alasan fikih/teologis, (2). Alasan politis keagamaan, dan (3). Alasan politis ekonomi terkait dengan politik keagamaan. Mungkin tidak atau belum terpikir bahwa merencanakan keluarga adalah sebuah komitmen pribadi yang perlu dikaitkan dengan melahirkan generasi berkualitas (sehat lahir batin, cerdas secara intelektual, emosional dan spiritual, serta mempunyai integritas) agar bangsa dan negara jauh lebih baik dibanding hari ini. Merencanakan keluarga sangat perlu menyisipkan rasa keadilan. Keluarga beranak 10 dan keluarga beranak 2 atau 3, memerlukan sarana prasarana yang sama untuk mendukung tumbuh kembang masing-masing anak yang harus disediakan oleh negara: layanan kesehatan, pendidikan, lapangan kerja, transportasi, sandang, pangan, papan dslb. Ketersediaan seluruh sarana prasarana semakin lama semakin langka, sementara jumlah penduduk semakin membengkak. Perlu teknologi untuk mengatasi kelangkaan.

2011 yang lalu penduduk dunia mencapai 7 miliar, 2025 diperkirakan penduduk dunia mencapai 8 miliar. "Kini, laju pertumbuhan penduduk dunia paling cepat dalam sejarah”, kata Carl Haub, seorang ahli Kependudukan di Population Reference Bureau. "Tahun 1900, penduduk dunia 1.6 miliar, dalam tempo 99 tahun, melambung menjadi 6.1 miliar." Penduduk tak akan berkurang, yang diupayakan adalah mengendalikan laju pertumbuhannya.

Kemiskinan berkorelasi dengan banyak anak

Pada kelompok miskin ada anggapan bahwa anak adalah investasi, artinya mempunyai anak lebih banyak, kelak akan lebih banyak sokongan yang diperoleh dari anak ketika mereka sudah bekerja; sadar risiko miskin dapat mengurangi kemungkinan anak-anak tidak dapat bertahan hidup, sehingga memilih melahirkan lebih banyak anak, inferioritas perempuan yang dilarang ber-KB oleh suami karena berbagai alasan

Kesehatan Ibu masih menjadi persoalan besar

Angka Kematian Ibu masih tinggi,bahkan tertinggi di Asia Tenggara, angka 228/100.000 kelahiran hidup (SDKI 2009), walau angka tersebut disinyalir lebih rendah dari angka sesungguhnya. Dari Tujuan Pembangunan Millennium 5, Indonesia berkomitmen untuk menurunkan Angka Kematian Ibu menjadi 102/100.000 kelahiran hidup, yang dinilai mustahil untuk dicapai tahun 2015.

Indonesia juga masih menghadapi besarnya Kehamilan Tidak Diinginkan (KTD), baik oleh remaja maupun perempuan menikah, sehingga angka aborsi pun menjadi tinggi. Jumlah aborsi setiap tahun diperkirakan 2,4 juta, 800 ribu di antaranya di kalangan remaja, aborsi terbanyak dilakukan oleh ibu rumah tangga. Kematian akibat aborsi diperkirakan menempati 1/3 dari angka kematian ibu.

Keluarga Berencana tetap kata kunci

Semua perempuan yang lahir di bumi Indonesia adalah calon ibu bangsa, darinya diharapkan lahir generasi berkualitas. Memberikan pendidikan tentang Kesehatan secara umum dan Kesehatan Reproduksi wajib diberikan kepada remaja perempuan, disamping pendidikan agama, budi pekerti dan keterampilan lainnya. Mencerdaskan dan memberdayakan perempuan adalah keharusan, perempuan adalah agen perubahan dan penentu masa depan bangsa. Pendidikan yang maksimal bagi perempuan dapat menunda perkawinan dan punya anak. Perempuan mempunyai peluang yang sama dengan laki-laki untuk memperoleh hak-haknya sebagai warga negara. Setiap kehamilan yang dialami perempuan adalah kehamilan yang diinginkan. Jika tidak ingin hamil perempuan berhak mendapat informasi bagaimana mencegah kehamilan yang efektif, dan bukan kemudian terpaksa hamil dan menggugurkannya. Negara wajib menyediakan layanan konseling dan Keluarga Berencana bagi seluruh Pasangan Usia Subur. Merencanakan keluarga dan Keluarga Berencana adalah HAK. Ber-KB adalah gaya hidup, dan bagian dari ibadah. Menurunkan generasi berkualitas adalah suruhan agama.

Bagi Muslim, kita sangat memahami firman Allah SWT dalam surat An Nisa ayat 9: “Dan hendaklah takut kepada Allah orang-orang yang seandainya meninggalkan di belakang mereka anak-anak yang lemah, yang mereka khawatir terhadap (kesejahteraan) mereka. Oleh sebab itu hendaklah mereka bertakwa kepada Allah dan hendaklah mereka mengucapkan perkataan yang benar.”

Ke depan tak dapat ditawar lagi, pemerintah perlu menyiapkan langkah-langkah tegas untuk menjadikan Keluarga Berencana sebagai Gaya Hidup Bangsa, wujud penghargaan kita kepada generasi masa depan sebagai harapan bangsa yang mampu bersaing secara global, dan menjadikan bangsa Indonesia, bangsa yangdiperhitungkan di kancah internasional.

http://www.antaranews.com/berita/1264764683/program-kb-di-masa-orba-lebih-diakui

http://internasional.kompas.com/read/2012/09/28/17040660/Jumlah.Penduduk.Singapura.Naik

http://www.republika.co.id/berita/nasional/umum/11/07/05/lnua4p-prediksi-bkkbn-2011-penduduk-indonesia-241-juta-jiwa

http://usatoday30.usatoday.com/news/world/story/2011-10-30/world-population-hits-seven-billion/51007670/1

http://www.rumahkitab.com/penelitian/kb/48-3-dasar-penolakan-kb-di-kalangan-islam-fundamentalis.html

http://www.tribunnews.com/2012/03/08/angka-kematian-ibu-di-indonesia-tertinggi-se-asean

http://www.jurnas.com/news/71467/BKKBN:_Tiap_Tahun,_Kasus_Aborsi_Meningkat_15_Persen_/1/Sosial_Budaya/Kesehatan

http://www.republika.co.id/berita/nasional/umum/12/02/08/lz2v5t-ketika-orang-korea-lebih-peduli-warga-miskin-indonesia

Mohon tunggu...

Lihat Konten Edukasi Selengkapnya
Lihat Edukasi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun