Mohon tunggu...
Nanda dwi
Nanda dwi Mohon Tunggu... Lainnya - Kehidupan dengan ketenangan

🤗

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan Pilihan

Investasi Rasam Literasi Menuju Pendidikan Indonesia Progresif, Inovatif, dan Kompetitif

28 Februari 2019   21:54 Diperbarui: 28 Februari 2019   22:31 23
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Pendidikan. Sumber ilustrasi: PEXELS/McElspeth

Tanggal 8 September hanya segelintir orang yang mengenal bahwasannya tanggal tersebut The United Nations Educational, Scientific and Cultural Organization (UNESCO) telah mendeklarasikan bahwa tanggal 8 September diperingati Hari Literasi Internasional.

Peringatan ini memiliki maksud bahwa budaya literasi harus di terapkan dan menjadi kebutuhan setiap orang. Literasi sesungguhnya mengembangkan karakter pada setiap manusia dan menselaraskan pada wajah pendidikan. Mendepankan mutu minat baca, menjadikan suatu hal yang Urgent bagi para generasi muda sehingga dapat meningkatkan kualitas serta kuantitas pendidikan Indonesia.

Kualitas literasi harus dijadikan proses pengembangan jiwa karakter agar mampu menciptakan generasi pencetus perubahan bangsa yang lebih meningkatkan mutu masyarakat yang Progresif, Kompetitif dan Inovatif.

Karakter literasi sejauh ini masih belum menjiwai dalam diri masyarakat terutama generasi muda tidak dapat dipungkiri Indonesia menyabet peringkat dengan indeks membaca yang sangat rendah padahal generasi muda dapat menjadi Agent Of Change (Agen Perubahan) untuk bangsanya sendiri dengan literasi. Pada dasarnya setiap bangsa menginginkan pola pendidikan dapat menghasil output pada generasi-generasi yang mampu menciptakan pembaharuan terhadap bangsa sendiri.

Kondisi yang memprihatikan jikalau para generasi sudah mulai tergerus akan jiwa-jiwa nasionalisme sehingga lemahnya jiwa untuk membangun bangsa. Pendidikan sebagai kunci sarana penyaluran edukasi kepada siswa/mahasiswa, pengembangan edukasi juga tidak hanya bertumpu pada pengajar saja namun pada diri masing-masing siswa/mahasiswa dalam mencari ilmu salah satunya dengan literasi.

Keterpurukan karakter dan moral itu seharusnya menjadi tonggak para generasi muda untuk memperbaikinya. Penanaman jiwa-jiwa literasi menjadi teracuhkan yang berdampak kurangnya mengetahui kondisi bangsa sendiri.

Literasi memiliki makna yang besar bagi orang-orang yang mempu memanfaatkan dan mempergunakannya menjadi hal yang urgent. Indonesia, sangat menyedihkan melihat bangsa yang semakin lemah dalam mengedepankan budaya literasi.

Bangsa membutuhkan generasi-generasi yang memiliki pemikiran yang visioner. Seorang visioner yang mampu terus-menerus berfikir, berinovasi dan kompetitif atas pembaharuan untuk menjadi lebih progresif meningalkan keterpurukan serta kelemahan daya pikir itu menjadi jalan yang dapat dilalui dengan literasi.

Seorang tokoh pahlawan Bung Hatta pernah berucap yang sangat bermakna "Aku rela di penjara asalkan bersama buku, maka aku bebas". Masih banyak lagi pahlawan yang memiliki jiwa literasi yang sangat  karakteristik engan pemikiran yang visioner.

Namun seiringnya perkembangan jaman semakin lama jiwa dan karakter literasi mulai luntur. Hal tersebut bisa jadi kemungkinan timbul karena maraknya orang teralihkan dalam situs sosial media. Seakan-akan di era sekarang ini social media menjadi kebutuhan pokok. Fenomena tersebut menjadi terabaikan terhadap literasi sehingga insan-insan sekarang mudah sekali terprovokasi dan terseret dalam berita hoax.

Tidak dapat dipungkiri pihak-pihak penguna semakin lemah kesadaran literasi dan lebih memajukan dalam melayani situs-situs berlabel Hoax dan situs tidak memiliki dampak yang signifikan sehingga mudah terprovokasi yang sesungguhnya hasilnya hampa.

Literasi mulai terlantar dalam benak masyarakat seakan-akan membaca buku adalah hal yang dapat membunuh waktu tanpa memandang hal positif yang akan didapatkan. Programme for International Student Assessment (PISA) tahun 2009 perihal indeks minat baca, Indonesia hanya mencapai peringkat 57 dari 65 negara, sungguh sangat miris budaya literasi bangsa kita.

Peringkat tersebut mampu menimbulkan bencana bagi bangsa ketika masyarakat tenggelam dalm literasi. Berdampak minimnya penggagas baru untuk mengunggulkan bangsa tercinta. Dampak yang ditimbulkan semakin lemah pengetahuan pegembangan edukasi yang hal tersebut dapat menumbuhkan keterpurukan di masa yang akan datang.

 Timbul problem yang dapat memicu lemahnya orang untuk berpikir yang kritis salah satunya fokusnya dunia sosmed yang mengalihkan pada bentuk literasi. Pemanfaatan sosmed bisa dikatakan juga literasi apabila situs ataupun link yang di gali adalah edukasi-edukasi bukan menuju berita-berita yang hoax dan bukan keranah positif bahkan tergiring pada provokasi hal-hal buruk yang tidak memiliki dampak membangun dalam diri sendiri tehadap bangsa.

Seakan-akan budaya literasi dalam khalayak umum yang minim literasi menganggap literasi adalah hal yang membunuh waktu. Hal tersebut karena minimnya penanaman diri sendiri dalam literasi. Tulisan mengambarkan berbagai kisah atau ilmu-ilmu yang menjadikan ilmu pengetahuan dan sumber pendidikan.

Dengan membaca kita mengerti bahwa dengan literasi sebagai sarana dalam menjalankan kegiatan edukasi. Mengenal bagaimana masa lalu, masa kini dan masa yang akan datang dengan tulisan, budaya membaca dan menulis harus dikembangkan .

Bagaimana cara mengembangakan jiwa literasi dalam diri sendiri? Ada beberapa upaya untuk menjiwai makna literasi yakni salah satunya dengan Investasi rasam (kebiasaan) literasi. Investasi bermakna bentuk penanaman suatu hal yang dianggap menimbulkan potensi profit. Kita telisik terlebih dahulu profit apa yang akan di dapat dari Literasi?

  • Lebih mendalami dalam menganalisis suatu permasalahan dengan logis dan tepat.
  • Mampu menbentuk progresif dalam segi wawasan atau informasi, mampu mengembangkan dalam segi kemampuan interpersonal.
  • Kritis dalam merespon problem yang timbul di masyarakat
  • Mengembangkan komunikatif dan argumentatif.

Mengenal investasi sudah tak asing, bentuk pengembangan investasi rasam (kebiasaan) yakni dalam menanamkan jiwa urgensinya budaya literasi terhadap pendidikan saat ini dan kedepannya. Investasi ini bentuk memacu diri sendiri untuk berinvestasi literasi sebagai bentuk kesadaran bahwa literasi benar-benar memiliki profit yang tinggi bagi diri sendiri maupun bagi bangsa.

Bagaimana menumbuhkan investasi kebiasaan literasi? Dengan adanya problematika yang menghambat suksesnya membangun budaya literasi. Berikut bentuk upaya investasi literasi:

  • Memaknai hingga ke taraf menjiwai bahwa literasi itu sangat urgent.
  • Mendorong atau mengenalkan budaya literasi sebagai bentuk pengembangan literasi kepada sesama.
  • Melatih diri sendiri untuk intens dalam berliterasi.
  • Mengembangkan literasi dengan menciptakan bentuk-bentuk karya yang akan membuat diri sendiri terpacu untuk terus berliterasi tanpa putus.

Apabila upaya-upaya tersebut digalakan maka potensi indeks membaca Indonesia akan membaik atau meningkat. Serta akan menimbulkan profit yang akan dipetik untuk generasi-generasi menuju berintelektual. Dalam dunia literasi bukan hanya sekadar menaikkan indeks membaca saja namun dapat memilki kepekaan terhadap masalah yang timbul dalam masyarakat maupun Negara. 

Melalui kegiatan literasi mampu meninggalkan atau tercegah dari aktivitas-aktivitas yang cenderung masuk dalam ranah negative. Kita sebagai siswa terutama mahasiswa mampu konstruktif dan solutif dalam pengembangan mutu minat baca di Indonesia.

Penanaman diri itu perlu hingga timbulnya kesadaran bahwa diri sendiri harus bisa mampu mencapai profit bangsa dengan investasi rasam literasi. Bukan hanya penanaman pada diri sendiri tetapi ke khalayak publik. Sehingga kesadaran dalam literasi dapat dicapai secara merata.

Investasi rasam literasi harus mampu ditanamkan dan menjadikan para generasi bangsa menjadi lebih berintelektual. Bangsa akan mendapat profit yang diraih dari masyarakatnya melalui berinvestasi literasi, Bangsa Indonesia membutuhkan jiwa-jiwa yang mampu berkontribusi dalam membangun Bangsa Indonesia yang Progresif terhadap pembaruan dengan menyerap daya informasi yang aktual dan informatif.

Siap berkompetitif dalam menghadapi daya saing dengan negara asing, dan tentunya  inovatif dalam menciptakan pembaharuan yang mampu mengembangkan pendidikan dan pembelajaran, kembali lagi semua hal itu dapat diserap salah satunya dengan literasi. Ayo bersama-sama mengahapus stigma dalam diri masyarakat bahwa membaca itu membunuh waktu dengan merubahnya menjadi waktu yang menyenangkan dengan literasi.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun