Mohon tunggu...
Nana Marcecilia
Nana Marcecilia Mohon Tunggu... Asisten Pribadi - Menikmati berjalannya waktu

Mengekspresikan hati dan pikiran melalui tulisan

Selanjutnya

Tutup

Lyfe Artikel Utama

Pentingnya Mencari Ilmu sebagai Orangtua bagi Pasangan Muda

2 Juni 2019   23:06 Diperbarui: 4 Juni 2019   21:19 613
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Anak sedang membaca buku dengan orangtua (Sumber ilustrasi: vix.com)

Salah satu teman saya sudah memiliki 2 anak, anak pertamanya baru berumur 2 tahun. Awalnya saya pikir kehidupan setelah menikah itu jauh lebih baik, layaknya novel. Namun ternyata, tidak juga, apalagi bagi suami istri yang belum siap dan mendapatkan pengetahuan yang cukup terhadap tanggung jawabnya. Lelah dan sering menangis, kepala mumet, begitulah pengakuan teman saya yang sudah punya 2 anak ini.

Sebut saja teman saya ini A, ia suka merayu suaminya untuk jalan-jalan, atau tidak diizinkan me time sesekali. Namun sangat disayangkan, suaminya malah memarahinya, dan malah mengatakan bahwa A bukan ibu rumah tangga yang baik. Oow.. hatinya pasti sangat sedih.

Belum lagi anak pertamanya yang semakin hari semakin "nakal", katanya, dan selalu teriak-teriak. Menurut pengalaman saya sebagai guru Kindergarten, itu adalah bentuk protes sang anak karena merasa tersaingi oleh adiknya yang mendapatkan perhatian lebih dari kedua orangtuanya. Cukup kasihan saya melihat si Anak pertama.

Teman saya yang lainnya juga sama sudah memiliki dua anak, dan kedua anaknya berbeda umur 1 tahun. Dulu teman saya ini, sebut saja B, adalah wanita yang sangat manis sekali, bahkan banyak pria yang mengantri untuk mendapatkannya.

Setelah lama tidak berkabar, akhirnya saya bisa kontekan lewat Instagram. Body-nya masih langsing seperti ABG, tapi raut mukanya... Aduhaaiii, sangat kusut dan tua sekali. Kantung matanya juga sangat hitam dan besar. Dan B ini cerita kalau dia sangat cape sekali, urus rumah, urus anak. Si sulung lagi lincah-lincahnya, si bungsu lagi tidak bisa ditinggal.

Suaminya akan membantu dia kalau dia sudah teriak-teriakan. Si sulung sangat susah makan, kalau si B sudah cape sekali, ia selalu memaksa suaminya untuk membantu menyuapi si Sulung. Mungkin karena baru pulang kerja juga, melihat si sulung susah sekali makannya dan selalu diemut, awal sabar, lama kelamaan si sulung dipukul, kemudian diseret ke kamar mandi.

Dampak seperti ini, bila si anak tidak menerima, setahu saya akan menimbulkan dendam yang tertanam di alam bawah sadar si anak, yang nantinya sewaktu-waktu akan meledak entah dengan bentuk yang bagaimana. 

Nah ini yang menurut saya agak parah, tetangga saya. Ia memiliki 4 anak. Anak pertama sekitar umur 10 tahunan, anak kedua sampai terakhir sepertinya masing-masing hanya berjarak 1 tahun, yakni umur 1 tahun, 2 tahun dan 3 tahun. 3 anak laki-laki dan 1 anak perempuan.

Pertama kali melihatnya, saya sempat kaget, karena pasti pusing banget mengurus anak banyak yang masih kecil, karena masing-masing dari mereka masih menuntut perhatian penuh dari orangtua. Tapi saya berpikir positif, mungkin kedua orangtuanya memang mau rumahnya seperti taman bermain, banyak anak kecil, dan mereka merasa bahagia. 

Hari pertama, tetangga saya tinggal, sudah ada bunyi klontangan dan tangisan, kemudian disusul dengan omelan sang mama. Malam harinya, saya mendengar suara pukulan, kemudian tangisan anak, tidak lama lagi ada bentakan suara pria.

Saya tidak tahu itu suara sang papa atau sang kakek, karena ada kakek dan nenek yang tinggal bersama mereka. Neneknya sepertinya sedang mengalami suatu penyakit, karena waktu saya lihat mereka pindahan, sang Nenek dibawa masuk dengan cara digendong, dan anak laki-laki yang berumur 10 tahun membawakan kursi roda.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
Mohon tunggu...

Lihat Konten Lyfe Selengkapnya
Lihat Lyfe Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun